BAB 4

4.6K 251 1
                                    

“Gue mau lo ikut mewakili fakultas kedokteran dalam event tiga bulanan yang diadakan di kampus,” ungkap Rio to the point. Putri yang tidak tahu apa-apa dengan kedatangan Rio yang tiba-tiba ini sedikit membuatnya mengernyit bingung.

“Maksudnya?” tanya Putri polos. Sepertinya Rio harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapi sifat ajaib gadis yang berada di depannya ini. Dan Putri juga harus banyak-banyak baca info kampus agar tahu hal-hal apa saja yang wajib ia ketahui.

“Gue diminta mewakili fakultas kita untuk tampil di event nanti, dan sayangnya gue harus berduet oleh mahasiswa yang berbeda angkatan. Kebetulan gue waktu itu dengar lo nyanyi di ruang musik, jadi gue rasa lo bisa ikut dalam event ini sama gue,” jelas Rio.

“Masih gak paham,” balas Putri.

“Huft, sabar, sabar. Intinya, lo mau nggak duet sama gue saat event nanti?”

“Ha? Duet? Suaraku pas-pasan, Kak. Mana mungkin aku bisa duet.”

“Nggak usah merendah. Suara lo bagus. Gue sudah dengar waktu di ruang musik itu.”

“Nah, ngaku juga Kak Rio kalau waktu itu ngintipin aku. Dasar,” cibir Putri.

“Hmmm, intinya lo mau nggak? Harusnya sih lo mau karena ini untuk fakultas kita.”

Putri tampak menimbang betul permintaan Rio saat ini. Permintaan? Ini bukan permintaan, tapi perintah bagi Putri karena Rio sendiri sudah membawa nama fakultas mereka dan itu berarti mau tidak mau, Putri harus siap.

“Memangnya aku bisa nolak?” sindir Putri.

“Nggak bisa. Karena semua perkataan gue di kampus menjadi mutlak sebab gue adalah ketua senat.”

“Ya sudahlah, mau gimana lagi. Dengan terpaksa aku harus terima.”

“Bagus.”

Kesepakatan mereka ditandai dengan berjabat tangan sebagai bentuk bahwa mereka saat ini partner. Namun, siapa sangka jika kesepakatan ini membawa hubungan mereka menjadi lebih dekat dan menjadi hal yang tidak mungkin jika salah satu dari mereka tidak memiliki rasa lebih selain seorang partner.

***

“Kak Ano, aku ikut event tiga bulanan di kampus, dong,” ungkap Putri ketika dirinya tengah duduk bersantai di ruang keluarga bersama dengan kakak-kakaknya.

“Kakak dengar, event kali ini harus duet dan berbeda angkatan. Jadi, kamu akan duet sama siapa kali ini?”

“Kak Rio.”

“Rio?” Ano tampak bingung, pasalnya adiknya ini tidak menyukai sosok Rio semenjak kejadian ospek itu. Lantas kenapa keduanya bisa mengikuti event bersama?

“Iya, Kak Rio. Waktu itu, dia suruh aku dan ya sudah aku sanggupi aja soalnya ini demi fakultas.”

“Tapi, bukannya kamu ada sedikit masalah sama dia?"

“Iya sih. Agak kesal juga kalau sama Kak Rio, secara dia tukang perintah dan nyebelin.”

“Ya sudah jangan terima, Put.” Sambung Leon yang sejak tadi mendengarkan percakapan kedua adiknya. Percakapan keduanya menjadi pengetahuan bagi Leon tentang perkembangan kuliah adiknya.

PUTRI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang