• p r o l o g •

1.4K 160 62
                                    


Sooyoung menatapnya tidak percaya. Mulut terbuka, tapi terkatup kembali dalam hitungan sekon. Dua bola mata bulat itu semakin besar terlihat, menandakan ketidakpercayaan yang menjalar di tiap sel tubuhnya. Mundur. Sooyoung mundur selangkah. Pelan-pelan. Ragu-ragu.

"Kamu enggak perlu seterkejut itu, Soo. Aku hanya lebih memilih jujur daripada hidup sambil menyembunyikan kebenaran. Sekotor-kotornya kejujuran, bukankah ia lebih bersih daripada sebuah bohong putih?"

Bijaksana seperti biasa. Akan tetapi keliru. Gelengan kepala Sooyoung membuat helai-helai kecokelatan rambutnya ikut bergerak. Bergoyang lembut. Menambah pesonanya yang luar biasa memabukkan. Jantung Sooyoung tidak bisa berhenti mengontrol darahnya terpompa cepat. Tiba-tiba merasa pusing. Perutnya jadi sakit. Efek ini kuat sekali. Bahkan Sooyoung tidak tahu sebuah pernyataan cinta bisa membuat seseorang menderita.

"Kamu bukan monster, Sunny. Tapi kamu bikin aku takut," Sooyoung tidak sempat menyaring kalimatnya karena mereka semua meluncur begitu saja. Sunny tidak menunjukkan respon apa pun—sepuluh tahun berkarier bersama telah membuat kupingnya kebal oleh pemilihan kata sembarang yang terkadang Sooyoung ucapkan.

"Jadi sekarang kamu pikir lesbian lebih mengerikan daripada monster?" Pertanyaan frontal menusuk hati Sooyoung. Wanita jangkung itu menggeleng cepat. Namun belum habis sedetik, merubah keputusannya dengan mengangguk mengiyakan. Kening Sunny berkerut tersinggung, "Hei, mana bisa begitu! Kami bukan kriminal!" Kaki pendek Sunny memijak maju.

"Jangan mendekat!" Histeris. Sooyoung menjerit sambil merentangkan tangan, menjaga jarak di antara mereka untuk tetap lebih dari satu meter. Dan sayangnya Sunny tidak mau menurut. "Jangan mendekat. Tolong. Aku belum siap..." Kali ini Sooyoung memohon sembari terus mundur hingga tumitnya membentur dinding.

Sialan. Ia menyesal. Kalau saja Taeyeon tidak memaksanya untuk mengunjungi apartemen Sunny karena wanita pendek itu—katanya—ingin merundingkan sesuatu, mungkin sekarang Sooyoung sedang berbaring di sofa sambil menelepon Kyung Ho. Rupanya semua alasan Taeyeon untuk membuatnya datang adalah jebakan! Taeyeon tahu kejadiannya akan seperti ini. Taeyeon tahu Sunny mencintainya!! Bagaimana bisa Si Kertas itu membuat Sooyoung bingung menghadapi seorang member yang padahal kemarin masih haha-hihi bersamanya di KakaoTalk?

Sunny sungguh tidak terduga. Sooyoung bahkan baru sadar bahwa selama ini ia tidak bisa menyelami pemikirannya yang dalam. Saking tak terjamah, Sooyoung berprasangka Sunny mungkin pernah berpikiran untuk menghancurkan bumi dan bergabung dalam agresi alien.

Baiklah, hentikan, Sooyoung. Itu konyol. Sooyoung menepis hiperbola di otaknya—terlalu banyak menonton film sci-fi membuatnya tidak bisa membedakan cedas dan gila.

"Sunny," Sooyoung menelan salivanya saat Sunny bergerak cepat hingga kini ujung jempol kaki mereka bersentuhan. Mampus, gesit sekali, "tolong, jangan. Aku—aku masih mau hidup. Masih mau jalan-jalan sama Kyung Ho ke Disneyland, nikah, punya anak, dan hidup bahagia selamanya."

Keceplosan lagi. Sunny pasti merasa hatinya ditikam trisula.

Sooyoung menggigit bibir dengan pandangan mata yang seolah berkata, "Maafin aku." Ia diam untuk merenungkan rasa bersalahnya kala melihat perubahan ekspresi di wajah Sunny. Tetapi ia tetap pasang ancang-ancang. Tidak mengurangi sedikit pun kewaspadaannya.

"Berlebihan, deh. Aku enggak akan perkosa kamu, Sooyoung."

Meskipun maksud Sooyoung menghindarinya bukan karena alasan itu, tetapi mendengar Sunny mendeklamasikannya terasa melegakan. Membayangkan diperkosa seorang wanita membuat bulu kuduk Sooyoung berdiri serentak. Aku bahkan belum pernah digimana-gimanain sama Kyung Ho!

d e e p  (Sooyoung x Sunny Girls' Generation)Where stories live. Discover now