Bola Mata Bercahaya

80 31 21
                                    

"Sejak awal mata kita berpapasan. Di bola matamu aku melihat kehidupan."

---

5 Agustus 2007.

Keisha Clarissa Prasetyo yang akrab dipanggil Keisha sudah beranjak 6 bulan dari umur 4 tahunnya, ya sekarang dia sudah berumur 5 tahun. Tumbuh dengan tubuh mungilnya dengan rambut lurus berwarna hitam pekat yang selalu dikuncir satu seperti ekor kuda. Keisha tipikal perempuan yang tidak betah jika rambutnya menjuntai bebas, membuatnya gerah setiap saat.

"Kei! Sudah siap belum?" tanya Ibunya Keisha bernama Sri Sunarti yang rambutnya sudah tertutup hijab sedang menggendong bayi laki-laki yaitu adiknya Keisha yang baru saja dilahirkan pada 27 Juni 2007.

"Sebentar lagi, Bu." Keisha sejak berumur 4 tahun sudah belajar mandiri. Sebab dia mengerti bahwa dia akan mempunyai adik yang nantinya akan menambah beban orangtuanya jika dia masih saja manja.

Keisha menggendong tas biru tua kesayangannya sejak TK. "Bismillah, Kei. Hari pertama masuk SD. Semoga dapat teman yang buat nyaman biar jadi semangat sekolah."

"Astaghfirullah, Kei! Cepat! Nanti kamu telat! Kasian Bapak udah nunggu di depan," teriak Sri yang sudah geram dengan kebiasaan Keisha jika berangkat sekolah pasti selalu mepet, mentang-mentang sekolahnya dekat rumah.

Keisha yang mendengar teriakan Sri lantas berlari keluar dari kamarnya dan menghampiri Sri lalu salim untuk pamit. "Kei berangkat dulu ya, Bu."

"Iya. Belajar yang benar ya, Kei. Kamu sudah sekolah dasar harus selalu nurut sama guru. Jangan bertingkah! Ibu sudah tidak bisa jemput kamu sekolah lagi seperti waktu TK. Kasian Dimas baru sebulan kalau dibawa keluar pas siang-siang," ucap Sri seraya mengambil kotak tupperware di meja makan, "Ini ada mie sama nasi buat kamu makan pas istirahat. Jangan sampai hilang tupperwarenya ya!"

Keisha menaruh kotak tupperware tersebut ke dalam tasnya. "Siap, Komandan! Assalamu'alaikum."

Seiring dengan jawaban salam dari Sri, Keisha berjalan ke depan rumah menghampiri bapaknya yang sudah menunggu. "Yuk berangkat, Pak."

Bapaknya Keisha bernama Prasetyo yang akrab dipanggil Cito, entah dari mana asalnya nama Cito terpakai. Cito khas dengan kacamata yang selalu dikenakannya dan akan tampak lesung pipit jika tersenyum atau tertawa.

"Hati-hati naiknya, Kei," ucap Cito yang sudah duduk di atas jok motor vespa butut sekitar tahun 90-an.

Keisha naik dengan kaki sebelah kiri yang menahan tubuhnya untuk sampai ke atas jok motor. "Meluncur, Pak!"

---

SDN Serdang 01 Pagi. Ya, itu sekolah Keisha saat ini. Memang umur dia masih terbilang muda dan belum cukup umur untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi, kepintaran dia dalam membaca, menulis, berhitung dan berbicara itu sudah sangat cukup untuk masuk ke sekolah dasar. Bahkan, untuk membaca Al-Qur'an saja sudah bisa sejak TK, guru ngajinya sangat pandai mengajarnya sampai bisa dengan umur yang masih di bawah 5 tahun.

Bangku kelas 1A sudah terpenuhi banyak murid, termasuk Keisha dan perempuan yang duduk di sebelahnya. Perempuan dengan paras mata sipit seperti Keisha, bibir tipis, hidung mungil, tetapi badannya cukup berisi, dan rambutnya sudah tertutup dengan hijab putih langsung atau yang disebut bergo merek rabbani.

"Hanni, kamu rumahnya dimana?" tanya Keisha terlebih dulu karena sudah bosan menunggu wali muridnya masuk kelas. Keisha sangat suka mengobrol dan tidak suka kebisuan.

Hanni menoleh ke arah Keisha. "Di daerah dekat perempatan tong, Kei. Kamu dimana?"

"Wah, rumah kita ternyata dekat! Aku juga di daerah situ. Nanti kita pulang bareng ya!" seru Keisha yang akhirnya mendapatkan teman pulang bareng tanpa harus nantinya akan pulang sendirian.

"Oke, Kei! Tapi aku nggak janji bakal selalu pulang bareng kamu ya, Kei. Soalnya mamah aku kalau bisa jemput pasti bakal jemput aku pas pulang sekolah," ucap Hanni sedikit bergetar karena takut jawabannya mengecewakan Keisha.

Keisha menepuk-nepuk pundak Hanni. "Nggak apa-apa, Han. Santai aja! Semoga kita bisa berteman sampai lulus dan seterusnya. Yeay!" Seru Keisha sambil memeluk Hanni karena senang Hanni sudah mau bersedia menjadi temannya.

"Berisik!" teriak seseorang di belakang Keisha yang tidak suka dengan seruan Keisha sebelumnya.

Keisha yang merasa dirinya diteriaki seperti itu pun melepaskan pelukannya dengan Hanni dan lantas menoleh ke arah sumber suara.

Terdapat sosok laki-laki dengan wajah yang hampir mirip dengan Keisha tetapi versi laki-laki. Keisha melihat jahitan nama di baju laki-laki tersebut, terdapat nama "Karel Rahardian Pamungkas".

"Oh, namanya Karel," batin Keisha.

Lalu beralih ke postur tubuh laki-laki tersebut dari atas sampai bawah ternyata sama-sama mempunyai kulit bersih, mata sipit dan alis sedikit tipis darinya. Juga, rambut agak keriting hitam pekat dan rahang yang panjang. Hanya saja, hidungnya lebih mancung daripada Keisha dan jika dilihat dari tingginya lebih tinggi lelaki itu dibanding Keisha.

Alih-alih melihat postur tubuh lelaki itu. Akhirnya, Keisha memberanikan diri untuk menatap mata lelaki tersebut. Lelaki tersebut yang tengah menatap Keisha pun membuat mata mereka berakhir saling bertatapan.

Bola mata hitam, bercahaya, memantulkan gambar diri Keisha dengan sempurna, dan mengisyaratkan bahwa banyak kehidupan cerah di dalamnya.

Sejak saat itu, tanpa disadar, Semesta mulai bekerja dan bermain rasa dengan mereka.

---

a/n
Hayooo gimana yaaa kelanjutannyaa?

Salam hangat.
Sabtu, 01 Februari 2020.

Nikmatilah LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang