MATAHARIKU 1

185 8 0
                                    


EGA POV
.
.
Pagi ini aku sambut dengan penuh kebahagiaan.
Bagaimana tidak..?
Dimana hari ini aku akan melaksanakan akad nikah dengan laki-laki impianku.

Laki-laki yang telah mengisi hidupku dan menjadi kekasihku selama dua tahun terakhir.
Keputusan ini kami ambil cukup banyak rintangan yang kami alami dan beberapa pendapat yang tak sejalan.

Kami harus bersitegang saat mengambil keputusan ini.
bagaimana tidak, aku ingin menikah satu tahun lagi tapi dia tetap pada pendiriannya.
Setelah dia menjelaskan semuanya padaku,aku jadi mengerti ini adalah yang terbaik.
Jalan terbaik yang diberikan untuk kami.
.
.
Pagi ini aku mengenakan pakaian kebaya putih hasil disainer terkenal.
Cantik sekali.
Aku berputar-putar melihat pantulan wajahku didepan cermin.

"Cantik"

Sebuah suara mengagetkanku dan ternyata itu suara ibuku tersayang.

Aku tersenyum saat menyadari ibuku menatapku dengan linangan airmata.
Iya aku tau, ibu mana pun akan menangis saat akan melepas anaknya bersama dengan pilihan hatinya dan itu termasuk ibuku.

"Jangan menangis, aku mohon." Bisikku kemudian mencium tangannya kemudian menghapus airmatanya.
Ibuku tersenyum hangat.
Senyuman yang selalu membuatku tenang.
Aku memeluknya erat.
.
.
.
Acara akan segera dimulai dan aku menuruni anak tangga rumahku dengan diapit oleh ibuku dan saudara ibuku tante Evi.
Aura bahagia tak bisa aku sembunyikan.
Rasa bahagia itu seakan memuncak.
Apalagi saat melihat laki-laki impianku duduk didepan penghulu dengan wajah gelisah.
Aku tau, dia pasti deg degan sama seperti aku saat ini.
Tapi saat ini, rasa bahagia itu lebih dominan.

Yang akan mengucapkan ijab qabul itu dia.
Tapi kenapa aku yang gugup.
Aku tau irwan harus berjuang keras menghapal apa yang akan diucapkan pada saat ijab Qabul nanti.

Irwan menatapku setelah ibu menuntunku untuk duduk didekat irwan.
Aku memberikan senyum termanis yang bisa aku berikan biar dia agak rileks sedikit.
Dia membalas senyuman itu.

"Calon imamku" bisik hatiku dan dadaku berpacu keras.
.
.
Setelah proses yang membuat jantungku berdetak cukup keras dan sambil menahan nafas akhirnya Irwan laki-laki impianku menjadi suamiku.

Setelah ijab Qabul aku mencium punggung tangannya dan dia mencium keningku.
Sungguh tidak kusangka semua berbuah manis.
kini dibelakang namaku terdapat namanya

"Ega Noviantika Krisdiyanto"

Nama yang indah bukan...?
Semoga nama itu akan menjadi nama terakhir dan tak akan pernah terganti.
.
.
Aku tersenyum,setelah acara demi acara aku lewati dengan indah.
Rasa lelah memang masih bergelanyut indah di sekujur tubuhku.
Tapi rasa lelah itu terbayar sudah.
.
.
Acara resepsi dilakukan setelah akad nikah.
Cukup melelahkan harus menjabat tangan semua orang yang hadir sambil berdiri.
Tapi setidaknya semua terbayar sudah.
Aku membuka hijab yang menyangkut dikepalaku.

"Apa kau lelah"

Aku tak menjawab tapi mengangguk sebagai jawaban yang pasti untuknya.

Irwan mendekatiku dan membantu melepaskan Hijab yang membungkus kepalaku.
Dia menatapku begitu dalam, membuat jantungku berdetak cukup kencang.

"Kau cantik"

Dia membelai pipiku dan mengecup keningku mesra.
Ini untuk pertama kali aku satu kamar dengan laki-laki dan membuka hijab.
Terima kasih ya Allah kau tetap menjaga auratku hingga aku melepaskannya di depan kekasih halalku.
.
.
Aku memandang setiap lekuk wajahnya yang sedang menatapku
dalam.
Harapan kami menjadi nyata.
Impian yang selama ini kami ingin raih, tercapai sudah.

Aku tersenyum saat dia mengelus pipiku.
Tapi tiba-tiba HPnya berbunyi dan dia menerima telpon itu.

Aku sangat kesal.
Tidak bisakah mereka menelpon nanti,hari ini hari bahagia kami tapi kenapa mereka mengganggu.
Aku tau suamiku irwan adalah pengusaha sukses.
Pebisnis muda,tapi setidaknya jangan mengganggu kami saat ini juga.
Aku duduk diatas kursi dengan perasaan kesal yang sudah aku tahan sedari tadi, karena telpon tidak berperasaan itu.
Seharusnya mereka tau pengantin batu itu butuh waktu berdua.

Setelah dia kembali dia berdiri di dekatku dan tersenyum menatapku yang cemberut.

"Maafkan aku"

Dia menekuk lutut dihadapanku yang tengah duduk diatas kursi riasku.
Aku memalingkan wajah, tak ingin menatapnya, aku tau pasti dia ingin minta izin padaku untuk pergi.
Sudah terbiasa dengan hal itu.
Sejak kami pacaran hingga kami menikah kini, bisakah dia mengubah kebiasaan buruk itu.

"Ayolah sayang"

Dia merengek seperti memohon padaku.
Aku menghela nafas panjang.
aku seorang Pengantin baru ditinggal demi pekerjaan.

"Apa pekerjaanmu lebih penting dari aku" bentakku padanya.

"Ini demi masa depan kita sayang"

Aku menatapnya yang memegang tanganku dan mencium tanganku berkali-kali.
Aku tau ini adalah rayuan matinya untukku.
Ini sudah sering dilakukannya, tapi tetap saja aku tak bisa menolaknya.

"Aku janji akan pulang secepatnya," katanya semakin erat menggenggam tanganku.

"aku pergi cuma satu jam,ini baru jam lima, nanti jam enam aku pastikan aku akan kembali" aku menatapnya tak suka.

Dia kira satu jam tanpa dia itu tidak lama.
Baru menikah tapi ditinggal.

"Pergilah, tapi ingat sebelum jam enam kau harus sudah disini,kalau tidak aku pastikan kau tidur diruang tamu" gertakku
Dia tersenyum manis padaku,senyuman yang dapat meluluhkan hatiku.

"Aku janji malam ini tidak ada yang akan mengganggu kita"

Dia mencium pipi dan keningku berkali-kali dan setelah itu pergi meninggalkan ku sendiri.

.
.
.
Sudah jam enam tapi dia belum datang juga.

"Tunggu riwayatmu irwan" gumamku kesal.
Tentu saja kesal, ini waktunya sudah lebih dari yang dia janjikan.

Hingga jam delapan malam tak ada kabar darinya perasaan kesalku berubah menjadi khawatir.
Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya..?
Aku menelpon HPnya tapi tak ada jawaban..?
HP ku bergetar berharap dia yang menelpon.

"Halo"

"......"

"Ya benar,saya ega"

"........."

HP itu jatuh dari genggaman tanganku dan

#Bersambung

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang