[12] Takdir Mempertemukan Kita Lagi

73 5 0
                                    

TAK terasa Fay telah melalui pendidikan spesialis kedokterannya dengan Hans yang selalu mengajarinya meskipun tubuhnya sangat lelah.

Keluarga Hans dan Fay datang ke acara wisuda Fay.

“Selamat ya, Nak,” ucap mama Hans sembari mencium pipi Fay.
Fay tersenyum bahagia.

“Makasih, Mah.”

Lalu, mama Fay memeluk Fay dengan erat selepas ibu Hans menjauh dari Fay.

“Mama bangga sama kamu, Fay. Kamu sudah menjalani hidup yang berat dan berhasil seperti ini. Mama benar-benar bangga.”

“Tanpa kalian aku juga nggak akan bisa sampai sekarang ini. Terutama buat Mas Hans. Dia selalu mengajari aku dan mengingatkan aku untuk makan dan tidur. Makasih ya, Mas,” ucap Fay sembari menoleh ke arah Hans.

Hans langsung merangkul Fay. “Itu sudah jadi tugas aku, Fay.”

Tiba-tiba seorang gadis cantik datang dengan napas terengah-engah. “Fay, congratulationsorry gue telat. Tadi Cindy minta dibikinin kue dulu.”

Fay tertawa. “Nggak apa-apa kali. Lihat tuh rambut lo acak-acakan gitu. Ada terigu yang nempel lagi.”

Kezra membelalak. “Serius lo? Bersihin dong.”

“Gue bercanda, Zra. Panik banget sih,” balas Fay diselilingi tawa singkat.

Kezra telah memiliki seorang anak perempuan bernama lengkap Cindy Hwang Laviotta yang berusia empat tahun. Suaminya adalah kakak tingkat Kezra di kuliahnya dulu.

“Suami lo mana?” tanya Fay.

“Di rumah. Lagi main sama Cindy. Eh, foto dulu yuk, habis ini gue mau balik nih.”

“Oke-oke.”

Fay dan Kezra berdiri berdampingan dengan Hans sebagai fotografernya. Sehabis
itu Kezra meminta untuk berfoto bersama dengan keluarga Fay dan juga Hans. Ia meminta tolong kepada orang yang lewat untuk memfotokannya.

“Nanti kirim fotonya ke Line gue ya. Gue balik, Fay. Tante, Om, maaf ya Kezra pulang duluan.”

Mama Fay membalas, “Iya, Nak. Makasih ya sudah datang. Hati-hati di jalan, Kezra.”

Dari kejauhan Kezra melambaikan tangannya. Saat mereka sedang asyik mengobrol ringan lagi, tiba-tiba ada seseorang yang datang dengan membawa bunga.

“Permisi. Maaf seharusnya saya tidak layak untuk datang. Tapi, hati saya memaksa untuk datang ke sini. Congratulation, Fay,” kata orang itu sembari memberikan
buket bunga ke Fay.

Fay mengambil buket itu, karena ia tidak enak untuk menolaknya. “Makasih, Lix.”

Keluarga Fay memandang dingin ke arah Felix yang berdiri di depan Fay sembari menatapnya lekat.

“Sudahkan? Kamu boleh pulang sekarang,” ucap mama Fay dengan nada dinginnya.

Dalam hati Felix ingin menangis rasanya. Dengan bodohnya ia meninggalkan Fay demi perempuan yang hanya memanfaatkan hartanya. Dan meninggalkannya saat ia sudah tidak memiliki apa pun.

Felix menunduk dan kembali ke mobilnya. Ia masuk dan di sampingnya ada Levin yang berada di depan kemudi.
“Sudah gue bilang, lo nggak perlu datang, Lix. Kesehatan lo makin menurun dan lo bela-belain ke sini. Nanti kalo kambuh lagi gimana?” tanya Levin dengan khawatir.

Akhir-akhir ini kesehatan Felix menurun. Ia sering jatuh pingsan dan mendapat perawatan di rumah sakit. Dan karena hal itu, Ivonni meninggalkannya setelah ia mengambil harta Felix.

Untungnya Levin telah menabungkan setengah harta Felix di bank bila sesuatu hal buruk terjadi kepada Felix. Dan benar saja dugaannya, Felix telah mengalami hal buruk.

Felix tahu tentang wisuda Fay dari dokter yang merawatnya yang ternyata adalah teman PIDI Fay dulu. Temannya itu sangat terkejut saat ia harus menjadi dokter yang akan merawat Felix. Ia bercerita tentang perkenalannya dengan Fay saat ia menjalani PIDI bersama Fay.

Tiba-tiba saja jantung Felix berdetak dengan cepat. Napasnya tersengal-sengal. Ia memegangi dadanya. Dan hal itu tak luput dari Levin yang sedang fokus menyetir.

“Lo kenapa, Lix? Kambuh lagi? Lix, kok lo kayak kesulitan napas? Lix! Bangun Lix! Felix bangun!”

Dan di dalam mobil yang sedang menuju rumah sakit itu, Felix mengembuskan napas terakhirnya. Levin menepi dan memeluk Felix erat.

[Destiny]

“Berita duka cita datang dari kediaman rumah Felix Leonathan Keizaro. Kemarin
ia mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil saat ia sedang menuju rumah
sakit,” ucap reporter yang sedang bicara di depan rumah Felix.

Rumah yang ditinggalkan orang tua Felix untuk tempat tinggalnya. Namun, ia lebih memilih tinggal di apartemennya dibanding dengan rumah yang memberikan kenangan buruk kepada dirinya.

Para penggemar dan keluarga Felix datang untuk menghadiri acara pemakaman ini.

Orang tuanya baru datang saat ia mendapat kabar meninggal Felix dari Levin.

Mereka tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Mungkin karena mereka telah jauh dari Felix, mereka tidak bisa merasa sedih.

Peti mati Felix dibawa ke tempat pemakaman yang tak jauh dari kediaman rumahnya. Pemakaman mewah yang tertata dengan rapi.

Saat orang-orang telah pergi, Fay dan Hans baru datang. Mereka diberitahu oleh Levin saat kemarin.

Mereka menatap dengan diam gundukan tanah di bawah mereka. Mereka juga tidak menangis, namun ada rasa sedih di hati Fay.

Dalam hati, Fay berkata, “Kenapa lo pergi begitu cepat, Lix? Bahkan lo belum minta maaf ke gue, pasca pertengkaran kita lima tahun yang lalu. But, I don’t care. Karena, Tuhan sudah menggantikan seseorang yang lebih baik dari lo. Gue memang kecewa sama lo. Tapi, gue sudah memaafkan lo sejak lima tahun yang lalu. Dan gue juga nggak nyangka, kemarin adalah pertemuan pertama sekaligus
pertemuan terakhir kita. Gue harap lo bahagia di sana.’

Setelah menaruh buket bunga, mereka kembali.

[Destiny]

5.6.18
17.03

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang