-THIRD-

42.8K 1.7K 23
                                    

Seorang pria sedang duduk di kursi kerjanya dengan jari-jemari yang menari lincah pada keyboard. Beberapa kali pria itu membolak-balik sebuah berkas di dalam map. Di atas meja bagian depan terdapat papan nama kecil bertuliskan 'Aditthya Sannico A. as General Manager'

Pria itu, Nico, menghela napas. Badannya sudah cukup sakit akibat sejak pagi dirinya hanya duduk dan berkutat dengan laptop. Nico melepas kaca mata baca yang Ia kenakan, kemudian beranjak menuju sofa yang ada di ruangannya. Dengan seenaknya, Nico merebahkan tubuhnya di sana. Ini sudah waktunya makan siang tapi pria itu tak ada niat untuk sekedar pergi ke kafetaria.

Akhir-akhir Nico memang sedang mengalami masalah pada pencernaannya. Seakan selalu ada dorongan untuk memuntahkan semua isi perutnya. Tidak hanya itu sebenarnya, ada juga insomnia yang sungguh mengganggu, membuat kinerjanya menurun dengan begitu drastisnya.

Tok tok tok

Ketukkan di pintu membuat Nico bangun dan membenahi letak duduknya. "Masuk!"

"Apakah Anda ingin saya pesankan makan, Sir?" tanya seorang pria yang tadi mengetuk pintu.

"Aku lagi nggak mood bercanda, Ethan!" kesal Nico kepada pria bernama Ethan itu. "Mending kamu keluar kalau cuma mau rusuh."

"Nggak asik." wajah pria bernama Ethan itu seketika berubah masam.

Nico tak menanggapi dan kembali merebahkan tubuhnya pada sofa. Dalam hati, pria itu mengumpat pada Ethan. Jika tau yang tadi mengetuk pintu itu Ethan, jelas Nico tak perlu bersusah-susah membenahi letak duduknya.

Ethan menjatuhkan bokongnya pada sofa diseberang Nico setelah sebelumnya melepas jas. "Eh, Nic--"

"Aku mau tidur. Jangan ganggu! Dan aku minta tolong, kalo bisa, tutup pintu dari luar." Nico segera memejamkan mata, berusaha menghilangkan pusing yang mendera.

Dengan jengah Ethan memutar matanya. "Akhir-akhir ini kamu jadi aneh, Nic. Mood yang berubah-ubah nggak jelas, kadang tidur di jam kerja, kadang juga nggak lunch, terus banyak lagi deh perubahan drastis lainnya." kata Ethan.

Nico hanya diam, namun diam-diam dalam hati membenarkan.

"Ada masalah apa, sih?" tanya Ethan, yang hanya di balas dehaman oleh Nico.

"Kenapa lagi? Tentang wanita itu?”

Lagi, hanya dehaman tidak jelas yang Ethan dengar.

“Kamu kepikiran wanita itu terus ya? Dihantui bayang-bayangnya pasti." tebak Ethan sok tau.

Lagi-lagi hanya dehaman Nico yang menjawab Ethan, membuat seketika Ethan gemas. Nico sudah seperti orang bisu saja.

"Kamu kepikiran sesuatu tentang wanita itu? Atau- Jangan bilang kamu kangen sama tubuhnya? Pengen ena-ena lagi sam-" belum sempat Ethan menyelesaikan ucapannya, sebuah bantal sofa mendarat tepat pada wajahnya.

"Keluar Ethan!" geram Nico.

"Selow kali, Mas." Ethan mengangkat jarinya membentuk peace.

Nico menghela nafas dan meraup wajahnya dengan kedua tangan. Ingatannya kembali pada pertemuannya dengan wanita yang selama ini Ia cari.

"Tadi aku ketemu dia." kata Nico lirih.

“Ketemu? Di mana?” Ethan mengendurkan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya. “Wait! Wait! Ketemu siapa, nih?”

“Wanita itu.”

"Hah?! Seriously?” Ethan mencondongkan badannya. “What? When? Where? Who? Why? How?  Reaksi wanita itu gimana?" tanya Ethan berturut-turut dengan tidak jelas.

Because Of Accident Or Matchmaking?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang