3

156 9 1
                                    

SHAWN POV

Entah sudah berapa lama aku berdiri mematung di lorong ini, setelah aku sadar dari lamunanku, aku segera melanjutkan langkahku kearah pintu keluar universitas. Masih dengan pikiran yang kalut aku segera memasuki mobilku dan menjalankannya keluar area universitas.

Aku sedikit termenung ketika mobilku berhenti di perempatan jalan saat lampu merah menyala. Apa benar dia sudah kembali atau hanya kebetulan saja wajah mahasiswi itu sangat mirip dengan Seanna. Aku mengacak rambutku sebal dan segera menancapkan gas ketika lampu hijau sudah menyala.

Perasaanku berantakan, aku sudah tidak mood pergi ke kantor, bisa kacau pekerjaanku nanti. Kuputuskan untuk segera kembali ke manshion setelah aku mengabari sekertarisku bahwa hari ini aku tidak bisa pergi ke kantor.

•••

Sekitar 30 menit kemudian aku sampai di gerbang manshionku. Gerbang itu segera terbuka otomatis setelah sang penjaga gerbang melihat mobilku akan masuk ke area manshion.

Tanpa mengucapkan salam apapun aku segera mengemudikan mobilku kedalam area manshion. Jarak antara pintu masuk manshion dan manshion utama cukup jauh, sehingga aku membutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai garasi disamping kanan manshion.

Setelah selesai memarkirkan mobil aku segera masuk kedalam manshion. Hanya beberapa pelayan yang menyapaku, aku melewati mereka begitu saja. Di manshion yang besar ini aku hanya memperkerjakan beberapa puluh pelayan dan staf lain.

Untuk urusan merawat hutan buatan, biasanya sebulan sekali akan ada petugas yang datang untuk merawat hutan buatan disekeliling manshionku. Aku memang suka ketenangan jadi aku membangun manshion ini ditengah hutan buatan.

Langkah kakiku terhenti didepan pintu sebuah ruangan dilantai 1. Tanpa pikir panjang aku segera membuka pintu itu dan masuk kedalam ruangan.

Di dalam ruangan itu hanya ada beberapa rak buku, sebuah kursi dan sebuah meja baca. Aku berjalan ke salah satu rak buku dan mengambil sebuah buku tebal berwarna merah marun di sudut rak. Tak lama kemudian salah satu sisi dinding bergeser menampakkan sebuah pintu kayu berukiran sulur sulur tumbuhan.

Ku dekati pintu itu dan kuputar searah jarum jam salah satu ukiran daun di pintu. Kutunggu beberapa detik hingga pintu itu bereaksi. Perlahan lahan pintu kayu itu terangkat ke atas dan menampakkan sebuah lorong yang berisi tangga ke arah bawah tanah.

Aku segera masuk ke lorong itu meninggalkan pintu kayu yang perlahan menutup dan dinding yang kembali ke posisi asalnya. Lorong itu segera menjadi gelap gulita namun tak kupedulikan karena aku dapat melihat dalam gelap dengan jelas.

Setelah berjalan melintasi lorong gelap cukup lama, aku segera tiba di depan sebuah ruangan yang cukup terang karena diterangi oleh beberapa obor yang menempel di sisi dinding. Api obor itu berbeda dengan api kebanyakan karena api itu berwarna biru dengan inti api berwarna putih susu.

Aku melihat sekeliling ruangan. Ruangan ini masih sama seperti terakhir kali yang kuingat, masih ada kesan abad pertengahan dengan perabotan yang sedikit berdebu. Ada beberapa lukisan di dinding, sebuah kursi kerja, dan sebuah meja berisi beberapa tumpukan buku.

Kudekati salah satu lukisan di dinding, lukisan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum sangat menawan.

Kusentuh perlahan lukisan itu. Seakan wanita dalam lukisan itu ada didepanku, aku berkata "Bagaimana hari harimu berjalan sayang, apa kau merindukanku?"

Aku menghela nafas pelan menyadari bahwa seberapa banyakpun aku bertanya tidak akan ada jawaban dari wanita dalam lukisan tersebut.

"Seanna, apa kau tahu? Hari ini aku melihat seorang mahasiswi yang sangat mirip denganmu. Apa ini hanya halusinasi ku karena merindukanmu atau dia memang dirimu yang telah kembali?"

Lagi lagi hening yang menjawab pertanyaanku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Kudekati meja dan kursi kerja yang sedikit berdebu dan kuusap perlahan debu di atas kursi kerja. Setelah kurasa cukup bersih aku segera menduduki kursi itu dan kupandang sebuah buku berwarna cokelat keemasan berukiran mawar yang tergeletak di atas meja tidak jauh dari posisiku saat ini.

Handsome Vampire • Mendes √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang