[6] Salah Paham

60 6 0
                                    

SUDAH satu bulan sejak pernikahannya berlangsung. Fay belajar dengan giat selama satu bulan ini untuk mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter.

Kini jam menunjukkan pukul 24:00. Felix yang terbangun dari tidurnya terkejut saat melihat Fay masih terjaga.

“Sayang, kok kamu nggak tidur? Sudah jam dua belas malam.”

Fay mengibaskan tangannya sembari berkata, “Aku harus belajar. Dua hari lagi aku bakal ujian.”

Felix mengambil selimut dan menaruhnya di pundak Fay. “Tapi, tetap saja jangan begadang, Fay, nggak bagus buat kesehatan tubuh kamu.”

“Sebentar lagi aku selesai kok,” jawabnya yang masih sibuk berkutat dengan buku super tebal yang berisi materi tentang kedokteran.

‘Tes Tes’!

Felix memelototkan matanya. “Kamu mimisan, Fay!” Felix langsung mengambil kotak tisu dan menyumpalkan beberapa lembar tisu itu pada hidung Fay.

“Condongkan kepala kamu ke depan. Jangan menengadahkan kepala. Duh, kamu bandel sih. Kalau darahnya sudah berhenti, pokoknya kamu harus tidur!”

Diam-diam Fay tersenyum. “Iya. Nanti aku tidur. Kok kamu tahu cara menangani mimisan, Lix?”

Felix membalas ucapannya dengan nada sombong. “Apa sih yang nggak aku tahu?”

Fay memukul pelan lengan Felix, lalu berucap, “Sombong banget.”

Felix terkekeh, lalu menatap Fay, “Salah satu film yang aku peranin adalah tentang dokter-dokter gitu dan di situ aku yang jadi dokternya.”

“Wow, keren.”

“Sudah kamu tidur, Fay.”

“Bentar lagi ya.”

[Destiny]

Dan dua haripun berlalu dengan cepat. Kini saatnya Fay untuk melakukan ujiannya.

“Semangat ya ujiannya,” ucap Felix saat ia bersiap untuk berangkat ke lokasi syuting.

Fay tersenyum. “Iya. Kamu juga ya.”

Mereka keluar bersamaan dari apartemen dan menaiki mobilnya masing-masing untuk berangkat ke tempat tujuan.

Sebelum Fay masuk ke dalam mobil, Felix menghampirinya dan mencium bibir Fay sekilas. Ia melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil.

“Dasar cowok modus,” ucap Fay lalu ia tersenyum. Melambaikan tangannya saat mobil Felix telah melaju.

Fay mengembuskan napas dan masuk ke dalam mobil. “Semoga berhasil.”

[Destiny]

“Fay, semangat ya! Banggakan kedua orang tua kamu dan suami kamu!” ucap Hans yang menemani Fay untuk ujian.

“Iya, Dok. Saya akan mengerjakannya dengan seluruh nyawa saya. Makasih ya, Dok, sudah menemani saya. Sampai-sampai Dokter menukar jadwal pemeriksaan pasien.”

Hans tersenyum. “Nggak apa. Kamu kan anak didik saya, jadi wajar bila saya menemani kamu untuk ikut ujian ini.”

Fay ikut tersenyum. Ia masuk ke dalam ruangan ujian ini dengan perasaan yang sangat tegang.

Di tempat syuting, Felix berdoa semoga Fay bisa mengerjakannya dengan baik.

Setelah ujian yang sangat lama, akhirnya Fay selesai. Ia keluar dengan tampilan yang berantakan. Rambutnya seperti orang yang habis bangun tidur.

Hans tertawa melihatnya. “Penampilan kamu berbanding terbalik dengan tadi, Fay,” ucap Hans sembari merapikan rambut Fay.

Fay tidak mendengarkan ucapan Hans. Kepalanya berdenyut-denyut. “Ah… susah banget sih soalnya.”

“Wajar, Fay, dulu saya juga mengalami hal ini. Beli ice cream yuk,” ajak Hans sembari menggenggam tangan Fay.

Hans mengajaknya ke kedai ice cream yang tak jauh dari gedung tempat Fay ujian tadi.

“Nih, makan dulu, biar otak kamu nggak pusing lagi.”

Fay menurut. Ia memakan ice creamnya dengan cepat. Saat asyik memakan ice cream, seseorang menghampiri Fay dan Hans.

“Wah, enak ya lagi makan ice cream berdua,” ucap orang itu yang langsung duduk di kursi samping Fay.

Fay menoleh. “Felix? Kok kamu bisa ada di sini?”

Felix berdecak. “Iyalah. Aku rela-relain datang ke sini dan ternyata aku malah melihat kamu lagi makan ice cream berdua sama cowok.”

“Jangan salah paham, Lix. Dia itu dokter pembimbing aku.”

“Terus dia bisa enak-enakan gitu berdua sama kamu?”

Hans merasa bersalah. Ia berbicara, “Saya hanya menemani anak didik saya. Tidak lebih. Jadi, tolong jangan salah paham.”

Felix menatap Hans sengit. “Diam lo!”

“Felix, jangan kasar kayak gitu dong!” balas Fay dengan nada agak tinggi.

“Kok kamu jadi belain dia sih?!”

Hans menghela napas. Ia berdiri dan berucap, “Tolong jangan bertengkar di sini. Lebih baik kalian urus masalah kalian di rumah. Dan juga tolong Anda jangan berpikiran yang negatif. Saya sama Fay hanya sebatas guru dan murid. Saya permisi dulu.”

Hans meninggalkan mereka berdua. Dan Fay juga ikut berdiri. “Kita selesain di rumah.”

[Destiny]

“Hans itu dokter senior aku. Dia temenin aku, karena memang sudah tugasnya,” ucap Fay lebih dulu.

“Tapi, harus gitu sampai makan ice cream berduaan?”

Fay menghela napas. Ia mendekati Felix. “Dia beliin aku ice cream, karena tadi kondisi aku benar-benar kacau. Soal yang jadi ujian tadi buat aku pusing setengah mati. Karena itu, Dokter Hans ajak aku makan ice cream.”

Felix memejamkan matanya. Ia benar-benar merasa seperti orang gila. “Maafin aku, Fay. Akal sehat aku tadi nggak jalan. Maafin aku,” ucapnya sembari memeluk Fay erat.

Fay membalas pelukan Felix. “Ya, nggak apa-apa kok. Kalau aku diposisi kamu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Maaf karena sudah buat kamu cemburu.”

[Destiny]

14.5.18
19.55

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang