Aku bahkan mengira kalau aku pengidap salah satu penyakit psikologis karena gangguan yang tiap hari kurasakan sangatlah menyiksa. Ya,bocah itu datang ke kehidupanku yang tentu sudah terasa lengkap dan bahagia ini. Bocah yang harus kupanggil “adik” itu harus bertatap muka denganku setiap hari.
Aku tau ia adalah salah satu iblis kiriman Tuhan untukku. Aku tau ia adalah bocah yang selama ini aku mimpikan tiap malam. Yang perlahan akan merusak kehidupanku dan akhirnya aku akan mati di tangan mungilnya itu. Kurasa aku terlalu seram mnenggambarkannya. Anggap saja kalau bocah itu adalah seorang laki-laki tampan yang baru menginjak usia 4 tahun. Sebenarnya ia sangat manis sampai bisa mempengaruhi pandangan kedua orangtuaku terhadapnya. Sejak pertama kali saja aku sudah mengetahui kalau kedua matanya itu menyimpan beribu rahasia. Ia sangat penurut bahkan pandai mencuri perhatian kedua orangtuaku. Padahal ia hanyalah anak yang dipungut orang tuaku di pinggiran toko mereka. Suatu sore,mereka melihat bocah itu menggigil kedinginan di depan toko yang akan mereka tutup. Mama pun setuju untuk mengasuhnya. Sejak hari itulah aku merasa bahwa kematian sedang berjalan mendekatiku.
Hari itu ia datang ke rumah dengan baju yang lusuh dan tatapan memelas. Tapi saat ia melihatku,aku sadar kalau ia sedang menunjukkan tawa seringainya di hadapanku. Aku melihat sekejap kalau di dalam bola matanya ada bayangan iblis yang sedang mengincarku. Awalnya aku pun menganggap kalau aku sudah tak waras,tapi pada akhirnya akulah yang benar.