Prolog - A Broken Human

4.6K 607 102
                                    

Kriiiing.

Aku mengernyitkan dahiku dan mengambil bantal untuk menutup kedua telingaku.

Kriiiiiing!!

Sekali lagi weker di sampingku berteriak tanpa ampun. Cukup sudah! Dengan sekali gerakan tangan, aku mengambil jam itu dan melemparnya ke dinding. Hancur dan berantakan, persis seperti diriku. Ong Seongwoo seorang manusia yang hancur.

Dengan malas aku membuka mata untuk melihat sinar kekuningan yang menari di antara celah-celah tirai. Pagi. Aku selalu membenci pagi hari. Waktu dimana aku harus terpaksa membuka kedua mataku dan menjalani rutinitas monoton. Tidak terhitung berapa kali aku berharap mata ini terpejam untuk selamanya. Seakan setiap inchi dari tubuhku berteriak untuk menghabisi nafas ini. Aku benci kehidupanku dan sepertinya kehidupan juga membenciku.


*************


Aku mengacak rambut yang pada dasarnya sudah berantakan dan berusaha merapikan seragam yang melekat di badanku, walaupun hal itu sia-sia saja karena sampai kapanpun penampilanku akan terlihat serampangan. Dengan menghela nafas, aku keluar dari apartemen dan berjalan menuju sekolah. Sudah 17 tahun hidup seperti ini, sendiri tanpa ada satu orang pun yang mendampingiku. Aku sendiri kagum dengan kemampuanku untuk bertahan hidup.

Di depanku terlihat seorang ayah sedang menuntun anaknya yang hendak pergi ke sekolah. Betapa bahagia wajah anak itu, berbeda sekali denganku saat seumur dirinya. Tidak ada orang tua yang mengantarku untuk bersekolah di hari pertama, tidak ada orang tua yang membuatkan aku sarapan, tidak ada orang tua yang menemaniku jika malam tiba dan aku kesulitan untuk memejamkan mata. Aku sudah mati rasa. Tidak akan banyak ekspresi yang terlukis di wajahku. Jadi jangan mengharapkanku untuk tersenyum.

Aku, Ong Seongwoo. Selama 17 tahun ini aku tidak bisa mendefinisikan kebahagiaan karena hidupku jauh dari kata bahagia. Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku hidup sebatang kara, tanpa orang tua, tanpa teman, dan tanpa orang yang aku cintai. Tidak tahu apa yang sudah aku lakukan sehingga dunia membenci diriku. Sempat terbersit di benakku, bahwa aku berada di dunia ini bukan karena dilahirkan, tetapi karena dibuang oleh surga yang tidak menginginkan keberadaanku.

Rasanya sudah lelah untuk menangis karena aku tahu bahwa airmata tidak akan merubah keadaan. Sudah ratusan malam aku habiskan untuk menahan sakit di dadaku ini, begitu sakit sampai-sampai diriku tidak bisa merasakan apa-apa lagi sekarang. Manusia tanpa perasaan? Ya, itulah aku. Tidak ada lagi yang tersisa dari diriku. Kosong dan hampa.

Segerombolan ibu-ibu terlihat dari sudut mataku. Mengobrol dan menertawakan hal yang aku yakini tidak penting. Sama seperti hari-hari sebelumnya, mereka sontak menghentikan pembicaraan saat aku lewat. Mereka menghujamku dengan tatapan hina, seakan aku manusia menjijikan. Entah apa salahku, mereka bahkan tidak mengenalku. Sehalus apapun bisikkan yang dikeluarkan dari bibir mereka yang beracun tetap akan terdengar oleh telingaku. Kata-kata menyakitkan sudah menjadi makananku sehari-hari.

Aku melanjutkan perjalananku dan memasuki pintu gerbang neraka yang bernama sekolah. Tempat dimana para manusia dididik dan diberi pembelajaran untuk menjadi bekal dalam kehidupan mereka ke depan. Cih, omong kosong! Tempat ini hanya akan menghasilkan anak-anak berandal dengan otak yang tidak akan menyamai seekor kera sekalipun.

Dengan malas aku meraih kenop loker milikku. Klek! Aku sudah tahu apa yang berada di dalam lokerku. Setumpuk kertas dengan tulisan dan ukuran yang berbeda-beda.

Aku menyeringai.

"Ayo kita lihat apa yang mereka tulis kali ini. Hmm...

'Pergi dari sekolah ini',

'Dasar orang aneh',

'Tidak ada seorang pun yang menyukaimu',

'Dasar pria pembawa sial'.

Cih, apa mereka tidak punya kreatifitas? Kata-kata yang sama setiap hari. Oops, tunggu dulu sepertinya ada yang menarik," Aku mengambil dan membaca kertas terakhir.

"Ong Seongwoo tidak pantas untuk hidup di dunia ini. Wah baik sekali, andai orang yang menulis ini tahu, betapa bahagianya diriku jika hal ini terjadi," ucapku sinis sambil merobek semua kertas di tanganku dan membuangnya ke tempat sampah.


- To Be Continued-


Author's note:

Aku sebenernya gak tega bikin Ong kayak gini. Tapi harus, kalau nggak nanti Daniel gak muncul. he he he.

Ini genre fantasi yaaa. Agak sedikit dark karena.... nanti aja jawabnya, takut spoiler.

Rate mature untuk bahasa yang sedikit kasar

(bukan mature karena adegan nayana karena ku gak kuat bikinnya.)

(sekarang sih gak kuat, gak tau kalau di tengah jalan nanti. hm.)

Ini pertama kali aku bikin cerita boyxboy karena ku benar-benar bucin Ongniel. Baca sih selalu dari era Eunhae sampe Ongniel sekarang, tapi kalau bikin bener-bener baru kali ini.

Jadiiii... boleh banget kasih saran, masukkan, atau bahkan juga dukungan supaya aku makin pede buat lanjut cerita ini.


-With Love, Van-

-With Love, Van-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prince of the Darkness (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang