Perlahan, Ryan mulai membuka matanya. Hanya ada bayangan suram yang ia lihat saat itu. Lama-kelamaan, pandangannya berangsur-angsur semakin jelas. Ia pun berusaha menegakkan kepalanya dan mulai mengamati sekelilingnya. Ternyata, ia masih berada di dalam ruang kemudi pesawat, atau bisa dibilang bangkai ruang kemudi pesawat. Sabuk pengaman pun masih mengikat kuat dirinya, bersama dengan koper misterius yang masih belum diketahui apa isinya.
Sejak Ryan tersadar, suara aneh mendengung keras di kepalanya. Ia pun menghela nafas sembari menenangkan diri dan mulai sedikit memijat keningnya. Suara aneh itu perlahan mulai menghilang. Tak lama kemudian, ia baru menyadari bahwa lengan kirinya yang masih memijat kepalanya itu sudah berlumuran darah. Ternyata, darah itu berasal dari bahu kirinya yang tertembus oleh sebuah besi panjang yang masih menyatu dengan kerangka pesawat.
Dirinya pun tak dapat beranjak dari tempatnya sekarang. Ia hanya bisa duduk dan sesekali merasakan nyeri yang cukup menyakitkan dari bahu kirinya itu. Ia juga baru tersadar bahwa pesawat yang ditumpanginya jatuh di tengah hutan pinus yang sangat rimbun. Cuaca di hari itu pun sepertinya tidak sedang berpihak kepadanya. Langit yang mendung diikuti dengan hujan yang cukup deras membasahi hutan itu.
"Ya Tuhan... apakah keadaan ini akan bertambah buruk?! Shttt... arghhh..." gumam Ryan sambil merintih kesakitan karena air hujan telah membuat lukanya terasa semakin perih. Ia mulai berusaha melepaskan sabuk pengaman yang mengikat kuat dirinya, namun ternyata macet. Ia pun hanya menghela nafas karena sedikit kesal.
Sepertinya gumaman Ryan menjadi kenyataan. Keadaan bertambah buruk saat dirinya melihat seekor serigala liar yang terus melihat ke arahnya dari kejauhan. Sepertinya serigala itu terpisah dari kawanannya dan sangat kelaparan. Mungkin juga dia mencium bau darah Ryan yang sangat menggoda. Tak berselang lama, serigala buas itu pun langsung berlari ke arah Ryan dan berniat untuk memangsanya.
"Oh, tidak lagi..." ujar Ryan sesaat sebelum serigala itu sampai di hadapannya dan langsung menyerangnya.
Ia pun berusaha menangkis serangan itu dengan sekuat tenaga. Namun apa daya, semakin banyak ia bergerak, lukanya terasa semakin menyiksa raganya. Darah kembali mengucur deras dari bahu dan juga tangan serta kakinya yang tidak luput dari serangan si serigala yang semakin menjadi-jadi.
Sesekali Ryan menggerang hebat karena tak kuasa menahan rasa sakitnya. Seakan tak mau kalah, serigala itu juga menggerang keras, seolah-olah ingin segera mecabik-cabik tubuh Ryan. Setelah cukup lama pertarungan itu berlangsung, Ryan mulai merasa kelelahan. Penglihatannya saat itu juga sudah mulai memburam. Seakan-akan sekarang, ia sudah pasrah dan merelakan tubuhnya menjadi santapan serigala kelaparan.
Namun, ternyata takdir berkata lain. Sepertinya, Tuhan belum menginginkan Ryan untuk mati saat itu. Tiga buah anak panah tiba-tiba melesat cepat dan langsung mengenai tubuh si serigala. Perlahan, serigala itu pun ambruk dan mati seketika. Lalu, terlihat seorang pria dari kejauhan mulai berlari menuju ke arah Ryan. Namun, Ryan sendiri pun tidak sempat melihatnya dengan jelas karena penglihatannya yang sudah terlanjur gelap. Sebelum pria itu sampai di hadapannya, ia sudah terlebih dahulu kehilangan kesadarannya.
***
"Mr. Secretary!" panggil seorang pria yang terlihat tergesa-gesa dari depan pintu.
"Agen Scott, masuklah."
"Pak, terjadi masalah..."
"Tunggu sebentar, tenangkan dirimu dulu. Nafasmu yang terengah-engah itu membuat bicaramu menjadi tidak jelas. Sebenarnya apa yang kau bicarakan? Masalah apa yang kau maksud, Agen Scott?"
"Pak, sebuah pesawat komersial yang lepas landas dari Bandara Internasional John F. Kennedy, New York hari ini dilaporkan telah menghilang. Kontak terkhir terjadi sekitar pukul 02.00 dini hari tadi. Hingga saat ini, kami masih belum mengetahui secara pasti penyebab hilangnya pesawat itu. Namun, kami berspekulasi bahwa pesawat itu telah dibajak oleh sekelompok orang."
"Jadi, apakah sebuah tragedi pembajakan pesawat komersial dapat menjadi masalah yang sangat serius?"
"Masalahnya adalah sekelompok orang yang membajak pesawat itu diduga kuat berasal dari organisasi yang sama yang selama ini kita incar. Dan satu hal lagi, Agen Cade berada di dalam penerbangan itu."
"Apa?! Apakah dengan penerbangan itu dia akan menuju London untuk menjalankan misi terbarunya?"
"Sayangnya, iya."
"Ya ampun, ia sudah menghadapi masalah bahkan sebelum ia memulai misi itu. Astaga, semoga ia tidak ikut menghilang seperti agen-agen yang sebelumnya."
***
Hai semua, semoga terhibur ya... dengan ceritaku ini. Berhubung aku masih pemula, jadi maaf kalo ceritanya sedikit 'amburadul'. Makanya, aku butuh banget kritik dan saran dari kalian semua.
Seperti biasa, VOTE dan COMMENT yang banyak ya...
See you in the next chapter...
You are the best ♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
A Few Days To Survive (End) (Sudah Terbit)
Action#1 - Aksi (24-04 Juni 2019) #1 - Agen (15-26 Juli 2019) Rahasia, kelam, kejam, no mercy. Mungkin itulah beberapa kata yang tepat untuk menggambarkan betapa kerasnya dunia per-intelijen-an. Ryan Alexander Cade, atau biasa disapa Agen Cade, hanyalah s...