"Siap atau tidak aku datang," ujar seorang anak laki-laki dengan mata tertutup lengkap dengan suara cempreng khasnya.
"Temukan aku kalo bisa," aku menantang.
Dengan cekikikan, aku yakin dia tak akan bisa menemukanku.
Aku kan jagonya bersembunyiBersembunyi dari mama waktu ngomel aja jago, apalagi cuma kayak gini. Ah kecil ini mah.
Padahal, aku hanya menutup mata dengan kedua telapak tangan dan bersembunyi di balik pohon tak jauh dari situ sambil menahan napas.
Dengan langkah kecil dan tubuh mungilnya, ia mengendap-endap dan membuat hatiku melonjak kaget dari tempatnya.
Satu.. Dua.. Ti..
"Baaaa ! Ketemu kamu!"
"Katanya kalo bisa menemukan kamu, nanti dapet hadiah, mana hadiahnya?" Anak laki-laki itu menyengirkan senyuman dengan wajah memelas.
"Nih buat kamu, jaga baik-baik yah," kataku sambil menyodorkan gelang tosca bertuliskan "my BFF" dengan tulisan kecil di pojok bawah "from Evetta".
Senyum terukir di bibir kecilnya. Lengkungan sabit itu semakin menyempurnakan tampilan pipi bakpaonya. Tentu saja, sebuah tampilan yang menyempurnakan indahnya senja. Ralat, dia jauh lebih indah dan nyata daripada senja. Apalagi ditambah dengan keindahan Taman Lamda membuatku ingin berlama-lama.
"Kamu mau apa? Sini aku beliin."
"Wuih, lagi banyak uang nih," ejekku lalu melompat-lompat girang.
Aku mulai memikirkan apa yang ingin kubeli, "Hmm.. lolipop, mainan, es krim, skinker... aduh yang terakhir itu kan tempatnya Bi Amy."
Bocah 6 tahun bernama Tatan itu pun merogoh kantung celananya. Ekspresi bingung nampak di wajahnya. Aku sudah bisa menebak, uangnya hilang. Dan benar saja, uang 5 ribu dari mamanya hilang. Matanya pun berkaca-kaca.
"Udah, gausah nangis, nih aku kasih 5 ribu buat kamu."
Kebetulan, saat itu uang jajanku lebih. Heran sih, biasanya habis buat beli es krim sepulang latihan nari.
"Huaaaaa."
Dia malah semakin menangis. Tangisannya membuncah pecah dan seakan terdengar hingga ke ujung dunia.
"Tatan, aku ikhlas kok, gausah nangis gitu," sambung ku sedikit kepedean.
"Bukan itu Ta," ucap Tatan sambil mengusap air matanya.
Dengan masih sesenggukan, dia berkata,
"Kan kalo uangku gak hilang, sekarang aku punya sepuluh ribu."Jawaban itu membuatku kaget dan membuat air mataku keluar karena terlalu menghayati tawaku.
"Hahaha, ada ada aja, buat apa sih cari uang 10 ribu ? Mau beli truk?" tawaku semakin meledak.
"Aku pengen kasih taman ini buat kamu biar nanti kalo aku pergi ke Jepang, kamu bisa selalu main disini tanpa ada yang ganggu," ujarnya polos.
Aku bergeming menatapnya beberapa detik. Wajahku melongo tak percaya.
Aku yang belum genap berusia 6 tahun itu juga menunjukkan kepolosanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone From My Past
Teen FictionAwalnya, hidup seorang Evetta sebagai siswa SMA berjalan baik-baik saja. Namun, semua itu berubah saat siswa baru datang ke kelasnya. Mulai dari teror surat hingga tragedi yang menimpa satu per satu temannya memaksa Evetta terjun langsung dalam se...