Decitan roda bangsal beradu cepat dengan lantai rumah sakit ini. Disana terdapat seorang wanita hamil yang sedang menahan sakit karena akan melahirkan, ditemani sang suami yang terus menggenggam tangannya erat dan para suster dan dokter yang memberi arahan.
"Tahan sayang, ayo kamu pasti bisa."
"Ini sakit. Cukup! Hiks.. aku gak kuat."
"Tahan sayang, ayo dikit lagi."
"Ayo bu, tarik nafasnya buang perlahan. Ayo bu, dikit lagi."
Suara tertahan itu terus terdengar. Rasa sakit yang terus menerus datang tak tau kapan berhenti terganti dengan rasa bahagia.
"Selamat bu pak, anaknya perempuan sangat cantik." Tapi itu tak lama, suara tangisan yang tadi terdengar nyaring kini berhenti dan terganti oleh rasa panik perawat dan dokter.
"Sayang, kenapa? Apa yang terjadi?"
"Aku juga gatau tapi jangan khawatir sayang."
"Kenapa hiks? Apa yang terjadi sama anak kita hiks?"
Para suster dan dokter sibuk membuat sang bayi kembali menangis. Mereka berusaha tapi tak ada tanda-tanda itu semua akan terjadi. Detak jantung yang semula berdetak kencang kini terhenti.
Si ibu dibawa keluar untuk pindah keruang rawat setelah selesai. Tapi sang suami masih berdiri di depan ruang bersalin tersebut termenung. Berharap-harap cemas, sebagian keluarga pun hanya menatap bingung meminta penjelasan namun tak berani mendesak agak segera dijawab dan sebagian lagi pergi menyusul sang ibu yang sudah dipindahkan.
"Papa? Gimana dedeknya? Cewek apa cowok?" Tanya anak pertamanya Minhyun
"Papa juga gatau sayang, kita tunggu dokternya keluar ya? Mending sekarang kalian susul mama karena papa bakal nunggu adeknya disini ok?"
"Tapi pa aku mau.."
"Udah yuk sayang, ikut oma ketemu mama ya?" Omanya hanya bisa membujuk sang cucu agar menjauhi ruangan bersalin ini. Dan Minhyun hanya mengganguk dan mengikuti sang oma.
"Apa yang terjadi sebenarnya hm?"
"Pa, aku gak yakin tapi tadi waktu bayinya nangis tiba-tiba dia diem dan suster yang panik. Dan kita disuruh keluar."
"Papa bakal temenin kamu disini."
"Keluarga Hwang."
Papa hanya berdiri sambil menatap cemas dokter tersebut. Raut tak dapat diduga membuat mereka semakin cemas.
"Selamat, anak anda perempuan ia sayang cantik seperti ibunya. Tapi, maaf kami tak bisa menyelamatkannya usia bayi yang masih prematur tak dapat diselamatkan."
Tangisan pilu terdengar begitu saja mengisi keheningan di lorong rumah sakit ini.
"Dokter maaf, ada seorang wanita yang meninggal setelah melahirkan." Seorang suster yang tiba-tiba datang berlari dari UGD
"Apa? Bagaimana bisa? Keluarganya?" Dokter itu menatap panik sang suster
"Dia kehilangan begitu banyak darah begitu sampai disini. Dan yang saya tahu, seseorang yang membawanya menemukannya dijalanan. Dia tidak mempunyai keluarga. Anaknya sehat dok tapi bagaimana ini?" Suster itu masih panik menatap dokter.
Papa Hwang hanya menatap sang Ayah sambil sedikit tersenyum. Ayah yang ditatap oleh sang anak hanya bingung lalu ikut tersenyum.
"Apa jenis kelaminnya? Apa ia sehat?"
"Sehyun, kamu yakin?"
"Pa, apapun bakal aku lakuin supaya Arha gak sedih dan berakhir frustasi."
"Perempuan pak, sehat sangat sehat."
"Dok, saya akan mengambil alih hak asuh bayi tersebut. Jika ada yang mencari bilang saja bayinya sudah meninggal."
Dokter itu menatap bingung kedua lelaki tersebut, tapi ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Of Live and Love
Fiksi Penggemar"Rahasiakan semua ini jangan sampai ada yang tahu." -Papa "Apapun yang terjadi kamu tetap anak kita sayang "-Mama "Aku sayang kalian semua, makasih buat semuanya. Sekarang, aku biarkan aku kembali dimana aku berasal." -Rena "Kakak sayang kamu, kamu...