Chapter 6 - The First Attack

2.6K 479 331
                                    

Aku gak tau kenapa chapter ini jadi kebalik sama chapter 5, mungkin karena wattpad lagi error. Tapi boleh next dulu buat baca chapter 5.

  Jangan lupa untuk klik tanda bintang dan tinggalkan jejak di bawah! Selamat berbuka puasa :)


****************************************************



Daniel membopong tubuh kurus Seongwoo yang saat ini tidak sadarkan diri. Setelah latihan hampir delapan jam tanpa istirahat, pria itu benar-benar tidak memiliki tenaga lagi. Ditengah aksinya melempar pisau dengan pikiran, Seongwoo kehilangan kesadaran. Dengan sigap Daniel menangkap badan pangerannya sebelum mencium tanah.

Sebuah helaan nafas keluar dari sela bibir tebal Daniel. Sebagai kepala prajurit keamanan istana, ia terbiasa untuk menutup perasaannya. Mematikan semua rasa iba kepada orang yang akan dibunuh maupun rasa kasihan kepada semua bawahannya, baik saat berperang maupun saat pelatihan. Ia menjunjung tinggi sebuah kesempurnaan. Tidak boleh ada yang salah ataupun kata kalah dalam kacamata seorang Daniel. Dia tahu benar, perasaan merupakan musuh terbesarnya dan harga yang mahal untuk mencapai kesempurnaan.

Maka dari itu, saat melihat Seongwoo yang berada dalam gendongannya ia merasa heran. Daniel bukanlah mentor yang bijaksana dan baik hati. Dia tegas, tangguh, dan tidak punya perasaan. Julukan mentor yang kejam identik melekat dengannya. Namun, selama delapan jam tadi, dia bahkan tidak mengeluarkan 30 persen sisi kejamnya.

Ada sesuatu yang menahannya untuk tidak mengumpat, maupun memberi pelajaran kepada Seongwoo yang sudah jelas kemampuannya di bawah orang-orang yang dilatih dirinya selama ini. Istilahnya, dengan orang lain ia bisa berubah menjadi sosok yang menyeramkan, sedangkan tanpa sadar ia menjadi begitu sabar dan pengertian di hadapan Seongwoo.

Kembali, Daniel mengeraskan raut wajahnya. Seongwoo yang hancur, terluka, penuh rasa kecewa, dan tidak bisa mengendalikan kekuatannya jauh dari kata sempurna. Tetapi baru kali ini Daniel menyukai ketidaksempurnaan, dan hal itu bernama Seongwoo.

Secara hati-hati pria berbahu lebar tersebut membaringkan Seongwoo di atas ranjangnya. Tangan besarnya menghapus sisa-sisa keringat di kening pria yang saat ini sedang terpejam. Secara lancang, jemarinya turun menyusuri wajah Seongwoo hingga sampai ke pipi tirus yang berhias tiga titik konstelasi bintang. Indah. Agak lama tangan Daniel berada di atas tahi lalat Seongwoo.

Tanpa sadar iris mata yang biasanya terlihat tegas, kini memancarkan kelembutan. Seakan-akan objek di depannya merupakan hal terbaik yang pernah ia lihat. Matanya berubah menjadi penuh penyesalan saat garis merah tercetak di bagian pipi lain pangerannya. Luka yang tercetak akibat latihannya hari ini. Secara impulsif, pria itu mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan luka tersebut. Kecupan ringan yang tidak menuntut. "Aku akan melindungimu dengan semua kekuatanku. Melukaimu sama dengan mengharapkan kematian."


********************


Semburat sinar kuning menari-nari di atas wajah Seongwoo, mengusik tidurnya yang tenang. Secara perlahan, pria itu membuka sebelah matanya dan tersenyum. Dia merasa tadi malam adalah tidur paling nyenyak yang ada di hidupnya. Setelah meregangkan tangannya, ia meringis pelan. Ternyata badannya masih terasa begitu kaku dan sakit saat digerakkan.

Seongwoo melirik sekilas ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas siang. Pantas saja, perutnya begitu lapar. Erangan kembali keluar dari bibirnya saat dia berusaha bangun dari tempat tidur. Otot-ototnya bereaksi dengan luar biasa dan Seongwoo tidak punya kekuatan untuk bangun, apalagi untuk berjalan ke dapur.

Prince of the Darkness (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang