(LIMA TAHUN SEBELUMNYA)
Ia masih berdiri di sana saat semua orang telah pergi. THOMAS ALEXANDER CADE, itulah nama yang tertera pada sebuah nisan di hadapannya. Salju yang mulai turun tak membuat dirinya beranjak dari pamakaman itu. Berat rasanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada satu-satunya orang yang telah menemaninya selama 18 tahun belakangan ini.Ya, hari ini Ryan telah kehilangan seorang ayah yang sangat ia sayangi. Ia meninggal dunia dihadapannya setelah tertembak beberapa peluru di rumahnya sendiri. Pihak yang berwenang masih belum mengetahui siapa pelaku pembunuhan ayah Ryan. Pasalnya, tidak ada saksi mata yang dapat dimintai keterangan. Bahkan, Ryan sendiri pun tidak melihat pelakunya. Padahal, hanya dia seorang yang berada di TKP saat itu.
Dirinya masih sangat terpukul atas kepergian ayahnya. Bagaimana tidak, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat sang ayah jatuh terkapar di lantai dengan kondisi setengah sadar dan sudah bersimbah darah. Ia juga menyaksikan sang ayah yang sekarat dan akhirnya meninggal dunia di pangkuannya. Bagaimana mungkin petugas meminta keterangan darinya dengan kondisinya yang masih demikian. Kasus ini pun sepertinya tidak pernah menemukan titik terangnya.
Dibesarkan di keluarga yang sudah tidak utuh lagi membuat Ryan tumbuh menjadi pria yang tangguh. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Ia dibesarkan sendiri oleh ayahnya, tidak ada saudara ataupun kerabat. Namun ayahnya sering meninggalkannya di rumah karena urusan pekerjaan. Untuk itu, dirinya ingin menghabiskan waktu bersama ayahnya untuk yang terakhir kalinya walau hanya dengan memandangi nisannya saja.
"Tn. Cade!"
Terdengar seorang pria memanggil Ryan dari arah belakang. Namun, ia tidak mempedulikannya karena masih sibuk memandangi ayahnya, atau lebih tepatnya kuburan ayahnya. Kemudian, pria itu berjalan dan berhenti tepat di belakang Ryan.
"Aku turut berduka atas kepargian ayahmu," ucap pria yang memakai setelan hitam itu.
"Jangan tunjukkan rasa simpatimu itu kepadaku. Katakan saja apa maumu dan pergi dari sini. Biarkan aku sendiri," ucap Ryan datar tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ya, aku tahu itu. Aku hanya ingin memberikan surat ini kepadamu dan segera pergi dari sini. Perlu kau ketahui, surat ini adalah pesan terakhir dari ayahmu."
"Apa? Surat dari ayahku?"
Sontak Ryan terkejut dan berbalik. Ia mendapati seorang pria yang seumuran dengannya sudah menyodorkan sebuah surat ke arahnya yang langsung ia ambil.
"Oh ya, satu hal lagi. Jika kau perlu sesuatu, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungiku," kata pria itu sambil memberikan kartu namanya.
"Baiklah," jawab Ryan sambil menerima kartu nama itu. Tak berselang lama pria itu pun berjalan pergi meninggalkannya.
"Tunggu... aku belum tahu siapa dirimu!" seru Ryan yang membuat langkah pria itu terhenti sejenak.
"Kau akan tahu setelah membaca surat itu. Dan jangan lupa, ayahmu adalah orang yang baik. Aku sangat bangga bisa mengenal ayahmu," jelasnya. Kemudian ia melanjutkan langkahnya.
Tanpa menunda lebih lama lagi, Ryan segera membuka dan membaca surat dari ayahnya itu.
Untuk anakku tersayang, Ryan
Jika kau membaca surat ini, itu artinya Ayah sudah tidak ada lagi bersamamu. Ayah tahu, kau pasti masih merasa sedih atas kepergian Ayah. Tapi, jangan biarkan kesedihan itu berlarut-larut. Itu akan membuatmu semakin terluka.
Orang yang memberikan surat ini adalah salah satu anggota IIS (International Intelligent Service). Di sanalah tempat Ayah bekerja. Maaf Ayah tidak pernah memberi tahumu tentang ini. Pekerjaan ayah sebagai seorang agen intelijen negara memaksa Ayah untuk tetap merahasiakannya. Sebab itu pula ayah sering meninggalkanmu sendirian. Ayah melakukan semua ini semata-mata hanya untuk melindungimu dari orang-orang jahat yang bisa jadi berniat buruk kepadamu.
Setelah kau lulus dari sekolah tinggi, kau akan langsung ditempatkan sebagai calon agen IIS. Kemampuanmu di bidang IT, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan cyber dan hacking, sangatlah tinggi. Potensimu ini pasti akan sangat dibutuhkan di sana. Dengan sedikit pelatihan, Ayah tahu kau akan menjadi agen lapangan yang sangat hebat melebihi Ayah.
Ryan, ingatlah ini baik-baik. Saat kau menjalankan misi-misimu nanti, jangan pernah melibatkan perasaanmu. Tak peduli seberapa sering kau berurusan dengan kematian, percayalah kau akan berteman baik dengannya. Singkirkan semua masa lalumu yang tak patut dikenang, itu membuatmu lemah. Selama kau bertarung untuk hal yang kau anggap benar, kau akan baik-baik saja.
Jangan berfikir bahwa kau sendirian di dunia ini. Percayalah, Ayah dan juga ibumu akan selalu bersamamu di dalam hatimu. Kami menyayangimu, Nak.
Penuh cinta,
Ayah
***
Halo lagi semua... makasih ya udah baca. Gimana, ceritanya ngebosenin gak? Emang sih, sengaja gak ada actionnya. Chapter ini juga semacam prekuel, bukan sekuel.
Tolong... banget, minta comment dan vote yang banyak. Next chapter udah kembali actionnya. Jadi baca terus ya sampai tamat.
See you in the next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Few Days To Survive (End) (Sudah Terbit)
Acción#1 - Aksi (24-04 Juni 2019) #1 - Agen (15-26 Juli 2019) Rahasia, kelam, kejam, no mercy. Mungkin itulah beberapa kata yang tepat untuk menggambarkan betapa kerasnya dunia per-intelijen-an. Ryan Alexander Cade, atau biasa disapa Agen Cade, hanyalah s...