''Bagaimana, Juno? Kau mau dengan tawaranku?'' kata Pak Nugraha sambil membelai leherku.
Aku masih diam seribu bahasa. Mataku menatap tajam pada sosok laki-laki tua ganjen yang satu ini. Melihat perangainya saja aku sudah muak, apalagi harus menidurinya. Ini benar-benar seperti mimpi terburuk sepanjang hidupku. Namun aku tidak tahu harus bagaimana!
''Apa kau bisa aku percaya?'' ucapku.
''Tenang saja, Manis ...'' Pak Nugraha mengelus-elus pipiku, ''aku sudah mempersiapkan surat pelunasan hutang-piutangnya, tapi aku belum menanda tanganinya ... aku akan memberikan surat itu dan menanda tanganinya setelah kamu tidur semalaman denganku ...'' lanjutnya menjelaskan.
''Mana surat itu? Tunjukan padaku!'' kataku tegas.
''Oke ... tunggu sebentar!'' Pak Nugraha berjingkat menuju ke sebuah lemari besi, kemudian dia mengambil berkas yang tersimpan rapi pada map berwarna merah muda. Selanjutnya dia kembali mendekati aku.
''Ini berkas surat perjanjian itu ... kau baca baik-baik!'' Pak Nugraha menyerahkan surat perjanjian itu ke tanganku.
Aku melirik tajam ke arah Pak Nugraha, sebelum menerima surat perjanjian tersebut. Lantas dengan sigap, aku membuka lembar per lembar berkas itu dan membacanya perlahan-lahan.
''Bagaimana, Ganteng? Kamu setuju dengan perjanjian ini?'' ujar Pak Nugraha dengan suara yang genit-genit manja.
Aku terdiam beberapa saat sebelum menjawab tawarannya. Aku masih memikirkan baik dan buruknya, bila aku menerima penawaran ini. Karena apa pun keputusanku ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupanku ke depannya. Dan setelah sekian lama aku terdiam, akhirnya ...
''Baiklah aku terima tawaran ini ...'' kataku dengan suara yang gemetar.
''Hua ha ha ha ....'' Pak Nugraha ngakak mendengar keputusanku. Dengan mimik wajah yang girang dia bersorak sambil bertepuk tangan. Dia mengekspresikan diri seperti orang yang sedang meraih kemenangan.
''Kamu sudah baca baik-baik perjanjian ini, Sayang?'' bisik Pak Nugraha di telingaku.
''Iya!'' jawabku singkat.
''Apa ada yang ingin kau pertanyakan kepadaku?'' bisik Pak Nugraha lagi.
''Tidak!''
''Hahaha ... berarti aku anggap kau sudah paham dengan rule ini!'' Pak Nugraha tertawa ngakak lagi.
Aku hanya terdiam. Badanku gemetar, namun aku mencoba berdiri tegar. Aku tidak tahu, banci tua itu akan melakukan apa terhadapku. Aku hanya membayangkan akan berhadapan dengan Setan Kober yang berwujud manusia.
''Sebagai pemuda kampung bagiku kau terlalu tampan, Juno ...'' Pak Nugraha memandangiku dengan lekat-lekat. Tangannya mulai liar bergerilya menjamah leher dan dadaku.
Aku diam saja.
''Aku menyukaimu, Juno ...'' Pak Nugraha memutariku, lalu dia memelukku dari belakang. Telapak tangannya meraba-raba dadaku dan berusaha mengusap-usap putingku. Kepala laki-laki tua itu bersandar di punggungku dengan dekapan yang hangat seperti seorang istri yang bermanja-manja dengan suaminya.
Aku tetap terdiam.
''Dadamu bidang, Juno!'' ujar Pak Nugraha sembari mengusap-usap lembut pentilku, hingga aku merasakan ada serangan impuls yang aneh. Geli, tapi enak. Rangsangannya benar-benar membuat sekujur tubuhku menjadi bergidik.
Aku masih diam.
''Punggungmu lebar, Juno ... membuatku nyaman bersandar di sini.'' Pak Nugraha mengendus-enduskan kepalanya di punggungku seperti seekor anak kucing yang mengendus induknya. Sumpah ... sebenarnya aku jijik dengan semua ini, namun aku tidak bisa berkata untuk menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
T U M B A L
Short StoryUntuk 17++ Demi mendapatkan kekayaan seorang pemuda kampung rela menjadi budak nafsu Setan Kober. Dia mengorbankan madu keperjakaannya untuk dihisap hingga berdarah-darah.