Talk to the "Stone"

46 1 0
                                    

Interaksi itu adanya daya tarik-menarik antar ujung, jika hanya satu ujung saja itu timpang namanya.

Tiap per kata tanya selain membutuhkan jawaban pun juga ingin balik dipertanyakan.

Setidaknya buat hatinya bersemi.

Perhatian satu arah, pertanyaan satu arah yang awalnya nampak baik-baik saja toh nantinya akan menyerah tak ingin mengulang lagi. Benarkah?

"Bagaimana skripsi kamu? Sudah sampai bab berapa?"

"Belum. Aku belum buat judul atau apapun."

"...."

"...."


"Jadi ikut ke pulau Lombok?"

"Aku sih sudah mengiyakan buat ikut. Kalau pihak asrama ngasih izin ya ikut."

"...."

"Kamu ikut juga?"

Tumben nanya balik.

"Enggak sih."

"...."

"....."

"Bayu, punya buku Filsafat nggak? Aku mau pinjam buat ngerjain tugas. Aku nggak punya soalnya."

"Apalagi? Aku nggak punya.  Kalau buku-buku kayak gitu aku jarang punya!"

"Dari zaman dulu nggak berubah ya, kamu."

Sudah tahu batu masih saja tak kenal kata "kapok".

"Bay, kayaknya Shelvia suka tuh sama kamu."

"Nggak kaget. Yang suka tuh banyak kalau kamu pengen tahu. Tapi nggak ada satu pun yang aku suka."

Ya, Allah, ini orang pedenya selangit. Nyesel pernah hampir suka sama dia.

"Kenapa?"

"Ya enggak aja."


"Bintang, pokoknya aku nggak akan pernah setuju kalau kamu jadian sama Bayu!"

"Kenapa? Tenang aja lagi, Ta, aku nggak bakal jadian kok sama dia. Kan aku udah pernah bilang kalau -------"

"Yayayaya, ngelak aja terus."

"Emangnya kenapa kalau seandainya aku sama dia beneran jadi? Bukannya dulu kamu semangat banget ya buat nyomblangin?"

"It was past. But not now. Sumpah dia itu nyebelin banget tahu nggak?! Rasanya pengen tak jedotin aja tuh kepala batunya!"

"Baru tahu, ya?"

"Tahu deh yang udah kenal akrab. Bintang, pokonya jangan sampai ya,"

"Iya. Bayu-nya juga nggak suka sama aku kok."

"Tahu dari mana kalau dia nggak suka sama kamu?"

"Aku bukan levelnya dia. Seperti yang kamu bilang."

"Tapi yang aku lihat, dia itu ada sesuatu yang lebih kalau bareng sama kamu, Bi"

"Tita, udah."

Ping!
Udah masuk?

"Siapa? Bayu?"

"Iya."

Jam pertama kosong.

Kemudian hening.


Nggak bilang makasih gitu kek? Nyebelin.

"Yuk, Ta?!"

Lalu semuanya telah terlewati dalam diam tanpa suara kabar tentang kamu. Bagaikan ada sebuah jarak panjang tak kasat yang membentang antara kita.

Ini sungguhanya aku suka sama Bayu? Masih sih aku suka Bayu?
Bayu kan orangnya gitu. Cuek. Serampangan. Sukanya ngaret. Nggak rapi.
Eh? Kenapa malah ngabsen busuknya dia.
Bayu, Bayu, Bayu.

Jangan sampai aku jadi makin suka sama manusia batu itu. Bikin makan ati.
Semangat skripsi.

Sejatinya rasa itu akan menumbuh jika ada respon naik-turun. Jika hanua sebatas ini bagaimana bisa?

Mencintai sendiri. Mengharap sendiri. Sakit sendiri.

Just A WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang