-6-

19 1 0
                                    

"Aku ga bisa ri, aku gak mau kalau kita pacaran persahabatan  kita gak bakal kayak dulu lagi. Aku ingin kita bisa terus sama-sama , aku pengen terus cerita hari-hari ku padamu, bercanda, nonton bareng lagi. Aku juga suka samamu, tapi aku lebih mementingkan persahabatan kita ri. Aku minta maaf ya ri, aku gamau kalau kita pacaran kita jadi beda."  kata dwi sesekali sesenggukan membendung tangis.

Aku mencoba memahami kata-kata dwi, yang terpenting baginya selama ini adalah persahabtan kami, lalu kenapa aku malah merusaknya dengan menyatakan perasaanku padanya. Sebegitu egoisnya aku mementingkan perasaan ku daripada apa yang diyakini dwi bisa berjalan sangat lama, yaitu persahabatan.

Sore ini suasana taman di kampus kami sedikit lebih bising, maklum ini hari libur, orang-orang membawa keluarga maupun pasangannya ke taman ini. 

Setelah beberapa minggu aku dan dwi jalan bersama unutk menonton film, aku menyadari bahwa benar muncul rasa sayang dan cinta yang tak bisa ku hindari kepadanya, rasa itu begitu mengusikku, aku yakin dia pun menyadarinya .Aku hanya takut jika dia jadi milik orang lain, sehingga aku akan terlupakan olehnya. Aku takut kami tak bisa sama-sama lagi, aku takut sehingga aku terlalu khawatir. Aku takut hatinya tersakiti. Selama seminggu aku coba tahan dan tak terlalu mementingkan perasaanku itu. Toh ,aku masih bisa terus bersamanya walau kami tak pacaran. Tapi entah mengapa sore ini keberanianku memuncak sehingga aku menyatakannya secara langsung kepada dwi. 

"Tapi dwi, aku benar-benar suka sama kamu. Aku gak mau kamu pacaran sama orang lain, sedangkan yang selama ini selalu sama kamu adalah aku."

"Emang kamu yakin aku bakal pacaran sama orang lain? Aku bakal menyimpan perasaan ku ini semampu ku, sampai suatu saat mungkin nanti kita memang ditakdirkan  bisa bersama dan punya tujuan bersama ri. aku juga punya perasaan yang sama padamu ri, tapi untuk saat ini, kalau boleh aku ingin kita sahabatan saja, kedepannya biarlah waktu yang menjawab, apakah kita bisa bersama atau tidak." dwi mencoba memahamkan ku.

"Baiklah wi, aku mengerti yang kamu maksud. Tapi kita bisa tetap temenan kan?kita bisa sama-sama terus kan setelah hari ini?" aku bertanya memohon semoga ia mau kalau kami kembali sahabatan seperti sedia kala seolah hari ini tak pernah terjadi.

" Iya ri, kita komitmen ya untuk jaga perasaan masing-masing walaupun kita gak pacaran."

"siap!!" kata ku mengambil sikap hormat.

Ku lihat lagi wajah dwi, tampak ia tersenyum menyembunyikan ke-canggungan antara kami. Aku semakin menyukainya, ia begitu pengertian dan baik, walaupun sayang,apa yang ku harapkan tak menjadi kenyataan. Selagi dia tidak pacaran dengan orang lain, aku tak perlu takut, hanya tinggal menunggu waktu yang kami tidak tahu, yang menjadi akhir cerita kami  apakah kami akan bersama atau tidak, atau bagaimanakah kisah kami berakhir semestinya. Aku pasrah dan coba menerima.

perecakapan kami  cukup sampai situ, aku menghidupkan motorku mengantar dwi pulang. masih bertahan diantara kami canggung yang mengheningkan suasana, dibiakannya kami larut dalam pikiran masing-masing . hari ini terasa sangat panjang, besok elum tau lagi.

Kembali Mencintaimu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang