Katakanlah ini sebuah tindakan bodoh. Menunggu suatu hal yang tak ingin ditunggu bahkan tak meminta untuk ditunggu.
Orang itu pergi dalam diamnya. Tanpa meninggalkan sepatah kata pesan untukmu. Dia pergi semudahnya rambut jatih dari kepalamu. Tak terasa tahu-tahu jatuh di pundak.
Dan kamu, di sudut tempat menunggu dia hadir di hadapanu. Bermimpi dia hadir dengan rupawannya membawa serta senyuman arifnya. Mengucap kata yang selalu kamu nantikan di tiap harinya.
Dan kamu pun tahu, dia tidak pernah memintamu untuk menanti. Ah, jangankan meminta memberi janji akan kembalinua sosoknya pun tidak. Dia bahkan tak mengikatmu selayaknya kamu mengikat dirimu dari yang lain.
Tak ada yang kamu izinkan hadir bahkan sekedar permisi sebentar di depan pintu hatimu. Kau tutup rapat-rapat. Serapat jendela bertutup gorden yang membuat cahayanya tak menembus masuk.
Lalu seruang itu gelap tak tertata. Aku takut hal itu malah akan menyusahkan diri sendiri.
Tengoklah, bahkan di tiap dinding ruang itu tak ada setitik pun tanda akan kepemilikan akannya.
Tindakanmu adalah hal tersia-sia. Waktu yang kamu lewatkan sungguhlah sangat berharga jika hanya kamu guna tuk menantinya.
Mentari bercahaya sangat terangnya. Ia masih dan selalu bersahabat dengan alam semesta hingga ujung waktunya.
Jika memang takdirnya, tanpa musti sengaja terang-terangan kamu menunggunya, dia pasti akan kembali pada tempat seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Word
Cerita PendekSetiap tubuh yang berjiwa pasti di dalamnya tertanam rasa. Apapun itu. Bahkan janin yang baru berusia mingguan pun mempunyai sebuah rasa. Rasa memahami tiap apa yang ia dengar. Lalu bagaimanakah dengan jiwa yang telah terenggut? Jasad yang telah t...