Chapter 1

6.9K 1K 49
                                    

Tiga bulan sebelumnya...

Lily

Jika boleh jujur, sebenarnya aku tidak terlalu suka pesta. Aku benci acara alumni homecoming. Tapi Mama memaksaku untuk ikut, karena katanya tak satu pun dari keluarga kami yang bisa ikut kecuali aku. Karena aku punya banyak waktu luang. Dan sebagai anggota komite sekolah, Mama bilang paling tidak harus ada perwakilan yang datang.

Ya, asalkan Mama tahu, aku lebih senang menghabiskan waktu luangku di tempat tidur untuk menonton atau Skype semalaman dengan Hoseok. Tapi untungnya Hoseok juga ikut acara itu. sisi baiknya, aku bisa langsung bicara dengannya. Jadi, oke. Tawaran Mama tak seburuk itu.

Hanya saja perspektifku sedikit melenceng. Tentu saja, Hoseok itu laki-laki. Dia termasuk spesies yang senang berkumpul dengan sesama. Jadi di sinilah aku. Nyaris mual hanya dengan tiga kue yang masuk ke dalam mulut.

“Kau melajang sekarang, Lil?”

Aku menoleh dan mendapati laki-laki dengan kemeja putih dan dasi hitam yang menggantung pada lehernya. Sesaat aku tertawa kemudian menarik dasinya, membuatnya lepas dari lehernya. “Dari dulu aku sudah bilang kau tidak cocok memakai dasi, Tae.”

“Aku kemari supaya kau melepasnya dariku.” Taehyung mengedipkan mata sebelum menyodorkan minuman padaku.

“Santai. Obat perangsangnya tidak dalam dosis tinggi,” candanya. Aku segera menyikutnya dan dia merintih. “Aku bercanda, Lily.”

“Tidak lucu.” Mataku menyipit namun akhirnya aku tetap menerima minuman yang dia berikan dan meminumnya sampai habis. “Paling tidak minumannya tidak seburuk acaranya.”

“Aku tahu. Bosan,” Taehyung menimpali kemudian meletakkan gelasnya di pinggiran meja, “kau hanya sendiri?”

“Untuk sekarang... ya.”

“Hoseok?”

Aku mengangkat bahu. “Tidak tahu sama sekali. Terakhir dia bersama teman-temannya.”

Sesaat aku merasa ada sesuatu dalam tatapan Taehyung, namun akhirnya dia mengembuskan napas kasar, meluncurkan kedua tangan ke dalam saku, berjalan ke dinding dan bersandar di sana. Karena tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku memilih untuk mengekori Taehyung, bersandar di sampingnya.

“Hyoeun mana?” tanyaku, sama sekali tidak menatap Taehyung. “Dia tidak ikut?”

“Ikut kok. Tapi tadi dia mau keluar sebentar.”

Mendengar ucapan Taehyung, aku jadi ingat sesuatu. “Astaga!”

“Ada apa, Lily?” Taehyung menolehkan kepalanya ke arahku. Aku sudah heboh sendiri karena baru ingat. “Pantas saja aku merasa ada yang harus kulakukan,” tanganku bergerak menepuk dahi. “Mama menitipkan sesuatu untuk Kepala Sekolah Ahn.”

“Kau tinggal di rumah?” Aku menggeleng. Buru-buru aku berjalan keluar, namun Taehyung mengikutiku dari belakang.

“Aku akan ambil di mobil Hoseok,” kataku. Taehyung menarik tanganku tiba-tiba hingga membuatku berhenti.

“Kau terlalu panik,” kata Taehyung. “Ayo cari Hoseok dulu.”

“Ada di sini kok,” kataku, menepuk tas kecil yang tergantung dari pundakku. Taehyung mengangguk pelan kemudian melepas tanganku, namun kali ini aku menarik tangannya. “Temani aku ke parkiran.”

“Kau takut?” Taehyung mengangkat alisnya sambil tersenyum alis, yang buru-buru kubantah.

“Setidaknya lebih baik daripada kelihatan miris dan sendirian di pesta.”

Tatapan Taehyung tertuju padaku, seolah dia tengah berpikir. Padahal lebih gampang langsung mengiyakan, bodoh. Dan pada akhirnya, Taehyung mengangguk.

Aku langsung berlari ke arah parkiran, tempat Hoseok memarkir mobil. Taehyung berjalan dengan santai di belakang sementara tangan terjejal setia ke dalam saku.

Awalnya aku ingin berteriak pada Taehyung dan menunjuk mobil Hoseok. Aku melihat mobilnya. Tapi ternyata aku melihat pemiliknya juga. Hoseok. Kendati menghampiri Hoseok, aku balik berlari ke arah Taehyung dan menarik tangannya untuk kembali.

“Kenapa?”

Tadinya aku mau bilang “nanti saja” atau jawaban yang mirip dengan itu, tapi tidak bisa. Aku hanya mematung, mencengkeram tangan Taehyung sekuat yang kubisa agar menahan mataku. Ternyata rasanya bisa sesakit ini. Kupikir operasi jahit di lengan yang kujalani merupakan kesakitan yang paling mengerikan, tapi aku salah. Jelas sekali salah.

Taehyung melempar tatapannya dan nampaknya dia melihat apa yang kulihat, namun dia justru hanya mendesah seolah apa yang dia lihat bukanlah hal yang mengejutkan. Padahal kalau aku jadi dia, aku sudah menarik pacarku karena mencium pacar orang.

Kepalanya sesaat menunduk. “Lily.”

Aku menengadahkan kepala sedikit untuk menatapnya. “Apa?”

“Ingat permainan kita saat SMA?” tanya Taehyung. Butuh beberapa detik bagiku agar bisa mengingatnya, lalu aku menganggu. Permainan konyol soal ‘pengakuan paling jujur’. Naked truth. Terakhir kali kami memainkannya sebelum kami sama-sama berpacaran dengan orang lain.

“Oke, aku mau mulai,” kata Taehyung. “Naked truth. Aku tahu Hyoeun berselingkuh sejak beberapa minggu yang lalu.”

“Kau... apa?”

“Tapi itu hanya spekulasiku saja. Rupanya aku benar.”

“Kenapa kau tidak marah padanya?”

“Aku ingin, tapi...”

Begitu Taehyung menggaruk tengkuk kepalanya, aku ingat. Aku ingat tentang dia. Tentang janjinya untuk tidak pernah marah pada wanita. Aku ingat. Seharusnya aku tahu ini lebih dari siapapun. Dia sahabatku, dan aku tahu bagaimana masa kecilnya.

“Maaf,” gumamku pelan selagi kepalaku menunduk. Barulah kurasakan Taehyung mengangkat daguku dengan jarinya, menatapku sesaat, kemudian dia melakukannya.

Ini salah. Aku tahu. Tapi sesaat aku berpikir. Apakah Hoseok merasa bersalah juga saat mencium Hyoeun?

*

Cataclysmic (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang