Oh Hayoung membatalkan rencananya pergi ke Chuncheon. Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Ia tidak ingin dicap sebagai anak durhaka lagi oleh kakaknya, Oh Sehun. Bukan berarti ia enggan atau malas pergi ke makam mendiang ayahnya, hanya saja ia lebih tidak ingin mengingkari janji yang ia buat sendiri.
Seperti yang diajarkan oleh ibunya dulu, ia tidak boleh mematahkan harapan yang ia beri untuk orang lain. Apapun itu. tetapi nampaknya Hayoung selalu tidak bisa mengikuti jalan itu. Otaknya mungkin sedang bermasalah belakangan ini. Ia bahkan bisa melupakan dengan mudah perkataan yang ia ucapkannya sendiri. Miris memang. Oleh karena itu ia tidak pernah bisa akur dengan Sehun. Apalagi setelah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Iya, kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Kenapa? oh mungkin tidak bisa diceritakan sekarang juga. Karena lihatlah kakak beradik itu yang bertingkah menggelikan. Oh tidak,lebih tepatnya memuakkan.
Oh Hayoung dengan Oh Sehun sekarang tengah dalam perjalannan menuju makam ayahnya. Seperti yang sudah dikatakan, mereka berdua memuakkan. Tidak ada yang berniat untuk sekedar bersuara apalagi melirik. Tiba-tiba mereka menjadi orang asing satu sama lain. Memang benar jika situasi ini bukanlah hal yang langka di antara mereka berdua. Tetapi tetap saja kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Oh Sehun lebih mendalami perannya. Ia terlihat sangat enggan dengan adiknya yang justru acuh tak acuh dengan sikap Sehun.
Hingga dua jam perjalanan menuju makam, mereka masih mendiami satu sama lain.
"Haish! Shit!" dan Hayoung yang tidak tahan dengan situasi itu tidak sengaja mengumpat. sedetik kemudian, Oh Sehun yang berada di balik kemudi mobil langsung melirik Hayoung tajam. Masih melipat lidahnya. Bahkan saat dirinya sangat ingin memaki Hayoung.
"Apa kau lihat-lihat?!"ujar Hayoung ketus, tidak terima tatapan tajam yang diberikan Sehun.
"Kau bisa tidak lebih sopan padaku? Kita akan menemui Ayah!" perintah Sehun telak. Masih berusaha fokus dengan jalan di depannya, meski pada dasarnya ia sangat ingin melepaskan tangannya yang memegang kemudi dan beralih menjambak rambut Hayoung.
Hayoung tidak menyahut. hanya memanyunkan bibirnya sebal sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hey! Kalau kau seprti ini terus, aku akan menurunkanmu sekarang juga. Masa bodo dengan kau. Lagi pula apa yang salah denganku? Seharusnya aku yang marah di sini."
"Sialan, kau Oh Sehun. Kau merusak jam waker-ku tahu!"
"Hanya jam waker, nanti akan aku belikan lagi yang baru."
Sebelumnya mereka memang bertengkar hebat pagi tadi. Kalian sudah tahu bukan jika Oh Hayoung menderita princess syndrome di pagi hari? Iya, iya susah bangun pagi. Saking kesalnya Sehun dengan Hayoung yang susah dibangunkan, ia sampai mengguyurnya dengan sember air. Mau bagaimana lagi? Mereka harus segera pergi ke makam ayahnya di pagi hari sekitar jam 7, namun hingga menjelang jam 7 Hayoung belum juga bangun. Padahal malam harinya ia sudah diwanti-wanti oleh Sehun. Dan nahasnya, air yang Sehun guyurkan ke badan Hayoug juga mengenai jam wakernya yang kebetulan tidak tahan terhadap air. Dan sialnya lagi, jam itu akan ia jadikan sebagai hadiah ulang tahun untuk seseorang.
Oleh karena itu Oh Hayoung marah besar. Tetapi kita jug atidak bisa menyalahkan Sehun begitu saja. Ia bertindak benar. Apalagi di situasi sekarang, wajar saja Sehun ikut marah.
"Gampang kalau ngomong. Sayangnya jam itu bukan punyaku."
"Tadi kau bilang punyamu?"
"Iya, tapi mau aku kasih ke seseorang sebagai hadiah ulang tahun, tapi kau merusaknya."
"Tidak ada gunanya kau menghadiahi ayah jam waker, kau berharap ayah bisa hidup lagi?" tanya Sehun sarkastik. Dan ditanggapi pukulan keras oleh Hayoung di kepala.
"Jangan sembarangan kalau ngomong! Itu bukan buat ayah."
"Lalu buat siapa lagi? Hari ini kan ulang tahun ayah"
"Buat sesorang yang spesial" jawab Hayoung smebari tersenyum
"Aku masih tidak masalah jika jam itu kau berikan kepada ayah sebagai hadiah, tapi itu untuk orang lain dan kau sebegitu marahnya padaku? Aku pikir egomu semakin besar belakangan ini. Kau selalu memprioritaskan segala apa yang ada di duniamu itu, yang bahkan aku tidak tahu itu apa. Kau sama sekali tidak pernah mengenalkanku dengan orang yang kau maksud itu, Oh Hayoung."
Hayoung terdiam, merasa dirinya berada di posisi yang pantas untuk disalahkan. Bagaimanapun pikirannya belakangan ini hanya tertuju pada Wonhoe, hingga akhirnya ia melupakan hari terpenting bagi keluarganya. Ia sadar. Ia tidak bisa mengelak. Tapi rasanya sulit untuk sekedar meminta maaf. Meski sangat ingin mengatakannya. Sebagian nalarnya mengklaim bahwa yang ia lakukan semerta-merta untuk kebahagiaan dirinya juga.
Hingga sampai di tempat tujuan, mereka masih mendiamkan satu sama lain. Hingga Sehun yang merasa muak, bersuara terlebih dahulu.
"Jangan tunjukkan wajah itu di depan Ayah! Tolong, kali ini lupakan sejenak siapapun orang asing yang ada di pikiranmu saat ini."
"Jangan sok tahu! Aku tidak memikirkan siapapun."
Tidak ada yang spesial, seperti biasa pada tiap tahunnya. Mereka hanya membawa buket bunga kesukaan Ayahnya beserta cheese cake sebagai kue ulang tahun. Keluarga Oh merupakan penggemar keju. Tidak heran jika di setiap kesempatan, mereka selalu menyajikan makanan dengan keju. Begitu pula acara ulang tahun setiap anggota keluarganya. Dan tidak ada kata bosan dalam hidup mereka terhadap keju itu. Dan sejak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil, Hayoung dan Sehun mulai membiasakan berkunjung ke makam dengan membawa cheese cake. Komponen wajib untuk merayakan ulang tahun. Mereka sadar, orang yang telah meninggal dunia tentu tidak akan bertambah umur. Karena semuanya telah berhenti. Tetapi tidak dengan orang tua mereka. Mereka pikir tidak ada salahnya jika merayakan ulang tahun orang tuanya meski telah tiada. Karena yang ingin mereka sampaikan adalah bahwa mereka merasa bersyukur atas keberadaan orang tua mereka di dunia ini. Karena tanpanya, eksisitensi Hayoung dan Sehun tidak akan pernah ada di dunia ini.
Setelah selesai dengan ritualnya, Sehun tidak langsung meninggalkan tempat itu. Ia duduk bersila di samping makam Ayahnya sembari memotong sedikit cheese cake yang ada di depannya. Hal itu sudah biasa. Bahkan ketika Ayahnya masih hidup. Ia mendahului si pemilik kue untuk memakannya. Oh Hayoung yang melihat tingkah kakaknya hanya memutar bola mata jengah. Jujur saja ia sudah tidak betah berada di sana. Bukan tanpa alasan. Hanya saja pikirannya teralih oleh suatu hal.Sebelumnya, sebelum sampai di makam ayahnya, ia sempat bertemu dengan seseorang yang tampak familiar. Mereka bahkan sempat bertukar pandang. Wajah yang familiar bagi Hayoung. Karena merasa penasaran, ia bahkan memanggil nama orang itu. Meski pada kenyataannya belum tentu benar. Ia hanya memastikan bahwa orang yang berpapasan dengannya adalah orang yang sama. Namun sayang, orang itu berlalu begitu saja. Bahkan terkesan di sengaja mempercepat langkahnya.
“Apa yang kau pikirkan? Ayo pulang!”
Saking terlarut dalam pikiran sendiri, Hayoung sampai tidak menyadari bahwa Sehun sudah berjarak tiga meter lebih di depannya, berniat untuk meninggalkan area pemakaman.
“Cepatlah! Atau aku tinggal!” seru Sehun tidak sabar, melihat Hayoung yang terlepas dari raganya. “Anak itu melamun di siang bolong, di pemakaman pula” gumam Sehun."Aku yakin tidak salah lihat. Dia Wonhoe. Tapi ia tidak menoleh sedikitpun saat ku panggil."pikir Hayoung.
Udah bisa nebak kan siapa yang ketemu hayoung? ㅋㅋㅋㅋㅋ
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion
FanfictionCast Jeon Wonwoo Oh Hayoung Oh Sehun Jeon Wonhoe kali ini aku ngga bakal masangin sehun sama hayoung sebagai sepasang kekasih ( hehe maaf buat oh couple shipper) melainkan sebagai kakak adik. Bukan tanpa alasan kenapa aku jadiin oh couple sebagai...