Mungkin ada benarnya juga Hadist yang mengatakan jika seorang wanita berhukum makruh untuk bertandang ke sini.
Ada sebuah makna dan pesan yang terbesit di dalam sana.
"Ziarah kubur makruh bagi wanita disebabkan kurangnya kesabaran mereka dan besarnya kesedihan mereka."
Dan hal itu benar-benar telah menimpaku. Aku menangis dengan tergugu. Dan aku takut. Takut kalau membuatnya terbebani dengan kesedihan dan tangisku.
Alih-alih berdoa dengan khusyuk, aku malah menyusut airmata dan membuang liquid bening dari hidung.
Dan kini, di senja-nya sore aku bertanya akan kabarmu pada langit, pada awan, pada angin dan juga hujan. Cish! Bodohnya aku. Menanyakan suatu kabar pada sumber daya alam yang jelas-jelas tak akan pernah kuketahui bahasanya. Bagaimana mungkin aku bisa tahu jawabnya?
Manusia memang gila.
♥
Jika di fajar esok tak kau temukan lagi tawaku, maka janganlah kamu takut kalau aku tak akan lagi tertawa. Jika di fajar esok tak lagi kau lihat binar mataku, maka janganlah kamu takut kalau aku tak mampu lagi membuka mata.
Jika di fajar esok tak kudengar suaramu, maka janganlah kau marah kalau aku tak mampu mendengarmu.
Namun janganlah kau ragu dan takut. Karena, semua panca indraku akan tetap berkerja dengan 1000 kali lebih baik dari sebelumnya.
Namun satu, kau tak lagi tersentuh dan aku tak terjamah.
♥
Hai, Senja.
Mengapa engkau membawanya hilang ikut denganmu?
Apa sengaja kau mengambilnya bersamaan dengan redupnya cahaya Matahari?
Menutup putaran waktu seiring dengan menutupnya binar mata itu untuk selamanya?
Senja, tidakkah kau tahu?
Dia sangat suka padamu. Dia sering menghabiskan waktu untuk sekedar memandang berlama-lama pada pesonamu.
Harusnya kau membalasnya dengan sambutan baik.
Atau...., inikah sambutan baikmu? Ikut menyertakan ia dalam redupnya pesonamu? Untuk menemanimu?
Lalu bagaimana dengan aku?
♥
Katakanlah ini tidak adil. Tapi, kau tahu pastikan jika dunia ini selalu adil?
Peran Tuhan tak pernah salah.
Yang perlu kau lakukan adalah....
Sabar?
Tawakal lebih tepatnya.
Mungkin inilah jalan Tuhan yang terbaik buat kita.
Kau bahkan bisa lihat dengan jelas bukan, bagaimana rapuhnya fisik dan badanku?
Aku bukannya menyerah. Tapi, inilah batas pencapaianku sebagai manusia.
♥
Hai, Senja.
Apakah nantinya kau juga akan membawa serta diri ini dalam keredupanmu?
Aku ikhlas.
"Amira,"
"Ya?" respon cepat dari mulut serta kepalaku reflek pada sosok yang sedari awal duduk di sampingku. Mataku masih berkabut. Tak terlalu jelas. Aku menatapnya sekilas lantas kembali pada rumput hijaubyang menutup undakan tanah di hadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Word
Short StorySetiap tubuh yang berjiwa pasti di dalamnya tertanam rasa. Apapun itu. Bahkan janin yang baru berusia mingguan pun mempunyai sebuah rasa. Rasa memahami tiap apa yang ia dengar. Lalu bagaimanakah dengan jiwa yang telah terenggut? Jasad yang telah t...