Cerita Tentangmu

74 32 9
                                        

"Mulai dari sekarang, aku akan tersenyum senang menceritakan kenangan kita. Sebab tanpamu hidupku hampa."

---

29 Januari 2020.

"Lah terus kumaha maneh bisa suka sama Karel? Dari awal ketemu aja maneh udah di bentak kayak gitu." Seorang perempuan berkerudung abu-abu dengan perawakan tinggi dan kurus tetapi pipinya berisi atau biasa disebut chubby itu bertanya kepada Keisha yang tengah menyantap nasi uduknya.

"Maneh nggak tau aja, Nok. Karel tuh nggak seburuk yang maneh kira. Dia tuh semacam senja yang urang punya seorang. Tanpa dia hidup urang hampa pisan euy," ucap Keisha menjawab pertanyaan dari temannya bernama Denok yang nama tersebut jika di Sunda memiliki arti cantik.

Perempuan berkerudung biru mendelik sebal ke arah Keisha ketika mendengar jawaban dari mulut Keisha yang di dalamnya banyak segumpal nasi uduk kantin. "Di otak lo senja mulu, Kei. Emang susah anak indie, senja-kopi-senja-kopi, udah lah nggak jauh-jauh dari itu."

Keisha tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadia yang isinya kalau nggak gerutu, ngeluh, ngeledek, atau bahas laki-laki yang selalu dipuji dan disukai sejak SMP. "Urusin dulu tuh kisah cinta lo, kalau udah bener baru bisa ngeledek gue."

Tetapi setelah di pikir-pikir jika tanpa Denok dan Nadia, Keisha sulit mendapatkan teman yang mengerti dirinya saat kuliah sekarang. Apalagi baru menjalani kuliah sampai semester dua, belum terlalu dekat dan mengenal dengan mahasiswa dan mahasiswi yang lain.

Keisha memang tidak introvert tetapi juga tidak terlalu ekstrovert, dia tipikal memilih teman yang bisa nerima dia apa adanya, selalu ada tanpa harus menghakimi, dan jika membahas persoalan tentang apapun itu pasti nyambung karena satu pikiran, tanpa harus ada salah paham dan berujung musuhan seperti anak kecil pada zamannya.

"Kela deh, Kei. Serius urang teh mau nanya. Kenapa maneh bisa suka sama Karel?" tanya Denok yang masih penasaran dengan alasan Keisha. "Kalau pas urang dengar cerita maneh sebelumnya, nggak mungkin dong maneh cinta pada pandangan pertama. Masih SD cuy. Gelo pisan udah cinta-cintaan mah."

Keisha terdiam sebentar mendengar ucapan dari Denok. "Jujur, emang sikapnya dia pas awal nggak ngenakin banget. Tapi, matanya. Matanya itu hitam bulat bercahaya, di matanya juga mengisyaratkan bahwa banyak kehidupan cerah di dalamnya."

Keisha menghela nafas, dan menyeruput kopi favorit rasa cappucino milikinya. "Sejak saat itu, hari demi hari gue lewatin tanpa ngobrol lagi sama dia. Kenalan secara jabat tangan pun nggak pernah. Mungkin awal dia kenal gue itu cuma sekadar dari depan kelas pas disuruh perkenalan diri sama wali kelas."

"Serius, Kei? Apa lo nggak ngebatin dari awal udah di bentak, abis itu nggak pernah kenalan secara jabat tangan, ditambah nggak pernah ngobrol lagi setelah kejadian itu. Gila lo ndro," ucap Nadia yang sudah kesal dengan cerita Keisha.

"Dengerin dulu, Nad," ucap Keisha sambil menoyor kepala Nadia, "Sejak saat itu juga, dengan sifat lugu gue, gue nggak ngerti kenapa gue selalu curi-curi pandang sejak kelas 4 SD yang waktu itu secara resmi gue juga udah berkerudung. Dulu SD mana ngerti sih soal cinta-cintaan gitu, iya kan? Tapi gue semacam secret admirer sejak gue selalu ingin ngelihat Karel saat kelas 4 SD itu. Dimana Karel berada, disitu gue pasti berdiri tegak menatapi dia dari jauh. Kalau lihat dia ketawa, mata dia kayak bulan sabit, menyipit. Apalagi kalau lagi senyum saat ada orang lain yang lagi panik, mukanya jadi nenangin banget. Kalau lagi marah, matanya kayak mata elang. Pokoknya dia tuh irit bicara, tapi matanya penuh makna."

Riuh tepuk tangan berasal dari Denok dan Nadia. Salut. Itu yang berada di pikiran mereka saat mendengar cerita dari Keisha. Mungkin tanpa disadar, Keisha jauh lebih tau bagaimana Karel, daripada Karelnya sendiri. Semua yang nampak dari luar seperti fisiknya ataupun dalam seperti sifatnya, Keisha tau semuanya.

"Oke, sejauh ini gue paham kenapa lo bisa suka sama Karel. Tapi gue masih penasaran, Kei. Jadi lo dari kelas 1 SD sampe 4 SD itu masih belum ada rasa? Lah kok kenapa bisa numbuh itu rasa sejak kelas 4 SD, kan lo nggak pernah ngobrol sama dia." Pertanyaan Nadia masih banyak di kepalanya, seperti sedang memenuhi puzzle-puzzle cerita Keisha dari SD sampai sekarang.

Keisha tersenyum senang ketika ada seseorang yang penasaran dengan cerita dia dengan Karel. Sebab sejak saat ini, Keisha akan tersenyum senang jika menceritakan kenangan dirinya dengan Karel. "Iya bener, dari kelas 1 SD sampai kelas 4 SD gue tuh kayak biasa aja sama dia. Jangankan kelas 4 SD, gue sampai kelas 3 SMP pun belum mengakui itu. Tapi sejak kelas 4 SD sikap gue berubah, gue seneng aja kalau lihat dia setiap harinya. Kalau ditanya kenapa, gue nggak bisa jelasin secara jelasnya. Sebab gue sendiri pun nggak tau jawaban pastinya gimana."

"Kela lagi, Kei. Terus apa selama ini maneh cicing wae gitu? Maksudna teu aya ngobrol sedikitpun antara maneh sama Karel?" tanya Denok dengan muka yang sudah kebingungan sekali.

"Allah tuh ternyata baik banget ya. Pas kelas 6 SD, gue temanan sama cowok yang namanya Kiko, dan ternyata Kiko tuh teman dekatnya Karel. Kiko yang kelewat pintar, rumahnya selalu jadi tempat buat belajar bareng yang walaupun berujung malah main-main sih. Sejak saat itu gue dengan mudahnya bisa ngobrol sama Karel, dekat sama dia, tanpa adanya penghalang antara gue sama dia."

"Coba deh ceritain lebih jelas lagi gimana pas kelas 6 SD, Kei. Gue penasaran dengan kedekatan lo sama Karel. Gimana ngobrol barengnya. Pasti kyuuuuttt banget deh. Nggak pernah ngobrol dari kelas 1, tapi di dekatin pas kelas 6 SD yang tinggal menghitung hari buat lulus sekolah dasar."

---

a/n
Ditunggu yaaa kelanjutan cerita cinta Keisha sama Karel.

Salam hangat.
Bandung, 9 Februari 2020.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nikmatilah LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang