"Chaerinie.....
Bongkahan kristal yang menggenang diufuk mata Hayi pecah ketika Chaerin hanya bungkam.
"Semua orang diluar sana sedang sibuk memilih cara untuk mati, mati angkat senjata atau dengan pakaian putih siap membunuh diri"
"Berhentilah Chaerin berhentilah sahabatku, berhenti bersikap seolah kau telah mati"
"Aku membawa pakaian perang disini untuk mu, untuk kita, dengan bekal olah pedang yang ku pelajari melalui mengintip mu berlatih mari kita turun dan berperang dengan yang mulia"
"Nenek mu, semua saudara dan saudari mu sudah pasang badan untuk melindungi istana ini"
"Chaerin aku tahu aku hanya pembantu, kata-kata ku bahkan berbau tidak layak untuk kau dengarkan, tapi bisakah sekali ini saja?"
"Lupakan apa itu penghianatan yang kau anggap, hentikan berpikir bahwa kau adalah dosa sementara kau adalah kebangkitan"
Hayi menangis pecah berlutut dihadapan Chaerin yang sama sekali tidak berkedip menganggapnya ada.
"Chaerinie, aku mengabdikan seluruh hidupku bukan karena yang mulia membuatku besar atau karena balas jasa atas kebaikan mereka pada orang tua ku, aku mengabdikan hidup ku pada mu karena hidup yang ku abdikan adalah pada mu"
Bahu Hayi bergetar, gadis Hayi Lee menangis pilu untuk pertama kali dihadapan Chaerin seumur hidupnya.
"Pergilah...
Ditengah Hayi yang sesegukan Chaerin berbunyi.
"Pergilah, aku membebaskan mu dari segala pengabdian yang kau katakan selama ini"
Hayi semakin menangis dalam mendengar Chaerin yang bicara lirih.
"Siapkan pakaian bunuh diri ku"
"Itu adalah tugas terakhir mu"
"Setelahnya pergi kemanapun, pilih cara terbaik menurutmu untuk mati"
"Berperanglah atau hunus pedang untuk dirimu sendiri"
Chaerin membalikan tubuh membelakangi Hayi setelah kalimat terakhirnya, dan Hayi gadis yang seusia Chaerin itu semakin menangis menjadi-jadi pilu.
Poooooooom
Suara terompet yang asing ditelinga Chaerin menggema, ya itu bukan merupakan suara terompet biasa milik kerajaan Lee namun dengan maksud yang sama terompet itu ditiup untuk menandakan bahwa matahari benar-benar telah diatas kepala.
Chaerin yang sedari tadi diam saat terakhir dirinya bicara pada Hayi melirik gorden sutra yang tergantung kaku.
Tidak ada hembusan angin karena pintu maupun jendela semuanya seakan akan akan terkunci selamanya.
Sinaran matahari yang biasa diundang masuk untuk menyinari ruang pribadi Chaerin kini harus menyelinap curi-curi karena Chaerin seperti lebih memilih kegelapan .
Suara terompet biasa didengar Chaerin sudah beberapa kali dari pagi hingga detik terompet dibunyikan lagi.
Dalam perang disemua kerajaan di jaman nya terompet dibunyikan untuk menandai waktu dilakukan nya negosiasi bahkan menandai siapa yang menang dan kalah dalam perang tersebut.
Pun dengan bunyi terompet kali ini, terompet yang ditiupkan kerajaan Lee disambut atau dibalas dengan bunyi terompet tamu yang datang senja kemarin.
Tamu yang menawarkan negosiasi tamu yang membuat semua waktu terasa berhenti untuk Lady kerajaan Lee, Chaerin Lee.
Untuk pertama kalinya Chaerin bergerak, merubah posisi berbaring menghadap tembok kosong Chaerin kini berbaring lurus menghadap atap yang lampu-lampu bohlam mewah nya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
In the end of dusk
Fiksi PenggemarKarena kau bukan imbalan kemenangan perang atau pemberian paling berharga di dunia, karena kau aku Kwon Jiyong Namun kau adalah kutukan besar atas masalalu perang ku dan bibit kehancuran dalam kehidupan ku, namun sekarang aku adalah kau Lee Chaerin