Jurnal Satu

122 2 0
                                    

Minggu, 8 Oktober 2017

Hari ini ada psikotes di tempat bimbelku jam sebelas nanti. Jam di kamar masih menunjukkan pukul 6 pagi. Masih terlalu dini untuk aku memulai aktivitas di hari libur. Selimutku sudah tak lagi sepenuhnya menutupi badan. Guling yang rasanya masih kupeluk erat semalam juga sudah tergeletak di bawah kasur. Ponselku persis di samping bantal sisa semalam menghabiskan waktu menjelajahi YouTube. Suara pesan masuk terdengar nyaring nyaris membuatku benar-benar terlonjak dari tempatku sendiri. Dengan malas dan mataku yang belum sepenuhnya terbuka berusaha membalas pesannya dengan susah payah.

Hassya: Na, lo ikutan test di tempat bimbel kan nanti siang?

Hassya: P

Hassya: Na, bangun udah siang astaga!

Aku: Apaam sij

Aku: Iyta ikuyt

Hassya: itu mata jangan sebelah doang yang dipake! Ngetik bisa engga? Untung gue ngerti bahasa kebo.

Aku: Ya udah si maap, kan jiwa kebo gue lagi bersinar-sinarnya. Ganggu banget sih lo.

Hassya: Temenin gue nyarap di CFD dong. Yayaya? Banyak yang menggiurkan.

Aku: Lah tumben? Engga nunggu yang biasa lewat depan rumah?

Hassya: I miss you kermit😘

Aku: Udah nyubuh belum lo? Banyak-banyak nyebut.

Hassya: Ketemu di depan bimbel ye! Gak pake acara telat-telatan!

Setelah membaca pesan terakhir darinya, aku melempar ponselnya sembarang di kasur. Mataku rasanya masih ingin menutup rapat tapi apa daya? Baru saja adegan mendapat makanan gratis di dalam mimpiku mulai, bunda meneriakiku dari dapur meminta agar aku cepat bersih-bersih supaya tidak telat. Aku harus melewati toll untuk bepergian karena jaraknya yang cukup jauh dari rumah seringkali memakan waktu untuk sampai ke suatu tempat. Maka dari itu, aku harus bersiap-siap beberapa jam sebelum acara dimulai.

Mau tidak mau aku menarik tubuhku sendiri dari bantal yang dingin masih dengan mata yang berat. Aku meraba-raba ke samping kasur mencari jepit rambutku yang selalu tergeletak disana. Rambutku kusut dan tidak beraturan tapi tanpa peduli? Aku menjepitnya lalu menggulung rambut sepunggungku ini. Dilanjut memakai sandal rumah favoritku yang hangat. Mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu lalu mulai membersihkan diri.

Setelah siap-siap dan rapi dengan oversized sweater abu dan jogger hitam, aku menyemprot beberapa kali parfum Pink Chiffonku. Mengibas-ngibas tanganku rusuh karena selalu saja tersedak sisa parfum yang ada di udara. Kacamataku tak lupa dipakai. Melihat ke arah luar dari jendela, langit cerah dan matahari sudah menyapa alamnya. Aku menyumpal earphone sambil duduk manis di mobil, mendengar playlist kesukaanku di ponsel sembari menlihat mobil yang lainnya saling susul di jalan. Setengah jam berlalu, tiba lah aku di salah satu CFD yang biasa diadakan di jalan Buahbatu ini. Bunda membolehkanku untuk turun di ujung gang sekolah, karena jalan sudah di portal sehingga tidak ada kendaraan yang diperbolehkan untuk lewat. Sudah ada Diona yang menungguku di depan gerbang bimbel. Ia tersenyum sesaat sebelum mulai mengajakku menyisir seluruh isi jalan dengan makanan-makanannya yang dijual.

" Eh, Sya. Bukannya lo kemarin bilang mau main sama gebetan lo itu ya? Kok kata Kak Risky kemarin lo masuk? " Tanyaku membuka percakapan.

" Ohhhh, iya. Dia kemarin nganter pulang cewek gitu, ada lah, tetangganya. Deket juga sih kayaknya mereka. " Jelasnya dengan matanyanya yang masih mencari makanan yang enak.

" Kok, lo ngomongnya santai gitu sih? "

" Ya lo tau sendiri kan emang hubungan gue sama dia engga jelas. Gue aja engga ngerti harusnya cemburu atau gimana. "

Jurnal Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang