Sebelumnya aku mau bilang hati-hati kalian semua. Dimana pun kalian berada.
Have a nice day!
********************************************************
Derap langkah terdengar bersahutan dengan helaan nafas yang tersengal.
Gelapnya malam tidak menghentikan pria itu untuk berlari. Kakinya terus bergerak, bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan akalnya, seakan-akan nyawanya bergantung dari seberapa cepat ia melangkah. Mata hitamnya menyala tajam, waspada terhadap setiap gerakan dalam jangkau pandangnya. Keringat yang meluncur dari keningnya menandakan tidak ada lagi tenaga yang tersisa.
Tamat sudah riwayatnya karena kini kedua kakinya tidak mampu untuk menahan berat badannya. Ia tersungkur di atas aspal yang terasa dingin karena udara malam. Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya saat sesosok berjubah hitam semakin mendekat. Sosok itu berhenti tepat di depannya. Dari jarak sedekat ini pun pria itu tidak dapat menangkap jelas wajah sosok berjubah tersebut.
"Sudah saatnya kau berhenti berlari, bukan karena kau tidak kuat lagi melainkan karena aku sudah bosan menunggu waktu yang tepat untuk membunuhmu. Selamat tinggal, Mortem." Seberkas cahaya merah menyelimuti pandangan pria itu. Kulitnya terasa panas dan terbakar sekaligus tercabik-cabik. Ia tidak bisa menahan rasa sakit yang menghujam dan berteriak sekencang mungkin.
.
.
.
"ARGGGGH!!!!" Kedua mata Seongwoo terbuka lebar. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat dingin membasahi kaos hitam yang ia gunakan. Tubuhnya tidak dapat bergerak satu inchi pun bahkan saat pria di sebelahnya menanyakan apa yang telah terjadi dengan suara waspada.
Mimpi.
Sinar merah yang merambat dan menyakiti kulitnya hanya sebuah mimpi belaka. Seongwoo memejamkan matanya dan menghirup oksigen sebanyak mungkin. Menenangkan pikirannya, bahwa rasa sakit yang begitu nyata tadi hanyalah konstruksi alam bawah sadarnya.
Daniel menatap pria di depannya dengan khawatir. Mengingat teriakan Seongwoo beberapa saat yang lalu memekakkan telinganya. "Mortem, apa kau baik-baik saja?" Pria yang ditanya hanya membalas dengan anggukkan singkat dan bangkit berdiri menuju kamar mandi, meninggalkan Daniel dengan kening yang berkerut.
Apakah keberadaan dirinya mampu membangkitkan sesuatu di alam bawah sadar Seongwoo? Ataukah kemunculan dirinya membawa bahaya untuk pria itu? Daniel menghela nafas pasrah. Dirinya memang sudah tahu bahwa satu detik saat ia setuju untuk menjaga pangeran maka ia berada di dalam bahaya besar.
***************
"Pangeran! Apa kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapan," teriak Daniel. Tidak ada jawaban dari pria itu, bahkan suara di pikirannya pun tidak. Pria itu mengerutkan keningnya, ia tidak menyukai perlakuan Seongwoo yang mengabaikan keberadaannya. Sebuah seringai tercetak di wajah Daniel. Detik berikutnya, ia sudah berada di belakang tubuh Seongwoo.
"MORTEM!" teriaknya tepat di telinga pria itu. Seongwoo melonjak dan memutar tubuhnya menghadap Daniel.
"YA! Apa yang kau lakukan di sini?" teriaknya dengan raut seakan mau menelan pria itu hidup-hidup.
Daniel terkekeh melihat tingkah laku pangerannya. "Aku sudah berteriak hampir sepuluh kali untuk mengatakan bahwa sarapan sudah siap tapi tidak ada respon satu pun darimu. Terpaksa aku harus menghampirimu secara langsung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of the Darkness (ONGNIEL)
FantasyDalam setiap manusia, tersembunyi sosok iblis. Tetapi untuk seorang Ong Seongwoo, dia adalah iblis itu sendiri.