Perlahan ia membuka mata ketika sinar sang surya menembus sela-sela dedaunan dan mengenai kelopak matanya. Ia merasakan goresan-goresan lembut dedaunan kering ketika mencoba menggerakkan sekujur tubuhnya. Tanah lembap yang dingin terasa di punggungnya.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sensasi rasa sakit kepala yang luar biasa terasa saat pertama kali ia mencoba untuk bangkit. Rasa sakit menjulur dari bagian belakang kepala hingga ke seluruh tubuhnya. Ia menopang tubuhnya dengan dua tangan mencoba duduk dengan menyangga sebuah batu besar.
Pandangannya menyapu keseluruh penjuru hutan ini. yang dilihatnya hanyalah pepohonan besar yang menjulang tinggi, lebatnya rerumputan, dan tebing yang curam. Cahaya yang ia rasakan sangat minim, karena tertutup dahan-dahan pohon dan rimbunya dedaunan di hutan ini.
Setelah merasa cukup kebingungan dengan keadaannya saat ini, ia menyadari pakaiannya yang terlihat berbeda dengan yang biasa ia kenakan.
Lilitan kain jarik berwarna cokelat emas menutupi tubuhnya dengan bawahan kain panjang yang menjuntai. Ia bahkan tidak ingat sejak kapan ia mengenakan pakaian ini.
Ia tidak mengerti, apa yang terjadi padanya sebenarnya. Bahkan, ia pun tidak ingat dengan identitas dirinya.
Terakhir yang ia ingat adalah suara-suara yang memanggil namanya dan nasib yang berakhir tenggelam di dasar sungai. Namun, anehnya ia kini berada di tengah hutan. Itu mimpi atau apa? Pikirnya.
Ia mencoba mengingat-ingat semua kejadian itu. Tetapi, kepalanya terlalu sakit untuk memikirkannya.
Rasanya tidak mungkin baginya menyusuri hutan ini sendirian dengan keadaan seperti ini. ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada siapapun yang ada di sini dengan berteriak.
"Apa ada orang disana? Tolong aku! Aku butuh bantuan!"
Suaranya memecah keheningan hutan.
"Tolooong!"
ia mengulanginya bahkan hampir beberapa kali. Akhirnya, teriakannya sia-sia saja.
Ia mendengus kesal, kenapa yang ada di sekelilingnya hanyalah pepohonan, dimana kah ujung hutan ini? kenapa ia tidak kunjung menemukan jalan setapak sama sekali?
Gadis itu terus berjalan sambil menyerukan permintaan tolong. Sesekali kakinya tanpa sengaja menginjak tanaman berduri hingga membuatnya meringis kesakitan beberapa kali karena tidak mengenakan alas kaki.
Langkahnya terhenti ketika terdengar suara gemericik air. Benar saja, tidak jauh dari tempatnya saat ini, terdapat sungai kecil dangkal dengan arus yang cukup deras. Beberapa bebatuan tertutup lumut dengan ukuran beragam pun menghiasi tepi sungai hingga bagian dasar sungai.
Ia membersihkan wajahnya dengan air sungai yang dingin. Ia memegang kedua pipi sambil terus menatap pantulan wajahnya, sesekali ia juga membersihkan luka-luka lecet di lengan dan kakinya. Ia meringis beberapa kali saat menahan kesakitan di luka-lukanya itu.
Saat tengah sibuk membersihkan diri, seketika pandangannya menangkap seseorang yang tak jauh dari tempatnya berada. Dari kejauhan terlihat seperti seorang pria yang tengah membopong kayu-kayu di punggungnya. Gadis itu pun ia berteriak.
"Ada orang di sana? Tolong aku! kumohon," teriaknya nyaring.
Ia berdiri dan mencoba mendatangi sosok itu dengan langkah yang terhuyung. Seketika itu seseorang di seberang menoleh ke arahnya, meletakkan apapun yang tengah ia bawa dan berlari tergopoh-gopoh ke arah wanita malang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHATI
Fiction Historique[TAMAT]✓ Ratih Fairuza Malik adalah seorang mahasiswi dengan kehidupan yang begitu kacau. Sejak insiden pembunuhan ibunya, ia mengalami kecelakaan yang juga nyaris merenggut nyawanya. Namun, seakan takdir ingin bermain-main dengannya, suatu ketika j...