Suara tabuhan genderang tiba-tiba berbunyi, semakin lama terdengar semakin menggebu-gebu. Sorak-sorai turut mewarnai suasana pemeriahan untuk menyambut seorang tamu kehormatan. Ya, pagi itu juga rombongan Rakai Pikatan telah memasuki kompleks kerajaan Syailendra. Raja Samaratungga dan jajaran petinggi kerajaan Syailendra menyambut kedatangannya dengan hangat. Rakai menyerahkan tali kekang kudanya pada seorang prajurit setelah dia turun dari sana. Dan diikuti oleh para rakryannya dia mulai berjalan menaiki satu persatu anak tangga dan memberi salam kepada Raja Samaratungga setelah dia berhenti tepat di hadapannya. Samaratungga membalas salam itu, dan dengan diliputi perasaan bahagianya ia lantas memeluk Rakai Pikatan.
"Selamat datang di kerajaanku Yang Mulia," ucapnya sambil menepuk pundak Rakai.
"Terima kasih atas sambutan ini Yang Mulia, tetapi tidak sepantasnya Anda memanggilku dengan panggilan kehormatan, karena aku akan meminang putrimu," balasnya.
"Tentu saja, justru aku akan menganggapmu sebagai putraku sendiri, ha ha ha." Suara tawanya terdengar menggelegar.
Berdiri tepat di belakang Rakai, Darsana mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Oh mari kukenalkan dengan anak-anakku terlebih dulu," Kemudian Raja Samaratungga mempersilahkan Rakai untuk mengikuti langkahnya.
"Ini adalah putraku, Balaputradewa" dia menghadapkan Rakai pada seorang pria bertubuh tinggi besar. Pria itu terlihat tidak asing bagi Rakai, tentu saja itu adalah pria yang sama persis dengan yang ada di mimpinya. Ternyata dugaannya selama ini benar, sebaiknya dia harus berhati-hati dengan orang ini.
"Salam Yang Mulia, senang bertemu dengan Anda" Balaputradewa menangkupkan kedua tangannya, memberi salam dengan senyumannya yang seakan mencemooh. Dan itu membuyarkan lamunan Rakai dari pria itu.
"Oh iya, salam" Rakai membalas salamnya cukup datar.
Kemudian Raja samaratungga menggiring Rakai ke tempat lain di mana para wanita berdiri dan berjajar rapi. Rakai sempat melirik Balaputradewa saat hendak berlalu dari hadapannya. Dan pria itu membalasnya dengan tatapan sinis yang cukup aneh. Lalu tidak lama, Rakai kembali mengalihkan pandangannya pada Raja Samaratungga saat pria itu mengucapkan sesuatu.
"Dan akan ku kenalkan calon istrimu, dia adalah putriku yang sangat cantik..."
Rakai mengikuti pandangan raja itu, melihat ke depan, ke arah jajaran wanita yang berdiri menunduk di sana.
"Dia adalah Pra...tunggu dulu. Di mana Pramodhawardani?"
Raja Samaratungga celingukan, ia menoleh kesana kemari mencari keberadaan putrinya itu. Tetapi ia tidak mendapati putrinya berada di antara jejeran wanita itu. Dia kembali menoleh ke arah Rakai dengan perasaan bersalah. Dilihatnya raut wajah Rakai Pikatan yang terlihat tengah menunggu nunggu.
"Maafkan aku, entah ke mana perginya gadis ini. Em...Anda tenang saja, di hari pernikahan besok pasti Anda bisa melihatnya. Sekarang sebaiknya Anda beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Rakryanku ini akan menunjukkan ruangannya."
Rakai mengangguk, kemudian datang seorang rakryan kerajaan Syailendra yang tanpa mengurangi rasa hormat mulai mengarahkannya dan para rombongan kerajaan Medang.
***
Siulan angin yang merdu bersiul dan menderu-deru di telinganya. Beberapa juga menerbangkan kan rambutnya hingga menari-nari di udara. Matanya menatap fokus ke arah satu titik, yaitu sebuah papan kayu dengan titik merah di tengah yang terletak di seberang sana. Tangannya mulai menarik tali busur itu dengan kuat sebelum hendak melepaskannya. Kini dia siap untuk membidik, matanya terpejam sebentar dilanjutkan dengan menarik napas dalam-dalam sampai...
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHATI
Narrativa Storica[TAMAT]✓ Ratih Fairuza Malik adalah seorang mahasiswi dengan kehidupan yang begitu kacau. Sejak insiden pembunuhan ibunya, ia mengalami kecelakaan yang juga nyaris merenggut nyawanya. Namun, seakan takdir ingin bermain-main dengannya, suatu ketika j...