SEJARAH TUHAN

75 10 6
                                    

Deretan rak-rak buku yang mengelilingi dinding berbentuk segi empat. Dengan hiasan bunga-bunga kecil berwarna pastel. Aroma kayu dari pewangi ruangan menyeruak menenangkan. Ruangan ini adalah tempat favorit Nandha yang sengaja ia design dengan gaya vintage.

Di situlah Nandha berada saat ini. Menggelosotkan tubuhnya di atas karpet merah maroon, Dengan sebuah buku paling fenomenal karya Karen Armstrong. Sejarah Tuhan. Bukan tentang bagaimana Tuhan bermula dan menciptakan dirinya sendiri, tapi tentang persepsi manusia terhadap tuhan. Hingga sampai Tuhan (mungkin) tak ada lagi dalam pikiran manusia.

Pada mulanya. Manusia percaya bahwa ada satu Tuhan yang menguasai langit, bumi, alam semesta. Satu tuhan itulah yang mengurus segala-galanya dan mengendalikan segala urusan dari jauh. Percaya bahwa Tuhan akan menghukum dosa-dosa, memberi pahala pada setiap kebaikan, dan mengabulkan setiap doa-doa. Satu Tuhan ini di sebut Tuhan Langit. Tuhan Allah.

Orang-orang pagan berasumsi bahwa Tuhan ini begitu tinggi dan mulia sehingga mereka menggantikan dengan ruh yang lebih renda dan tuhan-tuhan yang lebih muda di jangkau. Mereka mempersonalisasi kekuatan gaib dan menjadiganya sebagai tuhan-tuhan. Mengasosiasikan dengan angin, matahari, laut, bintang. Mereka sedang mengekspresikan kedekatan dengan Tuhan melalui benda-benda di sekeliling mereka.

Hingga Allah mengutus Nabi Ibrahim untuk membawa peringatan tentang ke-Esaan Allah dan lahirlah tiga agama dengan akar yang sama. Yakni agama Yahudi yang di bawa oleh musa. Agama kristen yang di bawa oleh Nabi Isa, dan kemudian di sempurnakanlah agama-agama tersebut oleh Nabi Muhammad SAW dengan Agama Islam.

Saat ini, era ini. Kultur ilmiah telah mendidik kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada dunia fisik dan material yang hadir di hadapan kita. Akibatnya, sebagaimana yang telah terjadi, kehilangan kepekaan tentang spiritul. Bahkan sebagian manusia beranggapan bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah mata rantai yang berputar. Segala hal terjadi dengan sendirinya tanpa ada campur tangan Tuhan.

Innalillahi wa innailaihi riji'un. Naudzubillah minsyarli dzalik. Ya Allah hindarkanlah hamba dari pikiran-pikiran jahil seperti itu.

Tiba-tiba seseorang menarik buku dari tangan Nandha. Ia lantas menutup buku tersebut dan meletakkannya di atas meja kecil yang terbuat dari kayu jati.

"Ibu" rengek Nandha agak manja.

"Di istirahatkan dulu matanya, ga capek apa? Dari tadi baca mulu."

"Ya kan Hobi bu, kalau hobi ndak bisa lelah." nandha menyeringai.

"Tu" ibu mengerlingkan matanya, sebagai isyarat menunjuk sebuah cangkir.

Nandha menghirup udara dalam-dalam. Merasakan aroma khas yang lebih wangi dari pengharum ruangan. Aroma yang mampu membangkitkan sel-sel otak yang lelah. Aroma khas yang selalu membuatnya merindukan rumah untuk pulang.

"Kopi"

Tanpa menunggu tempo lama, ia menyeruput kopi hitam yang ada di cangkir. Menikmati perpaduan rasa pahit dan manis yang terasa klop di lidah. Menikmati secangkir kopi selalu ia asosiasikan dengan menikmati hidup. Hidup tak selamanya manis dan bikin tersenyum, juga tak selamanya pahit yang bikin mengkerut. Hidup adalah keseimbangan antara pahit dan manis yang kemudian terasa nikmatnya sama dengan secangkir kopi.

Alhamdulillah. Kalau bukan ulah Allah, lantas mata rantai apa yang bisa bikin kopi jadi klop nikmatnya seperti ini.

Nandha kembali membaringkan tubuhnya, hanya saja sekarang ia meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. Naluri seorang ibu selalu halus. Ia menyambut kepala Nandha dengan belaian lembut.

"Sudah waktunya, bukan ibu lagi yang membelai kepalamu." ibu mulai memancing Nandha mengenai setatusnya yang masih belum memiliki pasangan.

"Iya, kalau begitu besok nandha minta di belai sama Bapak saja."

DETAK QALBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang