[8] Kenapa Dia Dan Bukan Kamu Yang Ada Disini?

52 8 0
                                    

DUA hari kemudian paska berita mengejutkan itu terjadi. Kini Fay dan Hans sedang berada di taman rumah sakit.

“Dokter nggak pulang?” tanya Fay.

“Saya akan pulang saat keadaan kamu sudah membaik. Lagipula saya sudah mengambil cuti beberapa hari.”

“Tapi, tetap saja saya nggak enak jadinya, Dok.”

Hans menoleh. “Kenapa harus nggak enak? Kamu sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri. Jadi, saya harus ada di sini sampai kamu sembuh.”

Fay tersenyum miris. Dalam hati ia berkata, ‘Kenapa harus Hans yang ada di sini? Kamu ke mana, Lix? Dan juga, berita itu apa benar?’

Hans melambaikan tangannya. “Halo, Fay? Kok kamu bengong sih? Lagi mikirin berita itu lagi? Lebih baik kamu telpon Felix dan minta penjelasannya.”

Fay menggeleng. “Saya belum siap mendengarnya.”

Hans mengembuskan napasnya. “Baiklah. Untuk sementara ini jangan pikirkan hal itu dulu. Oke?”

Fay mengangguk lemah.

[Destiny]

“Dok, mumpung dokter lagi di sini, ke air terjun Sipiso Piso yuk. Bulan lalu saya ke sana dan pemandangannya benar-benar menakjubkan,” ucap Fay yang sedang duduk di samping Hans.

Sebelumnya, ia menelpon Hans untuk datang ke rumah sakit dan menunggu dirinya di depan rumah sakit.

“Kemarin kamu suruh saya pulang. Eh, sekarang ajak saya pergi,” ucap Hans dengan nada bercanda.

Fay tersenyum kikuk. “Eh… i… iya sih, tapi…”

Tiba-tiba Hans memegang tangan Fay. “Yuk, ke sana.”

Fay tersenyum bahagia. Akhirnya mereka pergi ke air terjun Sipiso Piso yang terletak di Tongging, Merek, Kab. Karo, Sumatra Utara dengan menaiki kendaraan umum.

“Memangnya hari ini kamu nggak kerja?” tanya Hans.

“Lagi libur.”

Selama Hans di sini, ia menginap di salah satu hotel yang dekat dengan rumah sakit Fay bekerja. Sedangkan Fay sendiri tinggal di dalam rumah sakit, karena
sudah disiapkan bagi dokter yang sedang menjalankan PIDI oleh pihak rumah sakit.

Setelah menempuh perjalanan yang lama, akhirnya mereka sampai.

“Wah, bagus banget,” ucap Hans menatap takjub air terjun tertinggi ini.

“Sudah saya bilang Dokter pasti takjub sama pemandangan di sini. Ke sana yuk,” ajak Fay.

Mereka tertawa dan bercanda hampir dua jam di sana. Dan mereka hanya menceburkan kaki saja, karena mereka tidak membawa baju ganti.

‘Seandainya saya punya keberanian seperti Felix untuk mengungkapkan perasaan saya, mungkin sekarang kamu sudah menjadi istri saya dan bukan menjadi istri Felix,’ batinnya sembari menatap Fay yang sedang bercerita tentang
pengalamannya menjadi dokter di daerah ini.

[Destiny]

Sudah seminggu Hans berada di sini dan masa cutinya akan berakhir esok hari.

Kini ia sedang berada di bandara untuk kembali ke Jakarta.

“Nanti kalau sudah sampai di Jakarta, telepon saya ya, Dok,” ucap Fay.

“Oke. Saya pergi ya, Fay,” kata Hans sembari melambaikan tangannya. Dan Fay membalas lambaian tangan Hans.

Fay menghela napas saat Hans telah memasuki pesawat. Ia kembali ke rumah sakit tempat ia praktik.

Saat Fay telah sampai di rumah sakit, Felix menghubunginya. Namun, Fay hanya memandangi layar ponselnya sampai layar itu mati. Lalu, ia mematikan ponselnya dan fokus dengan pekerjaannya.

‘Saat itu dia nggak simpan nomor gue dan sekarang tiba-tiba dia nelpon? Aneh banget sih,’ ucapnya di dalam hati.

[Destiny]

A/N
Part ini pendek, karena emang segitu doang yang perlu dibahas😂 maaf ya.

17.5.18
05.03

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang