Aku mencoba untuk menghargai kamu sebagai adam. Dengan tidak mengacuhkan kamu, tidak mengecewakan kamu, tidak membuatmu merasa tersakiti akan sikap dan sifatku yang tidak sengaja membuatmu sakit.
Aku menghargai kamu sebagaimana kamu menghargai diri hawa ini. Yang selalu menjaga iman, mata dan lisan.
Sejauh mana aku merasa biar saja kurasa, tak ingin kamu terbebani akan rasa. Karena merasa jika rasa itu membutuhkan daya responnya.
Sedalam apa aku memendam biarlah saja terpendam dalam. Jika memang jodonya tertumbuh, maka kuanggap itu karunia-Nya.
Perasaan itu hanya hati yang tahu. Dan mulut pun kadang tak tahu bagaimana pengungkapnnya.
---Dan bibir pun punya rahasia. Saat dua bibir bertemu, mata pun terpejam. (Pramoedya)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Word
Historia CortaSetiap tubuh yang berjiwa pasti di dalamnya tertanam rasa. Apapun itu. Bahkan janin yang baru berusia mingguan pun mempunyai sebuah rasa. Rasa memahami tiap apa yang ia dengar. Lalu bagaimanakah dengan jiwa yang telah terenggut? Jasad yang telah t...