Apakah gue memang ditakdirkan untuk tidak bisa mencintai atau dicintai?
-Hera Herlina Devana-
"Maaf, tapi gue gak bisa denger apa yang lo omongin sekarang." Ujar Hera sambil menatap orang yang berlalu lalang dihadapannya, terlihat sekali gadis itu mencoba untuk tegar. Namun dalam hati kecilnya dia terus meruntuki dirinya sendiri karena telah menunjukkan sisi lemahnya didepan orang asing. Rasa was-was terus mengusik pikirannya, bagaimana kalau Sean membongkar rahasianya? Bagaimana kalau Sean memberitahu saudaranya? Bagaimana kalau Sean memandangnya sebagai cewek yang aneh? Wait! Apa tadi gue tulis tentang pandangan Sean terhadap Hera!? Au ah! Lupakan saja.
Sean menghembuskan napas berat, ekspresi ketakutan tergambar jelas diwajah gadis itu.. Sean tahu bahwa gadis itu takut kalau dia membocorkan rahasiannya. Perlahan Sean meraih tangan Hera yang terlihat pucat. Perlahan Sean menuliskan sebuah kalimat menggunakan jari telunjuknya diatas telapak tangan Hera.
'Gue bisa jaga rahasia kok, jangan takut!' Begitulah tulisan yang ditulis Sean ditelapak tangan Hera. Hera hanya mengangguk, namun entah mengapa setetes air mata jatuh begitu saja mencoba keluar dari kelopak mata Hera. Dengan cepat gadis itu langsung mengelap matanya menggunakan punggung tangannya. Sebenarnya Hera juga nggak ngerti kenapa dia menangis, tapi jujur.. sekarang dada Hera terasa sangat sesak! Padahal dia tahu kalau terlalu emosional itu tidak baik baginya, tapi apa boleh buat? Gadis itu bahkan tidak tahu kenapa dia menangis!
Tak berselang lama pendengaran Hera mulai kembali seperti semula, dia mulai bisa mendengar kembali walau agak samar-samar. Hera melihat kekanan dan kiri, dan dia baru sadar bahwa Sean menghilang begitu saja! Dia kemana sih? Kesel deh gue, bukannya jagain gue dia malah ngilang gitu aja! Au ah! Perkataan Hera terpotong begitu melihat cowok yang dicarinya sedang berjalan kearahnya sambil membawa sebuah ice cream strawberry kesukaannya. Itu pasti bukan untuk gue deh! Pikirnya sambil mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, ya kejadian dimana Hera berpikir Sean membelikan ice cream itu untuknya.
"Nih, ice cream kesukaan lo!" ujar Sean sambil memberikan ice cream itu kepada Hera. "Untuk gue?" Tanya Hera sambil menunjuk dirinya, dan Sean hanya mengangguk saja.
"Emangnya ada orang lain didepan gue selain lo?" Hera tersenyum bahagia dan langsung menyambar ice cream itu dan langsung melahapnya."Btw, lo tau darimana kalo ini ice cream kesukaan gue?" Tanya Hera.
"Eh? Gue.. cuma nebak kok.. kan cewek suka yang pink-pink gitu.. makanya gue pikir lo suka ice cream strawberry." Jawab Sean agak canggung.
"Ohhh.. gue kirain lo bisa ngeramal atau sejenisnya... wkwkkwk"
Lebih baik lo gak inget siapa gue, karena bagi gue liat lo ketawa kayak gini lebih baik daripada liat lo nangis kayak dulu.. ujar Sean dalam hati sambil melihat wajah cerah Hera yang tertawa kerena hal yang kecil sekalipun.
😳😳😳
Karena kondisi Hera tidak terlalu baik, jadi Sean memutuskan untuk langsung membawa Hera pulang kerumahnya. Sean membuka pintu mobil dan membantu Hera untuk masuk kedalam mobil dengan hati-hati bak seorang ibu menjaga anaknya, atau seorang cowok yang terlalu protective terhadap pacarnya (?)
"Eh, pakek sabuk pengamannya" ujar Sean datar. Hera langsung meraih sabuk pengamannya, namun Hera tanpak kesusahan dengan sabuk pengaman itu.. ya Hera memang sering kesulitan memakai sabuk pengaman dimobil. "Sini gue bantu" Sean langsung meraih sabuk pengaman yang masih ditangan Hera dan membantunya memasangnya.
Deg! Ada perasaan aneh saat Sean membatu Hera memasangkan sabuk pengaman, rasanya seperti ada berjuta kupu-kupu terbang diperutnya dan menyebar keseluruh tubuhnya. "Muka lo kenapa? Kok merah gitu?" Tanya Sean. Dan itu langsung membuat Hera mencari kesadarannya yang menghilang sesaat tadi.
"Eh? Oh? I-ini.. panas! Iya panas! Aneh banget mobil lo, mobil impor kok panas banget yak?" Hera langsung membuka jendela dan menjulurkan mukanya untuk keluar dari jendela, membiarkan kulitnya bersentuhan langsung dengan angin dijalanan. Dan tampaknya kelakuan canggung Hera itu terlihat lucu dimata Sean, dan tanpa disadari oleh Hera.. ada segaris senyuman yang terukir diwajah pria es itu. Sungguh rugi Hera melewatkan pemandangan langka itu, bahkan lebih langka dibandingkan gerhana matahari.
Untuk pertama kalinya Hera menggerutu karena kemacetan dikota Jakarta sepertinya tidak pernah ada akhirnya, biasanya Hera akan sangat menikmati saat- saat macet.. karena itu bisa dijadikannya sebuah alasan jika dia terlambat pergi kesebuah acara. Dan kali ini kemacetan malah menjadi hal yang paling dibencinya, kenapa? Ya kerena karena kemacetan ini membuatnya harus terjebak dalam lubang kecanggung ini untuk lebih dari 2,5 jam. Sekarang Hera hanya memiliki sebuah harapan, yaitu.. untuk keluar dari kecanggungan ini!
Akhirnya keinginan Hera terkabulkan juga, mereka akhirnya sampai dirumah Hera. Hera langsung berjalan masuk kedalam rumahnya dengan cepat. "Yo~ udah pulang? Cepet banget!" Sambut Henry yang sedang duduk diatas sofa. Namun Hera hanya berjalan melewatinya begitu saja, tujuannya saat ini adalah 'segera menjauh dari Sean' ini semua dia lakukan untuk menyelamatkan jantungnya.
"Wah ada apa ini? Si Hera keluar sama lo? Kalian jalan-jalan berdua?" Tanya Henry yang baru menyadari bahwa dari tadi Sean berada disampingnya. Sean hanya mengangguk mengiyakan pertanyaam Henry dan langsung berjalan kearah pintu. "Eh lo langsung pergi?" Teriak Henry, padahal dia berniat untuk mengajak Sean bermain video game bareng.. tapi ya sudahlah, mungkin dia lagi capek.
Nah gimana kalo sekarang kita melihat ekspresi malu-malu dari badgirl kita!?
Hera menyembunyikan kepalanya didalam selimut, dia menyetel suhu ruangan menjadi sangat dingin. "Waaaaa! Gue kenapa sih hari ini?!" Teriak Hera menggelegar keseluruh penjuru rumah. Hera memukul-mukul bantalnya yang tidak bersalah itu. *author turut kasian untuk penderitaan bantal T^T
"Fokus Hera Herlina Devana! Fokus! Lo hari ini aneh begini, pasti karena tadi penyakit lo kambuh doang! Iya pasti! Ok... tenang! Ambil napas buang....huftttt" Hera mencoba membuat dirinya tenang.
"Woi! Gue tau lo nggak waras, tapi plis deh diam! Ini udah malam.. besok aja lo lanjut ngeyoga nya!" Teriak Henry dari kamar sebelah.
"Diem lu kampret! Gue lagi emosi nih, nanti gue jadiin kurban mampus lu!" Balas Here.
"Kalo gue disembelih, nanti yang rindu juga elo. Emangnya ada dimana lagi kembaran baik hati kayak gue!?" Mereka saling bertengar mulut dikamar masing sambil berteriak supaya suara mereka terdengar kekamar sebelahnya. FYI, sebenarnya semua kamar dirumah ini adalah kedap suara.. hanya saja suara mereka mengalahkan tempok yang kedap suara itu.
"DIEM LU PADA!!!!!!!!!!!! GUE NGGAK FOKUS NULIS TAU NGGAK!?" Akhirnya sang harimau dari kamar sebelahpun terbangun. Ya itu adalah kak Riana. Dan seketika saudara kembar itu pun diam.
😝😝😝-TBC-
Hai hai.. author gaje dan yang paling slow updatenya datang lagi.. gimana kali ini ceritanya? Ada feel gak? Maaf karena aku jadi author yang gak bertanggung jawab soalnya hiatnya kelamaan.. kalau ada keluh kesah kalian tentang cerita ini harap tuliskan dikolom komentar..
Ok.. sekian dari gue.. mohon maaf atas keterlambatan upnya.. jangan lupa vote dan komen..
Wassalamualaikum...
Selamat menunaikan ibadah puasa🙏
Salam hangat
Venus
KAMU SEDANG MEMBACA
When BadGirl Meet Ice Boy
Teen Fiction[KONTRAK MANGATOON] [PROSES PENERBITAN] Warn! ▪Belum Revisi ▪Bab tidak lengkap ▪Pindah ke Noveltoon/Mangatoon ▪Sudah end di sana "bukan mau gua jadi brandalan kayak begini!" -Hera- Hera adalah seorang siswi SMA yang dikenal sebagai badgirl, lan...