3.

22.7K 863 11
                                    

Mahkota yang seharusnya Fani jaga untuk suaminya kelak, kini telah direnggut oleh pria asing. Fani terus menangis atas perlakuan pria itu. Fani merasa jijik dengan tubuhnya yang penuh noda. Ia teramat muak melihat seringai kepuasan  tercetak di wajah pria itu.

Setelah puas dengan tubuh Fani Reza merebahkan dirinya disamping   Fani, dengan susah payah   Fani mencoba berdiri sambil terus menangis, ia melilitkan tubuh polosnya dengan selimut mencoba menggapai pakaiannya yang tergeletak dilantai. Ia mencoba berjalan untuk menggapai pakainannya yang lain, seketika air matanya luruh ia merasakan seluruh tubuhnya terasa ngilu. Serta menyadari kenyataaan bahwa ia telah kehilangan kehormatan dengan cara tidak terhormat.

Fani berusaha berjalan sambil terseok ke kamar mandi. Sampai dikamar mandi ia membasuh mukannya dengan kasar diikuti dengan isakan kecil yang keluar. Ia menyalakan sower dan tubuhnya seketika luruh dibawah guyuran sower. Ia terisak sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkam wajahnya dikedua lututnya. Beberapa menit kemudian Fani bangkit dari guyuran sower dan membersihkan dirinya.

Fani merasa bersalah kepada orang tuanya dan ia menyesal telah menghiaraukan apa yang orang tuanya katakan agar pulang sebelum magrib, kalau saja ia langsung pulang dari Cafe mungkin kejadian ini tidak akan terjadi.

Selesai mandi dan berpakaian, Fani menghela nafasnya dan segera mencari benda yang bisa membuatnya keluar dari kamar sialan ini. Ia menemukan benda yang ia cari, ia langsung berlari menuju pintu kamar, ia langsung keluar kamar tanpa menoleh pada pria brengsek yang sedang tertidur di kasur.

Sekarang sudah menunjukan pukul 12 malam. Fani dengan tatapan kosongnya menyusuri jalanan,  ia tidak peduli lagi dengan keselamatannya, ia merasa sudah  hancur toh apa yang perempuan takutkan saat diluar sendirian pada malam hari, ia sudah alami. Dengan berjalan kesusahan serta menahan sakit, ia akhirnya sampai dirumah.
Satu tarikan nafas Fani hembuskan sebelum akhirnya membuka pintu utama rumahnya yang menampilkan penghuninya yang terlihat terkejut melihat kedatangan tiba-tiba gadis itu. Yang sebenarnya bukan gadis lagi.

Ferdy dan Asri  yang sedari tadi mondar-mandir entah menghubungi siapa, keduanya menoleh dan terkejut melihat kedatangan Fani tiba-tiba. Ada keheningan sesaat.

"Fani kamu dari mana saja?!" Tanya Ferdi marah.

"Sayang kamu dari mana saja?, bikin mama sama papa khwatir" ucap Asri sambil menghampiri putrinya.

  Fani menatap takut wanita paruh baya itu " maaf  ma, tadi aku habis ke toko buku dan ngerjain skripsi dirumah teman" dusta Fani.

"Trus kenapa  ponsel kamu tidak aktif dan kenapa kamu tidak bilang sama papa atau mama?" Tanya Ferdy mecurigai sesuatu.

Fani memutar kejadian tadi dimana ponselnya dibanting oleh pria brengsek itu saat ia ingin menghubungi papanya. Fani pun berpikir keras mencari alasan yang tepat" ponsel  aku jatuh pa saat di toko buku dan ga ketemu saat dicari, dan kenapa aku ga ngabarin papa,karena aku lupa pa" ucapnya berdusta sambil meremas pakaiannya.

“Tapi kenapa kamu pulang jam segini! Tidak baik anak gadis pulang jam segini apa kamu mau orang-orang bilang kamu gadis tidak benar!” tanya Ferdy marah.

Fani bingung harus menjawab apa pertanyaan papanya, kalau ia jujur habis dari hotel dan habis wik-wik itu gak mungkin, bisa di penggal kepalanya sama papa. Tapi, fani pun menghela nafasnya kasar. “Maaf pa, aku janji gak akan pulang jam segini lagi”

Ferdy melihat gelagat aneh dari putrinya, setelah itu ia pun menghela nafas. "Fani, papa mau bilang sesuatu, kamu sudah dewasa bentar lagi kamu akan wisuda kamu tahukan mana yang baik dan buruk untuk kamu, dan apa yang papa lakuin ini untuk kebaikan kamu karena papa sama mama menyayangimu, jadi jangan mengecewakan papa sama mama kamu mengerti Fani?"

Game AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang