Di Antara Rino dan Lina

223 22 1
                                    

📌Perjuangin lah, bego! Laki bukan, sih?📌

—> ᴛᴇʀꜱᴇꜱᴀᴛ <—

🗓Ramadhan H11

"Rino, nanti siang jemput aku, ya. Kita jalan-jalan, sekalian ngabuburit. Ada yang mau aku omongin juga. Love you."

Itu isi voice note yang dikirim Berlina tadi pagi. Rino mendengarnya sampai 10 kali sendiri demi kata 'love you' di akhir kalimat. Dia mengosongkan jadwalnya sampai nanti malam lalu segera bersiap untuk menjemput Berlina.

"Neng Lina, Babang tampan is kaming!"

Rino menjalankan motornya santai, meninggalkan komplek perumahannya, dan melesat menuju rumah kekasihnya.

Tak sampai setengah jam, Rino sudah tiba di rumah Berlina. Dia melihat kekasihnya itu sedang duduk di teras rumah, jadi Rino menekan klakson motornya demi mengambil atensi gadis itu.

Berlina menoleh dan mendapati kekasihnya sedang terududuk di motor di depan gerbang rumah. Dia memberi senyum seadanya lalu menghampiri pemudanya.

"Lama nunggu?" tanya Rino seraya menyerahkan helm kekasihnya.

"Engga." jawab Berlina lalu memakai helmnya dan duduk di belakang kekasihnya.

"Jadi, mau kemana kita hari ini?" Rino mulai melajukan motornya

"Terserah kamu, aku ikut aja." Berlina melingkarkan lengannya ke perut Rino lalu menyenderkan kepalanya ke punggung kekasihnya itu.

Rino bingung, tapi tetap menjalankan motornya menuju mall yang biasa mereka kunjungi.

—> ᴛᴇʀꜱᴇꜱᴀᴛ <—

"Hey, udah. Nanti kamu capek terus batal, gimana?"

"Aku butuh pelampiasan." Berlina menonjok permainan ding-dong di hadapannya. Jarum berputar dan berhenti di tengah-tengah 400 dan 500. Dia terengah, tapi tersenyum lebar.

"Jangan begitu lampiasinnya. Nyakitin diri kamu sendiri, tau?"

"Emang itu yang aku butuhin." Berlina menonjok lagi permainan ding-dong di hadapannya. Kali ini, skornya kurang 5 dari yang sebelumnya. Dia terengah lagi dengan wajah yang sedikit kecewa.

"Astaga.... Udah, Sayang. Mending pukul aku, sini."

"Aku ga mau nyakitin kamu." Berlina tersenyum kecut sebelum menonjok sekali lagi permainan ding-dong itu dan mencetak skor 465. Dia tersenyum bangga lalu membuat gestur seakan membersihkan telapak tangannya.

"Udah. Engga lagi. Liat, kamu udah keringetan gitu." Rino menahan tangan Berlina yang hendak memasukan koin ke mesin ding-dong itu. Dia menghadapkan tubuh Berlina ke arahnya. "Kamu kenapa, sih? Ada masalah apa? Cerita sama aku. Jangan kayak gini."

Berlina tak berani menatap mata Rino. Bahkan, saat pemuda itu menghadapkan wajah mereka, dia malah memeluk Rino dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang pemudanya.

Rino tersenyum kecut dan mengusap pelan rambut gadisnya.

—> ᴛᴇʀꜱᴇꜱᴀᴛ <—

Setelah asik bermain timezone, Rino dan Berlina buka puasa bersama di warung kaki lima langganan mereka. Mereka mengambil bangku favorit mereka lalu menikmati hidangan yang mereka pesan. Sampai Berlina buka suara saat makanan mereka sudah habis.

Tersesat di RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang