6 🎈 dianterin pulang (lagi)

342 48 1
                                    

Pesta pun berakhir. Banyak yang nyorakkin Jinsol dan Haechan ketika beberapa lagu diputar. Renjun nyamperin Jeno yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Njir, cape banget," kata Renjun ngos-ngosan sambil ngelap lehernya dengan punggung tangannya. "Jen, lu kok nggak ikutan sih? Seru loh."

Jeno menggeleng. "Gue lebih suka ngeliat daripada ngelakuin."

"Halah! Bilang aja mau liat Jinsol!" ledek Renjun sambil nepuk punggung Jeno. Jeno cuman diem.

Renjun sama aja kayak Haechan. Sama-sama tukang ngeledek.

Lalu Siyeon pun muncul. "Jeno, aku pulang bareng sama Pinky. Maaf ya."

Jeno ngangguk. "Iya nggak papa. Ati-ati ya."

Renjun nahan tawanya. "Kasian banget sih lu."

"Udah lu diem. Oya, sejak kapan lu jadi suka sama temennya si lumba-lumba?"

Cowok bergigi gingsul itu mengerutkan kening. "Oh, Rachel? Udah lumayan lama. Hehehe..."

"Nyebelin lu, nggak cerita-cerita," kata Jeno pura-pura bete. "Udah ya, gue cabut. Bilang ke Haechan kalo gue mau pulang."

"Sip. Ati-ati!"

Sementara itu, lima ratus meter dari tempat dua cowok itu, Jinsol segera chat Jiho untuk minta jemput.

"Sol, gue pulang duluan ya sama Kak Renjun. Lu udah pasti dijemput sama kakak lu, kan?" tanya Rachel mastiin.

Jinsol ngangguk walaupun sedikit cemas. Ceklis di chatnya cuman satu doang, nandain kalau Jiho lagi nggak aktifin paket datanya.

"Yakin? Kalo nggak, gue bisa tungg--"

"Eit! Udah, udah, nggak usah kok!" kata Jinsol memotong perkataan Rachel. "Palingan dia lagi siap-siap. Udah sana, ditungguin sama Kak Renjun lho!"

Rachel jadi nggak tega ninggalin Jinsol sendirian. "Ya--ya udah deh. Kalo udah sampe rumah, kabarin gue ya."

"Iya pasti," kata Jinsol mantap. "Dadah!!"

Sepeninggal Rachel, Jinsol akhirnya nungguin di depan gerbang sekolah. Sendirian.

Sekolah udah sepi. Jinsol ngecek hapenya lagi. Lagi-lagi ceklisnya cuman satu.

Apa kakaknya lupa ngejemput ya? Atau lagi di jalan?

Setiap dia nelpon kakaknya, pasti dijawab sama operator kalo Jiho lagi nggak aktif.

Pas mau masukin hapenya ke tas, tangannya ngeraba hape Jeno.

"Aigoo! Aku lupa!" katanya sambil ngejitak kepalanya. "Keasikan nari sih jadi nggak ketemu Kak Jeno!"

"Duuhhh! Bener-bener Jinsol bodoh! Bodoh, bodoh, bodoh! Kok bisa lupa begini sih???"

"Ya udah deh aku balikin besok aja!"

Jinsol jalan menuju halte bus. Namun untuk sampai di halte, dia harus jalan sekitar 800 meter dan harus ngelewatin jalan gelap penuh semak-semak.

Gelap sih, soalnya tiang lampunya cuman ada beberapa. Ditambah penerangannya sedikit remang-remang.

Udah gelap, sepi pula. Jinsol sedikit takut kalo dia harus jalan sendirian di tengah malam begini.

"Duhh, sepi banget sih..." Jinsol beberapa kali noleh ke belakang biar nggak ada orang yang nakutin. Dia ngusap lengannya yang terbuka karena kedinginan. Lupa bawa jaket. Hadeh -.-

"Ya Tuhan semoga nggak ada apa-apa deh...," ujarnya pelan. Mulutnya komat-kamit membaca doa.

"Sendirian aja, Cantik?"

"Huwaaaaa!" teriak Jinsol sampe mundur beberapa langkah saking kagetnya. Dia ngeliat satu pria berbadan besar dan tegap sambil senyum smirk ke arahnya.

Mati aku! umpat Jinsol dalam hati. Dia pengen banget lari untuk balik lagi ke sekolah, tapi kedua kakinya nggak bisa gerak seakan-akan ada lem yang merekat kakinya.

"Ng--nggak...," jawab cewek itu terbata-bata.

"Kamu tersesat, Dek? Om anterin kamu pulang ya," kata pria itu sambil pegang tangannya. Dengan cepat Jinsol menepiskan tangan besar itu dari tangannya.

"Nggak mau!" teriak Jinsol.

"Ayolah, Om bakalan anterin kamu dengan selamat, kok," rayu pria itu nggak nyerah.

"Ihhh! Lepasin! To--tolong!!"




















Breeemmm!

Ciittt...!





Motor kawasaki berwarna merah nyamperin mereka. Si pengendara motor itu buka kaca helm dan memberi isyarat agar Jinsol naik.

Jinsol sedikit linglung karena matanya kena cahaya lampu motor itu. Tapi buru-buru dia segera naik.

Dan motor pun melaju dengan kencang. Jinsol memeluk pinggang cowok itu erat-erat karena ngendarainnya ngebut banget, sekitar 80 km/jam. Maklum, udah malem jadi jalannya lengang.

Jinsol nggak perlu bertanya-tanya siapa pengendara motor ini. Yang pasti, dia bakalan aman karena diantar oleh orang yang familiar baginya.































"Kok bisa pulang sendiri?" tanya Jeno ketika ngelepasin helm. Mereka udah sampe di depan rumah Jinsol dengan waktu 15 menit aja.

"Anu... Nggg...," Jinsol garuk-garuk kepalanya yang nggak gatal. Kok aku jadi kikuk begini, sih?  Tenangkan dirimu, Lee Jinsol! "Tadinya mau dijemput sama kakakku tapi kayaknya dia ketiduran..."

"Ohh..." Jeno ngangguk-ngangguk aja. "Ya udah gue cabut dulu ya."

"AH! SEBENTAR KAK JENO!" kata Jinsol cempreng.

Jeno sedikit kaget. "Kenapa?"

"Aku mau ngucapin terima kasih ke kakak buat nolongin aku tadi, hehehe," kata Jinsol cengengesan. "Makasih banyak ya, Kak! Untung ada Kakak. Kalo nggak ada, mungkin aku nggak bakalan pulang dengan selamat. Hehehe..."

"Iya sama-sama," kata Jeno sambil panasin motornya. Nggak tahu kenapa setiap Jeno nyalain motor, bagi Jinsol itu kereeeeen banget. Apalagi motornya kan gede dan gagah gitu.

AH! HAPENYA!

"EH KAK BENTAR!" kata Jinsol lagi.

Jeno noleh. Biasanya dia bakalan ngomong, 'Apa lagi sih!?' atau 'Nggak usah teriak-teriak juga, kali!'.

Cuman... kok... rada beda gitu ya? Jadi diem gitu?

Apa lagi marahan sama Kak Siyeon, ya? pikirnya.

"Ini," Jinsol ngasih hape Jeno. "Tadi sebelum berangkat ke pesta, mamanya kakak datang ke rumah aku buat ngasih hape kakak. Katanya ketinggalan di ruang tamu. Terus aku kelupaan karena terlalu menikmati pestanya. Maafin aku ya kak, hehehe..."

Jeno menerima hapenya dari tangan mungil Jinsol. "Ohh. Makasih ya."

"Iya, sama-sama," kata Jinsol sambil shy-shy cat. Eaakk.

Terus mereka berdua diem. Awkward gitu.

Jeno nggak banyak omong, Jinsolnya juga.

Nggak sih, Jeno lagi bales chat dari mamanya. Sementara Jinsol ngamatin Jeno.

"Kalo gitu, gue cabut dulu ya, udah ditunggu sama mama soalnya," kata Jeno sedikit meng-gas motornya.

"Oo--oke Kak, hati-hati di jalan."

"Dah..."

Motor Jeno pun melaju pergi. Jinsol nggak lupa lambain tangannya. "DADAH KAK JENOOOO!"

Jinsol bener-bener ngamatin Jeno sampe cowok itu hilang dari pandangan, barulah dia masuk ke rumah.

Dia ngeliat kakaknya, Jiho, ketiduran. Hmmm-_- untung cantik.

Tapi nggak papa deh, gara-gara Jiho ketiduran, dia dijemput sama Jeno. Hihihi.









Tau nggak pas Jinsol dadahin Jeno, Jeno jadi senyum-senyum sendiri. Wah... inikah yang namanya...?

KAK JENO! ➖ NCT Jeno📣[COMPLETED ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang