-7-

4 0 0
                                    

setelah pertemuan kali itu, pertemuan yang menyisakan sedikit rasa terpukul dalam hati ku, kini aku semakin jarang melihat dwi. hari-hariku serasa kembali kosong seperti fahulu sebelum aku mengenal dwi. setelah ku cari tahu, sepertinya dwi sekarang sudah sibuk dengan organisasi nya. dalam hati aku jadi bertanya-tanya, apakah dwi benar-benar masih memegang komitmennya untuk menjaga perasaannya seperti katanya dulu saat aku menyatakan perasaannya. 

aku juga memilih mengikuti suatu komunitas yang menurutku mampu meningkatkan apa yang sudah menjadi hobiku-Menulis. di komunitas ini aku belajar banyak hal tentang menulis puisi, cerpen dan apapun itu yang menyangkut tentang sastra. nama komunitasku itu adalah Lentera Sastra. beberapa kali dalam seminggu kami mengadakan pertkumpulan untuk membahas hal-hal yang menarik untuk dibicarkan, sesekali juga kami membahas rencana acara yang akan kami adakan beberapa hari kedepannya.

pada suatu hari, di tengah perkumpulan yang kesekian kalinya, ada seorang wanita yang belum pernah aku lihat dalam perkumpulan-perkumpulan sebelumnya. mungkin anak baru, pikirku.

perkumpulan pun dimulai dengan pembahasan sebuah acara yang rencananya akan kami adakan malam minggu ini. tapi di sisi lain, aku masih saja memperhatikan anak baru itu. bebera[a kali pandangan kami beradu, tak seperti bebrapa wanita yang pernah ku kenal, di awal pertemuan aku selalu merasa canggung dan malu, kali ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. aku begitu berani menatapnya lebih lama, terakhir kali yang memberikan aku keberanian saat menatap wanita yang baru ku kenal adalah pada dwi. dan wanita yag ada di seberangku ini memberikan keberanian yang sama. aku ingin tahu siapa namnya namun aku tak tahu darimana bisa ku dapatkan namanya. untung saja, di tengah pembicaraan, Rio, yang memimpin jalannya perkumpulan kali ini mempersilahkannya untuk memperkenalkan namanya. setelahnya kini ku tahu namanya Eka.

sesaat sebelum perkumpulan kali ini berakhir, ku tatap sekali lagi wajahnya. sialnya, tatapan kami beradu lagi, tapi kali ini ia memberi segaris senyuman dari wajahnya yang indah itu.

aah... pertanda apa ini?? akan seperti apa kisah ini akan berlanjut nantinya. sepanjang jalan pulang, dalam hati naku terus bertanya-tanya akan hal itu. pikirku, biarlah waktu berlalu dahulu, kisah ini biar ku nantikan jalannya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembali Mencintaimu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang