Chapter 1

1K 640 1.2K
                                    

Cahaya remang lampu mulai mengantarkan ku menuju suatu tempat yang tak pernah muncul di peta dunia. Orang awam sering menyebutnya "Bunga Tidur". Namun percayalah, tak ada bunga satupun disana.

Kenapa?
Karena bunga hanya ada di toko bunga. Kecuali kalau waktu tidur ada yang kasih kalian bunga di meja, nah itu beda cerita lagi. Sudah, jangan halu berlebihan. Semua hal yang berlebihan gak baik, kan?

Memang sih, tidur harusnya di rumah. Tapi berhubung sekolah disebut rumah kedua, jadi gak ada salahnya.

"Chanindita Evetta Keiva!"

Aku yang tertidur pulas di bangku belakang tak mendengar suara apapun.

"Chanindita Evetta!!"

"APA EVETTA HADIR HARI INI!?"

Avy yang duduk di sampingku mencubit lenganku keras.

"Hah apa ? Gimana?"

"Itu diabsen kanjeng mami," bisik Avy.

"Hadir Bu!" Dengan mata suntuk, aku mengacungkan jariku.

Bu Enjel berkacak pinggang. Sorot matanya menatap tajam ke arahku, "DARI TADI IBU TERIAK GA DENGER, ITU KUPING APA CANTELAN?"

Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya gak gatal, "Maaf Bu, lain kali enggak lagi deh Bu."

Guru yang paling hobi marah, Bu Enjel namanya. Jangan tanya berapa hari beliau marah. Tak terhitung dengan rumus matematika.

"Bu?" Azel mengacungkan jarinya. Tenang, jari telunjuk kok.

"Ada apa?"

"Ibu gamau nyanyi lagu matematika dulu sebelum pelajaran dimulai?"
Pertanyaan gajelas Azel sontak membuat sekelas tertawa nyaring.

"Azel, silakan keluar!" perintah Bu Enjel dan langsung dipatuhi oleh Azel.

"Bu, gamau ngeluarin saya juga?" Max mengangkat tangan dan mengajukan diri.

"DIAM!"

Galak? Wuih jangan tanya. Pake banget. Ketahuan nyekip ? Tidur di kelas? Kerjain semua latihan soal buku paket rapi tanpa tip-x.

Makanya, sebelum pelajaran Matematika, pada berdoa dulu temen-temenku supaya tabah dalam menghadapi cobaan sama jangan lupa ngopi biar gak ngantuk.

"Pagi-pagi udah ada toa nongol, thug life banget," omel Avy, teman sebangkuku.

"Tenang lah Vi, habis ini pelajaran nya ikan buntal kok, eh ikan buntal apa dugong ya ?" sambung Mayli, teman depanku.

Soal gosipin guru pasti nomer 1, tapi pelajaran, harus terus go on terus ya guys kayak gagal move on sama mantan.

"Avy, Mayli bisa diam tidak ! Bagi yang tidak ingin ikut pelajaran saya silakan keluar!"

Darah Bu Enjel sudah sampai ujung kepala dan nada bicaranya sudah sampai do tinggi. Ya karena kelasku itu bandel abis, akhirnya keluar deh rombongan satu kelas.

Sebuah kesempatan dalam kesempitan. Kalau terlalu sempit, terobos aja lah. Namanya juga kesempatan, sayang buat dilewatkan.

"Horee! Jamkos guys ke warmindo yok!" seru teman-teman serempak.

Bu Enjel semakin ngomel lagi deh. Biarpun kelasku bandel abis, tapi prestasi jangan diremehin.

"Ta, dilaporin ke kepsek gak ya?" celetuk Nadya.

"Paling kalo dilaporin, kelas kita jadi famous. Terus-terus viral di medsos!"

"Yoi, bandel bareng dihukum bareng, solid!" sorak trio ala ala yang mirip trio kwek kwek.

Someone From My PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang