Ternyata DIA!

10.4K 836 7
                                    

Menjadi orang tua tunggal, tak semudah apa yang dibayangkan. Apalagi untuk ukuranku yang mengasuh balita dan batita, sungguh membuatku pusing bukan kepalang. Jika begini, peran istri sangat membantu sekali tentunya.

Tapi yasudahlah.......

Membagi waktu antara dikampus dan dirumah. Itu membutuhkan manajemen waktu yang tepat. Jika kerja, khania aku titipkan ke orangtuaku. Sedangkan Si abang,  dari usia 2,5 tahun sudah ku masukan ke Play Ground. Tak ada penolakan dari si abang tiba-tiba dia ku masukan ke sana.

"Ayah, alsen nanti banak temenna ya yah?"

"Iya sayang, disana nanti temennya arsen banyak. Dan juga banyak mainnanya loh"

"Atikkkk.. alsen tukak yah, ada pelototan duda tan yah?" tanyanya girang

"Ada dong, ada perosotan, ada ayunan. Pokoknya banyak sayang."

"yeyyyyyy... ayok tepat yah, alsen au tetana"

"Sabar sayang, arsen mulai sekolahnya besok ya, inikan hari minggu nak"

"Oh ia yah, alsen tupa, minggu tan libul kan yah?" cengirnya

"Nah itu Arsen tau. Anak ayah Pinter banget sih" ciumku pada pipi gembulnya.

Diumurnya yang sudah tiga tahun. Cara bicaranya masih terkesan belepotan. Namum cara berfikirnya, terkadang melebihi anak seusiannya. Itu berkat gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.

Dalam ilmu genetika ada namanya pewarisan sifat. Ada yang namanya gen DNA dan RNA. Pada umunya gen yang terdapat pada anak, itu merupakan gen yang berasal setangah dari ayah dan setengah dari ibu. Dan itu terbukti pada anakku. Arsen!

…………

Pagi sabtu. Salah satu hari bebas tugasku dikampus. Menghabiskan waktu untuk kedua anakku. Rencananya nanti siang aku akan menjemput khania dirumah orangtuaku.

Tapi sebelum itu, menikmati waktu pagi dengan berjalan kaki mengelilingi komplek cukup menyenangkan. Apalagi ditemani sama si abang. Tak henti-hentinya  mulut si abang berceloteh ria di sepanjang jalan, dan setiba di pangkalan ojek, wajahnya tampak sumringah. Melihat beberapa gerobak sarapan, berjejer rapi di pinggir jalan.

"Ayahh alsen au bubul itu yah"

"Ayah"

"Ayah! Dengel alsen nomong ndak cih?"

"Ihh cebel!"

"Ia arsen, ini sudah ayah pesan untuk arsen nak"

"tok lama yah?"

"ngantri sayang"

"telobot yah, telobot, alsen lapar yah"

"Sudah mang? berapa mang ? tadi nambah sate ati ampelanya 2"

Kulihat seorang wanita berdiri dari motornya dan meletakan ponselnya di kantongnya.

"30 rebu neng"

Diserahkannya selembar uang biru.

"Ayah, itu bubul alsen tok di tasih tama ante endut itu yah"

Ante endut?  Ya ampun arsen, kebiasaan sembarang memanggil orang. Tapi wanita didepanku ini memang gendut sih Celana tidur berkarakter minion, baju kaos kuning bergambar minion dan tak lupa jaket serta jilbab langsungnya. Tumpukan lemak yang menutupi perutnya. Tetapi wajahnya terlihat masih sepeti anak sekolahan. Tapi kok, dia tidak sekolah? apa dia bolos? Entahlah ~

"Astaghfirullah, fokus Bayu! kenapa yang kamu perhatikan perutnya! lagi pula mau dia tidak sekolah pun itu bukan urusanmu bayu"

"ayah, itu bubul alsen yah"

Menggenggammu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang