Sampai detik ini, tidak pernah terfikirkan olehku akan menjadi Adiba yang sekarang. Dengan mempunyai badan Big Size, memeliki suami seperti dia sama sekali tidak terlintas difikiranku. Itu suatu kemustahilan bagiku. Apalagi sekarang, memiliki calon anak yang murni dari rahim ku, suatu kebahagiaan tersendiri.
Abang dan kakakpun juga begitu. Semakin lama, rasa sayangku terhadap mereka sudah tidak bisa terdefenisikan lagi. Ditambah lagi calon anakku ini. Sepertinya Dunia selalu berpihak kepadaku. suamiku yang sekarang super duper protektif terhadap ku, membuat rasa sayangku semakin bertambah setiap harinya. Ngak nyesal kan Lo Dib. Haha.
Apalagi sekarang sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Banyak rintangan yang tak mudah aku rasakan selama beberapa bulan terakhir ini.
Jangan kalian kira badanku besar membuat fisikku kuat. Salah besar, dari awal kehamilan sampai usia enam bulan sudah tidak terhitung berapa kali aku rawat inap. Mabuk coi. Sumpah, baru ku tahu begini rasanya mabuk total. Untuk membuka mata saja mual, apalagi berdiri. Rasanya sudah ngak sanggup lagi.
Maafin diba ma, Diba sering buat mama kesal huhu. Janji deh ngak lagi.
Apa kabar dengan Abang dan kakak? Jangan ditanya lagi, selama kehamilan mereka lebih sering aku titipkan ke kanjeng ratu ataupun ibu. Itu usul mas Bayu sih. Karena untuk beberapa waktu terakhir ini mas Bayu lebih fokus ke aku, apalagi kalau rawat inap, wajahnya yang super panik, membuat dia semakin cerewet terhadapku, tetapi dia selalu berada disampingku kapanpun. Untung saja dia bisa dapat cuti dari kampusnya.
Pasti kalian tidak menyangka, selepas usia kandungan enam bulan, nafsu makanku semakin menjadi-jadi. Jangan heran jika sekarang timbangan ku sudah mencapai sembilan puluh delapan kilo. Rasanya mau nangis, tapi mau bagaimana lagi.
"Mas, gimana dong, beratku sudah melewati batas nih" jika lihat timbangan pasti bawaanya pingin nangis
"Mas, badanku gendut banget" keluhku
"Ngak papa gendut, yang penting dia sehat" jawabannya pasti begitu. Kamu ngerti ngak sih perasaanku?
"Mas! Kamu tuh ngak ngerti perasaanku baget!" Bentakku. Dia masih sibuk dengan menatap televisi didepannya
"Yang" panggilku
"Ssstt" dielusnya perutku dari samping
"Ihh..Aku ngak minta Elus mas" kusingkirkan tangannya dari atas perutku
Dia masih fokus guys. Tidak gerak sama sekali. Oke baiklah.
"Mas mau eskrim, dedeknya mau eskrim mas" ku goyangkan tanganya "yang" rengekku.
Dia melihatku " jangan ya"
"Tapi aku mau mas" rengekku lagi
"Ingat kata dokter kan ? Kurangin konsumsi es dalam bentuk apapun Diba"
Emang dasarnya aku ini baper atau cengeng "Tapi aku kepingin mas, terakhir deh, janji" isakku. Dasar air mata, dikit-dikit nangis. Ah payah.
"Sayang, dengar mas, sebentar lagi HPL kamu, katanya mau lahiran normal, berat bayinya udah berat loh, nanti kalau makan es makin berat, nanti sulit lahiran loh, kamu mau?" Direngkuhnya tubuhku dari samping
"Anak ayah, yang lain ya sayang, jangan eskrim. Nanti bunda susah lahiran kamu nak" diusapnya lagi perutku, membuat mataku berat.
"Ya udahlah, ngak pingin lagi, kamu Elus perutku aja deh mas, aku ngantuk" pintaku
"Pindah kamar sana, mas ngak kuat angkat kamu, berat yang" pintanya
"Is, aku ngak minta angkat, aku minta Elus perutku, pelit banget sih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggenggammu!
ChickLitKalau kita Jodoh, pasti kita dipersatukan! Dan kita memang jodoh, artinya 50.000 tahun sebelum langit diperkenalkan ke laut, Tuhan telah menuliskan namamu disisku. --------------------------------- Cerita ini bukan cerita yang mempunyai konflik yang...