Dua

23.2K 1.1K 14
                                        

Agatha berjalan pelan dari koridor menuju kelasnya, jika dulu ia tidak pernah diperhatikan, sekarang bukan hanya hal-hal yang besar saja, melainkan hal sekecil apapun akan dicari tahu oleh para fangirls Agam.

Si Agam buta kali ya, cewek segitu tomboynya malah dia kejar

Tau ih, mendingan Alicia kemana-mana kali ah.

Apaan sih, Alicia itu manja. Sama kak Davian aja yang bukan siapa-siapanya dia manja.

Ya kan, cantikan Alicia.

Agatha mengusap telinganya yang terasa panas, sebenarnya bisa saja ia tidak mempedulikan ocehan tidak bermutu itu. Satu kali dua kali sih, nggak masalah, coba kalo berkali-kali, bisa lost control dia. Amit-amit jangan sampe!

“Agatha!”

Agatha menoleh menatap siapa yang memanggilnya, ekspresi Agatha berubah datar saat melihat siapa yang memanggilnya. Dia Azrial. Menyebalkan sekali pagi-pagi harus melihat manusia satu spesies dengan Agam.

“Elah, b aja kali liatinnya. Naksir baru tau rasa lo-“ Azrial tidak melanjutkan ucapannya seakan tersadar jika gadis di hadapannya adalah gadis milik sahabatnya yang begitu sadis dan ganas. Jangankan berbicara seperti itu, berniat dalam hati untuk mendekati Agatha saja Agam bisa tahu.

“Apaan?” ketus Agatha.

Azrial terkekeh,”Santai aja mba bro, lagian gue ke sini disuruh Agam. Jadi, nggak usah khawatir Agam bakalan cemburu,”katanya dengan santai, Azrial bahkan dengan santainya mengatakan hal itu.

Agatha mendengus,”Dih, kalo pun Agam cemburu, gue sih bodo amat! Gue alergi deket sama cowok spesies lo, ya!” ketusnya, Azrial tak marah ataupun kesal, cowok itu hanya terkekeh mendengar ucapannya.

Azrial merebut ponsel Agatha dan berlari meninggalkan gadis itu yang masih bingung dengan apa yang terjadi, Azrial selesai menyelesaikan tugas dari Agam dan kali ini ia harus menghindari Agatha. Jika tidak, habis ia kena cubitan maut Agatha.

Agatha mendengus, mengejar makhluk sejenis Azrial sepertinya akan sia-sia. Ia pasti akan bertemu dengan Agam, jika sudah bertemu dengan Agam akan sulit untuk kembali ke kelas. Agatha selamat di pagi hari ini, Agam tak menjemputnya lataran Agatha diantar oleh sopirnya.

Mungkin, untuk beberapa jam nanti ia bisa tanpa ponselnya. Biasanya tidak bisa. Gadis itu berjalan menuju kelasnya yang masih jauh, beberapa kali ia menghela napas pelan. Tidak memegang ponsel hidupnya benar-benar hampa, padahal ponselnya tidak seramai yang kalian kira. Ponsel Agatha sepi, hanya berisi beberapa game.

Agatha memasuki kelasnya dan duduk di kursinya, dua sahabatnya yang memperhatikannya dengan intens. Agatha mengabaikan tatapan itu, ia melipat tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya itu.

“Kenapa lo?” tanya Livia.

Agatha menggeleng tanpa mengubah posisinya, Agatha seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Itulah Agatha, ia tidak bisa jauh dari ponselnya barang sejam pun. Ia akan merasa hidupnya hampa tanpa ponsel.

Lebih baik kehilangan pacar daripada kehilangan hape. Itu yang sering Agatha katakan, padahal ia belum pernah sekalipun kehilangan pacar, jangankan kehilangan pacar, mempunyai pacar saja tidak pernah.

Mine [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang