3 September 2016
In school 😑" Eh, hari ini ulangan TIK!" kalimat santai dari Akhil meributkan satu kelas.
" Yang bener? Anjey gue belom belajar." ributan salah satu temannya.
" Gue juga belom. Kata Pak Pra dikasih waktu 10 menit buat belajar." lanjut Akhil dengan dinginnya.
Dia mah nggak belajar udah pinter! batin Ribia yang selalu iri dengan kecerdasan Akhil. Ya, Akhil adalah bintang di kelasnya. Kecuali Ribia yang menentang hal itu.
Jangan tanyakan apa yang selalu menjadi foki mata Ribia. Soal ujian? Ahh ia terlalu bodo amat uantuk mengerjakan soal tingkat HOT itu. Lebih baik enjoy sambil menatap pacar baru sekaligus pacar pertamanya itu.Tapi kali ini ada yang aneh. Apa benda yang berada di leher Akhil? Semacam jaring laba-laba tapi berpola indah.
" Sebaiknya gue cari tau keanehan itu!" gumam Ribia.
" Aneh? Apa yang aneh?" Sirius yang setia di sebelahnya menyahut ucapan Ribia.
In home Ribia
" Ahh! Sial!" Ribia mensesalkan jika ia tidak bisa melihat gantungan yang ada di kalung tak kasat mata Akhil.
Tak kasat mata. Yap, Ribia kira hanya ia yang bisa melihatnya. Aneh.
" Lupakan! Hari ini gue mau nyelesain tanda tanya yang kemaren!"
" Cinta pertama. Cinta pertama gue itu Akhil, jadi harusnya gue mikirin tentang kalung itu!"
Entahlah serasa semua pertanda-pertanda aneh itu rangkai-merangkai membentuk teka-teki yang belum terjawab.
Ribia dream III
" Polaris? Kenapa sih lu nongol ke mimpi gueterus?"
" Ada urusan."
Polaris mendekati Ribia. Tangan mungil dengan kuku cakar tak rapi milik Polaris segera menyergap leher Ribia.
Sesak. Sepertinya Polaris ingin membunuh Ribia lagi. Ribia mulai kehabisan stok oksigennya secara perlahan.
" Penghianat!" gertak Polaris.
Ribia hanya diam sambil berusaha mencari oksigen sebisanya. Kemudian Ribia mencerna kalimat Polaris. Penghianat.
" Hentikan! Argghhh!" teriakan histeris Ribia yang akan menjadi kebiasaannya.
Polaris mengangkat tubuh Ribia dan membantingnya bak anak kecil yang membenci mainannya. Kemudian Ribia dirajam. Hidung dan mulutnya telah penuh dengan darah. Kepalanya mulai meretak. Hunjaman batu-batu yang lebih keras dari keras kepalanya mulai menandakan kemenangan. Sekali lagi dalam alam tak sadar itu Ribia mati tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
ActionTeka-teki. Dan aku. Dia. Dia. Dia. Dan mereka. Dan semua hanya ephemeral. Highest rank #323 in Action 3-6-18