- 00 -

261 43 38
                                    

KEPALA Rachel tertunduk lemas, ia dalam posisi berlutut dengan belasan tombak menembusi tubuhnya. Cairan krimson yang kental menetes dari mulutnya, rambutnya lepek menutupi wajah, pakainya lusuh ternodai warna merah.

Di sekelilingnya berdiri berbagai macam makhluk yang memasang posisi waspada, bahkan hanya pergerakan kecil dari jarinya karena kontraksi otot berhasil membuat satu tombak menusuknya lagi, kali ini tembus di kepalanya.

Langit di atas dipenuhi awan kelabu, diwarnai oleh ombak petir yang menggantikan cahaya matahari. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat tanah-tanah yang terbelah dua, meninggalkan bekas gosong dan percikan listrik. Di sekitarnya, tergeletak banyak mayat manusia maupun makhluk mengerikan.

Rachel, yang berada di ambang kesadaran, mendengar seseorang berbicara. Suaranya terdistorsi, setiap ejaan yang dikeluarkan terdengar seperti radio susah sinyal. Rachel sudah terbiasa, ia bisa menerjemahkan suara itu di luar kepala.

"Huft. Apa kali ini dia benar-benar mati?" tanya suara yang tinggi terdengar lelah.

"Belum, tapi dia sudah tidak bisa bertarung," jawab suara rendah bariton, dari nadanya Rachel bisa membayangkan bahwa makhluk itu kini tersenyum, "kemenangan ada di tangan kita.

"Aku membaca salah satu ingatan manusia, saat musuh tengah sekarat, mereka akan diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya. Nah, Rachel. Apa kata-kata terakhirmu?"

Rachel bergeming, sudah tidak memiliki tenaga bahkan hanya untuk berkedip. Mata krimsonnya masih terbuka, tetapi tatapannya redup dan kosong.

"Tidak punya kata-kata terakhir, eh?" kekehnya setelah hening beberapa detik.

"Ka'maz, apakah kali ini kita menang?"

Menang ...? Makhluk-makhluk itu menang?

"Heh heh. Benar, ini kemenangan kita! Kemenangan Qhuts!"

Umat manusia berhasil dikalahkan oleh Qhuts? Sekumpulan alien yang suka menjarah planet orang?

Siapa pun ... tidak adakah manusia yang datang untuk menghentikan ini? Tidak satupun?

Apakah aku satu-satunya manusia yang bertahan? Apakah aku satu-satunya halangan yang tersisa?

Kalau begitu, apakah dunia ini sudah tidak memiliki harapan ...?

"Selamat tinggal, Rachel."

Slash!

Makhluk di belakang Rachel menebaskan tangannya yang berbentuk seperti mata pisau, setelah beberapa detik, kepala Rachel perlahan terpisah dari badannya menggelinding di tanah.

Awan kelabu yang memenuhi langit tiba-tiba pudar, suara petir yang bergemuruh ikut menghilang. Digantikan sinar matahari yang terik, tersenyum di langit biru dengan awan tipis.

Ka'maz diam sejenak sebelum mendongak ke langit, merasakan butiran air jatuh di wajahnya.

Hujan?

Matanya yang hanya berupa segaris cahaya merah menyipit tatkala butiran air yang jatuh berubah jadi gerimis kecil. Salah satu dari empat tangannya yang kekar terjulur dengan telapak menghadap atas, membiarkan air mengguyurnya.

Ketujuh makhluk lain ikut mendongak, ada yang tubuhnya melayang transparan, ada yang memiliki sayap, tubuhnya seukuran kelelawar, ada yang telinga dan buntutnya dipenuhi bulu, ada juga yang wujudnya cantik melebihi manusia, tetapi di kepalanya memiliki tanduk dan bola matanya berwarna hitam.

Semua makhluk itu memasang wajah tak suka ke arah langit, merasakan keberadaan sesuatu yang lebih kuat dari mereka.

"Ka'maz, ada sesuatu atas di sana."

Underwrite A Life [ Proses Remake ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang