Part 5

37 7 5
                                    

Evania duduk di bangku nya, dengan almameter khas Chartar Vexana yang dipinjamkan oleh Adrian dan menelungkupkan wajahnya dibawah meja. Hari ini, dia nerasa nggak enak badan.

Karena semalaman mengerjakan PR Bahasa Inggris dari Miss Ruth, ditambah lagi dia belum makan semalam yang membuat maag nya kambuh.

"Va, lo ke kantin nggak?" Tanya Pidut dengan Rahel dan Nanda disampingnya.

"Nggak, Dut. Nggak kuat ke bawah gue."

"Yah, Eva. Jangan sakit dong. Nanti yang aku gangguin siapa?" Rahel menyahut dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Evania hanya tertawa lemas, "Gue kan manusia juga, Hel. Masa nggak boleh sakit?"

"Ya udah, lo mau nitip apa Va?" Tanya Nanda.

"Roti aja deh."

Mereka mengangguk lalu pergi keluar kelas.

Setelah mereka keluar kelas, Evania kembali menelungkupkan wajah di meja.

"Sakit ya?" Seseorang duduk di bangku samping Evania.

Evania hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dia tahu siapa orang itu, hanya saja, untuk mengangkat wajahnya terasa sangat berat dan lemas.

Rendy mengetuk meja dengan jemarinya membuat dentuman kecil. Hal itu terjadi beberapa menit, hingga dia menyentuh bahu Evania, "GWS, ya!" Rendy tersenyum manis dan pergi keluar kelas.

Evania terdiam sebentar, lalu menatap kepergian Rendy. "Makasih, ya." Balas Evania walau tahu, Rendy tidak akan mendengar.

Cewek itu kembali menelungkupkan wajah. Senang. Tapi, dia tidak bisa merayakan kesenangannya itu untuk saat ini.

***

Evania pulang dengan sangat lemas dan langsung merebahkan diri di kasur. Dia mematikan AC kamarnya dan mulai berselimut.

Frisca yang hendak merecoki kakaknya, langsung terdiam saat melihat Evania selimutan dengan badan menggigil.

Frisca mendekati Evania dan memeriksa suhu tubuh kakaknya.

"Panas banget, Va."

Evania yang setengah sadar hanya mengangguk.

"Bentar ya, gue ambil kompresan dulu."

Frisca keluar kamar. Evania hanya diam menunggu Frisca, tangannya mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

Cewek itu hanya mengecek notifikasi yang masuk, berasal dari grup Princesses yang mengucapkan GWS kepadanya.

Evania hanya membaca dan kembali meletakkan ponsel di atas nakas.

Tak lama, Frisca kembali dengan kompresan.

Frisca meletakkan kompresan itu di dahi Evania. Dengan lihai, setelah kompresan kering, dia kembali mengompres lagi.

Evania tersenyum kecil sambil memandangi Frisca.

Niatnya yang hendak mendorong Frisca dari balkon kamarnya ke bawah tanah lenyap seketika.

"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Emang gue pisang!" Sinis Frisca.

Evania mengerucutkan bibirnya, "Dasar adek nyebelin. Tadi aja perhatian banget." Cibir Evania lalu menutup matanya.

Frisca hanya tersenyum kecil. Dia meletakkan kembali kompresan di atas nakas.

"Get Well Soon, my weird sista." Frisca keluar kamar dan menutup pintu.

***

Evania sudah sembuh berkat kompresan penuh hati dari Frisca. Kini, dia sedang sarapan bersama Mama, Papa, Frisca, dan Velly.

"Nak, sebaiknya kamu jangan sekolah dulu. Mama rasa, kamu masih lemas." Kata Nelly, Mama Evania.

"Nggak ma, Eva udah sehat kok."

"Iya lah, Frisca yang rawat." Celetuk Frisca.

"Yoi, makasih Frisca-nya Rangga..." Tangan Evania hendak memeluk tubuh Frisca tapi adiknya itu mengarahkan kepalan tangannya pada Evania.

"Gue masih normal, ya!"

Mereka semua tertawa. Nelly menggelengkan kepala, Frans (Papa Eva) tersenyum sambil menyesap kopi, sedangkan Velly tertawa sambil memakan ayam goreng buatan Nelly.

Selalu seperti ini, keluarga kecil penuh canda tawa dan keharmonisan. Masing-masing dari mereka berharap, keluarga kecil ini akan terus harmonis.

***

Evania hendak mengembalikan almameter milik Adrian yang dipinjamnya kemarin. Hubungannya dan Adrian berjalan biasa, layaknya teman.

Adrian juga tidak terlalu mengganggunya. Pernah Adrian menembak Evania.

Flashback on

Evania baru datang ke kelas dengan lemas, dia duduk di bangkunya. Suhu AC kelasnya sangat rendah, membuat gadis itu kedinginan.

Tiba-tiba seorang cowok menyampirkan almameter di kedua bahu Evania.

Evania menoleh dan Mendapati Adrian disana.

"Hai, Va." Sapa Adrian hangat.

"Hai, Dri."

"Gue mau minta maaf, karna kemarin-kemarin gue gangguin lo mulu." Adrian nyengir.

Evania hanya tersenyum lemas, "Santai aja."

Adrian duduk di samping Evania. Adrian menatap Evania yang sedang menatap ke arah jendela.

"Va."

Evania menoleh, alisnya terangkat.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Evania mengerutkan kening, lalu tertawa kecil.

"Dateng-dateng, minta maaf, nembak. Lo sehat, Dri?"

Adrian mengangguk, "Gue suka sama lo, Va. Dari awal MOS. You're different. Disaat semua cewek ngincar gue, dan lo. Lo nggak acuh sama gue, lo berani lawan gue. Sifat lo itu buat gue jatuh hati."

Evania menunduk dalam. Dia tak ada niatan sama sekali membuat Adrian jatuh hati padanya, karena dia pikir, Adrian hanya menganggap Evania musuh yang harus diganggu setiap harinya.

"Lo nggak harus jawab sekarang kok, gue bakal tungguin jawaban lo kapan pun lo siap. Gue akan terima apapun keputusan lo."

Evania tersenyum, Adrian sangat baik. Awalnya memang, cowok itu menyebalkan sekali. Membuat darah Evania naik, tapi kalau dilihat dari sisi berbeda, Adrian baik.

"Makasih almameternya."

Adrian tersenyum, "Gue balik ke kelas dulu ya."

Evania mengangguk, dan Adrian pergi.

Flashback off

Sampai di depan kelas Adrian, dia menatap sekeliling kelas dan mendapati Adrian sedang mengobrol dengan cewek disampingnya.

"Adrian!" Panggil Evania.

Adrian menoleh, berbicara sebentar kepada temannya lalu menghampiri Evania.

"Ada apa, Va?"

Evania menyodorkan almameter yang dia pinjam kemarin kepada Adrian.

"Thanks"

Adrian mengangguk, "Ada hal lain?"

Evania menggeleng. "Gue balik ke kelas dulu, semoga cepet jadian tuh ama cewek yang ngobrol sama lo tadi." Kata Evania sambil mengerling jahil lalu berlari ke kelasnya.

Adrian hanya menggelengkan kepala melihat tingkah aneh Evania.

ERKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang