V: [Dialog Malam]

670 87 24
                                    

Sunny mendapatkannya.

Ia menghapus peluh di pelipis dengan punggung tangan.

Boneka kelinci itu. Boneka kelinci cokelat yang Sooyoung inginkan. Ia mendapatkannya di pembelian sepuluh peluru ketiga. Sunny bahkan tersenyum hanya dengan membayangkan bagaimana wajah cerah Sooyoung setelah menerimanya. Tiba-tiba membuat bilik jantung Sunny memompa darahnya antusias. Lebih menyenangkan daripada mengalahkan Taeyeon bermain video game.

Setelah mengembalikan senapan dan mengambil hadiahnya, Sunny tetap diam di sana sambil menyembunyikan badan mungilnya di antara plang berdiri dan menjelajahkan pandangan ke sekitar—mencari sosok jangkung nan anggun yang sudah ditunggunya sejak bermenit-menit lalu. Namun yang dinanti tak kunjung tiba.

Kala kepalanya mendongak ke atas, sekumpulan awan kelabu tua menggantung begitu saja seakan hampir roboh. Sunny pikir akan hujan besar. Ia mengecek jam tangannya dan dua menit kemudian tetes-tetes air mulai turun mengguyur bumi. Mulanya perlahan, tapi hitungan detik semakin cepat. Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Sorot mata memancar cemas. Mana ponselku habis baterai!

"Sooyoung ke mana, sih?" Ia bertanya pada diri ketika orang-orang di sekitar berlarian seperti semut yang sarangnya kebanjiran. Sunny memperbaiki letak topinya agar melindungi wajah dan mengeratkan pelukan pada boneka kelinci di dalam plastik transparan yang membungkusnya.

"Agasshi, lebih baik masuk ke sini dulu. Hujannya tambah besar," pria pemilik tenda melongokkan kepalanya dan membuat gestur mengajak. Sayangnya Sunny tidak berpikir itu ide yang bagus.

"Ah, terima kasih, tapi aku harus jemput temanku. Aku gak mau dia yang harus ke sini sambil hujan-hujanan," sahutnya sambil melemparkan senyum manis yang selalu berhasil meningkatkan semangat objek. "Um, toiletnya di sebelah mana, ya?"

"Lurus ke kanan sampai ketemu tenda permen kapas. Habis itu belok kiri dan masuk ke bangunan kecil dekat wahana. Di sana toiletnya."

Sunny mengangguk paham, mencoba menyimpan arah yang ditunjukkan pria itu di otaknya, "Terima kasih, ahjussi."

Kakinya melangkah cepat. Menyelinap di antara celah yang ditimbulkan gerombolan manusia yang berusaha berlindung di mana pun terdapat tempat dengan atap. Sunny menghindari beberapa jalan yang mulai digenagi air. Tangis langit tambah deras. Kemeja bagian atas Sunny kuyup. Kacamata hitamnya berembun dan Sunny terpaksa melepaskan benda itu sebelum ia tak bisa melihat apa-apa karena hanya ada titik-titik air memenuhi pandangannya.

Di sebuah persimpangan dengan tenda permen kapas yang sudah dipenuhi orang berteduh, sebuah bahu kekar yang tergesa membentur bahu kecil Sunny. Ia terhempas dan jatuh terduduk. Hampir saja mengumpat. Namun tersangka berpayung biru yang tengah merangkul seseorang itu telah menjauh tanpa seucap pun kata maaf. Sunny meringis sebentar sebelum berusaha berdiri karena takut terinjak-injak. Boneka kelincinya masih utuh. Setidaknya itu yang membuatnya lega.

Mengenakan pakaian putih, tentu saja tragedi barusan menodainya dengan bercak cokelat jelek. Bahkan Sunny basah semua. Tampaknya topi tak berguna dalam kondisi hujan seganas ini.

Sesampainya di depan bangunan tempat toilet berada, Sunny tidak bisa sedikit pun memasukkan bagian tubuhnya ke sana karena manusia-manusia takut air berjejalan guna menyelamatkan sisa baju yang kering. Jadi ia hanya berdiri mengenaskan beratapkan langit hujan sambil berjinjit-jinjit barangkali melihat kepala Sooyoung menyembul dari sana.

Orang-orang yang berteduh mulai menyadari bahwa wanita kecil yang tengah mendekap boneka di bawah hujan itu adalah Sunny, main vocal sebuah grup perempuan terbaik seantero Korea. Mereka saling berbisik, memotret. Hanya saja tak sedikit pun memunculkan empati untuk mempersilakannya ikut menghidari rinai.

d e e p  (Sooyoung x Sunny Girls' Generation)Where stories live. Discover now