Episode 2 Masih Merah Marun

16 2 2
                                    

“Kenapa?,” tanya seorang gadis cantik dihapanku. Pernahkah ia sadar bahwa bentuk tubuhnya sangat mengganggu bagi pria. Liak-liuk tubuhnya sungguh menggoda.

“Tidak akan ada akhirnya...” ujarku, menggantung.

Aku mengurungkan niat untuk pergi ke perpustakaan setelah mengalami kejadian yang baru saja terjadi. Amelia Stevyani, gadis cantik nan kawaii yang memiliki sifat tsundere -atau lebih ke yandere, masih tidak dapat aku mengerti isi jalan pikirannya. Seorang gadis berusia 19 tahun yang terperangkap didalam tubuh mungil dengan wajah cantik dan imut, sangat tidak cocok untuknya. Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa menatap wajahnya dapat membuat kesejukkan dan kenyamanan tersendiri. Dan sekarang aku harus menghadapi gadis dengan kelainan sifat yang lainnya. Rachel Adriana Lestari, adik perempuan dari sahabatku, Jackson. Rachel membenarkan rambut disamping telinganya. Premen lolipop yang ia emut, dimainkan nya kekiri-kekanan bagaikan sedang menggodaku. Sesaat, aku membayangkan bahwa milikku lah yang dikulum olehnya, sebelum aku tersadar oleh tatapannya yang menajam.

“Nathan..” panggilnya.

“Hmm..” responku menaikkan sebelah alis lalu menatapnya.

Rachel mengganti tatapannya seperti biasa dan tersenyum kearahku lalu, berkata. “Jika kau tidak berusaha dengan serius, bagaimana kau akan menembakku saat wisuda nanti?,” ujarnya. DAMN!!. “Impianmu agar menjadi kekasihku, akan musnah dan tidak akan terwujud.”

“HAH?,”

Aku terkejut akan ucapannya barusan. ‘Sejak kapan aku bermimpi berharap dirinya menjadi kekasihku?’, batinku. Tapi, memang tak ada salahnya juga sih, bila Rachel menjadi kekasihku.

“Sejak kapan itu menjadi mimpiku?,” tanyaku. Ia menatapku dengan pandangan terkejut, hampir saja lolipopnya ikut terjatuh dari mulutnya.

“Jadi kau benar ingin menembakku?.”

“Jika, iya? Memang kenapa?,” tantangku padanya. Ia hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban terserah.

“Sayangnya itu tidak mungkin,” jawabnya dingin. “Kau termasuk kedalam orang cabul bermoral, yang akan pergi dengan gadis mana saja yang memiliki Dada Besar!.”
“Benarkan?,” lanjutnya.

Aku hanya terdiam mendengar penuturan darinya. ‘Aku, orang cabul?’. Astagaaa,, sebegitunya kah Rachel menilai diriku, atau dia hanya sengaja mengatakan hal ini untuk menguji ku dan melihat respon apa yang akan aku berikan.

“Bila iya, apa masalahmu? Dan jangan salah sangka, aku sangat  menyukai gadis berdada besar karena mereka sangat enak untuk dilihat,” jawabku, mencoba membela diri.

“Mesum!!”
“Lalu, kenapa kau cepat sekali kembali dari perpus?,” lanjutnya.

“Barusan aku bertemu dengan Amel di koridor.”

“Lalu?”

Aku menarik nafas sebelum menjawab pertanyaannya kali ini. “Hufffttt...”, “Amel kembali mencoba untuk menusukku, dan...,” aku sengaja menggantungnya, karena ucapan Amel di koridor tadi masih terbayang jelas dibenakku. “Kalau begitu, aku tidak akan merasakan puas jika aku belum bisa membunuhmu Nathan Senpai!,” kata-kata yang diucapkan Amel tadi, benar-benar membuatku terkejut. Dibalik wajah polos dan imut nya itu tersimpan sifat Yandere yang mengerikan.

“Dan..??,” tanya Rachel penasaran.

“Lupakan!.” Saat ini aku tak ingin siapa pun tau, dan tak ingin kembali mengingat apa yang dikatakan oleh gadis berkacamata itu. Sudah cukup buatku.
“Aku sangat heran...,” kataku, lalu berdiri dari bangku dan melihat keluar jendela.

“Tentang?.”

“Mengapa Amel begitu gigih untuk menusukku?, apa dia tidak berfikir aku harus keluar masuk rumah sakit akibat ulah tak bermoral darinya...,” aku terdiam, melihat seorang gadis berkacamata sedang duduk dibawah tangga menuju ruangan Lab. ‘Amel? apa yang sedang dilakukannya?’, batinku. Dirinya terlihat sedih dan tertunduk lesu. ‘Apakah dia merasa menyesal karena telah menusukku?, atau...’

“Mungkinkah?.”

“Ha?,” Rachel menatapku dengan pandangan aneh.

“CINTA!,” jawabku bersemangat.

“Maksudmu?,”tanya Rachel terlihat bingung dengan tingkahku.

“Mungkin saja Amel sangat gigih ingin menusukku karena sebenarnya ia memiliki rasa padaku, dan perasaan itu adalah CINTA!! Ya aku tidak salah lagi,” jawabku sangat bersemangat. Bagaimana tidak, dicintai seseorang yang kita cintai, terasa seperti ‘coffe good day’ punya banyak rasa.

Rachel terlihat lesu setelah mendengar pernyataan dariku. Ia mengeluarkan lolipop dari mulutnya dan menarik nafas sebelum berbicara padaku. “Inilah yang membuatmu termasuk kedalam golongan orang-orang cabul!,” ujarnya ketus.

Biarlah aku termasuk orang yang cabul. Yang jelas, dicintai seorang gadis berkacamata cukup membuatku bersemangat 500 kali lipat. Tanpa sadar aku mengangkat kedua tanganku hingga setinggi dada, karena sangat bersemangat. Rachel berdiri dari kursinya, mengambil tasnya dan pergi meninggalkanku. Sebelum ia melangkah menjauh, Rachel sempat berpesan sesuatu padaku.

“Janganlah terlalu dekat dengan gadis itu, jika kau tak ingin tertimpa banyak masalah!.”

‘Mengapa?’

~o0o~

Mentari mulai turun hingga menampakan warna jingga miliknya. Beberapa penjaga kantin mulai menutup stand mereka masing-masing. Aku pun berdiri dan melangkah keluar dari kantin. Sudah tidak terlihat lagi mahasiswa yang berkeliaran dikampus, terkecuali satu orang.

Seorang gadis dengan kacamata yang menghias wajahnya yang imut sedang bersandar di tembok depan kantin. Amelia Stevyani, gadis dengan akal yang sudah rusak menurutku. Aku melihat dirinya menggenggam sebuah belati yang cukup panjang ditangannya. Aku pun memilih berjalan perlahan agar ia tidak menyadari keberadaanku. Aku melangkah sangat perlahan, sampai tidak terdengar suara. Selangkah.. Dua langkah.. Tiga langkah.. Empat langkah.. Lima langkah.., dan..

“SENPAI!!!,” teriak Amel yang baru menyadari diriku keluar dari kantin. Aku pun berlari menghindar agar dia tidak menangkapku, berlari kearah gedung serba guna.

“TUNGGU SENPAI!!,” teriak Amel di belakangku. Aku pun melirik kebelakang untuk melihatnya. Astaga, dia berlari lebih cepat dan hampir mendekatiku. Aku berbelok ke arah kiri menuju koridor utama. Disana aku bersembunyi dibalik deretan loker.

Gadis itu sangat gigih untuk mencoba menusukku, dan kini langkahnya semakin mendekatiku. Aku pun mundur perlahan tanpa mengalihkan pandanganku ke Amel, melihatnya secara mengendap-endap agar ia tidak menyadari. Tanpa disadari aku merasa menyentuh sebuah gagang pintu. Ternyata pintu masuk ke ruang penyimpanan. Tanpa banyak babibu aku segera masuk, dan untungnya pintu itu tidak terkunci. Aku melangkah masuk dan menutup pintunya tanpa mengeluarkan seuara. Dari luar aku mendengar suara derap kaki seseorang, dan teriakan seperti memanggil.

“SENPAI!!”
“SENPAI KAU DIMANA?,” teriakkan Amel terdengar menggema dikoridor utama.

Aku mendengar langkahnya seperti semakin dekat. Jantungku mulai berdebar kencang. Nafasku tersenggal-senggal akibat dari aktivitas lari yang berlebihan dan debar jantung yang terlalu cepat. ‘Aku tidak bisa seperti ini terus’, batinku. Aku harus menyiapkan rencana apabila Amel masuk keruangan ini nantinya.

Terdapat banyak sekali barang di ruangan ini. Beberapa loker yang tidak terpakai pun sengaja dibiarkan terbengkalai didalam ruangan. Aku pun berfikir cepat untuk membuat perangkap untuknya, aku pun mendorong sebuah meja yang berada disudut ruangan agar lebih ketengah. Hampir semua kegiatan yang ku lakukan tidak bersuara, hanya decitan kecil yang disebabkan meja yang ku geser saja yang menimbulkan suara. Setelah meja itu bergeser, aku menyeting alarm dihandphone ku. Lalu, ku letakkan tepat dibawah meja tersebut. Karena bagian bawah meja yang tertutup papan, otomatis tidak akan ada yang bisa melihatnya dari depan. Itu untuk menarik perhatian Amel agar lengah untuk beberapa waktu.

Setelah persiapan umpan selesai aku menggeser sebuah loker yang berisi alat kebersihan. Yang nanti akan aku gunakan untuk menangkap dan menahan gadis itu. Yoshh,, semua nya sudah siap, lagi pula derap langkah kaki gadis itu semakin terdengar jelas dan teriakkan nya pun semakin keras kudengar. Aku bersembunyi dibalik loker yang telah ku siapkan, berharap cemas rencana ini akan berhasil nantinya. Hingga..

“Kriieekkk”


Kisah Gadis Ber KacamataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang