Angin malam berhembus dengan sangat kencang, membuat gadis yang sedang berjalan dengan mengenakan dress tanpa lengan tersebut menggigil kedinginan. Rambut yang acak-acakan dan heals yang dijinjing membuatnya tampak begitu berantakan. Gadis itu berjalan tanpa tujuan karena yang dibutuhkannya untuk saat ini hanyalah ketenangan.
Gadis itu memutuskan untuk duduk di hamparan rerumputan yang bahkan hanya sedikit penerangan. Kilat dan petir tampak bersautan, gadis itu tetap terdiam dijahatnya malam. Beberapa menit kemudian hujan datang, tampak gadis itu tetap terdiam ditengah air yang terus menghantam ke tubuhnya tak peduli akan mati sekalipun.
Sesosok lelaki berjalan menuju gadis tersebut untuk memberi pertolongan, belum lelaki tersebut menolongnya gadis itu ambruk begitu saja.
*****
Bau rumah sakit begitu menyengat diindra pernafasan gadis tersebut, gadis itu membuka matanya dan tanpak terkejut bahwa sekarang dia berada di tempat yang bahkan sangat ia benci karena mengingatkan dia kepada sosok yang sangat amat ia sayangi. Seseorang datang dengan mengetuk pintu yang ia ketahui adalah dokter karena mengenakan jas putih layaknya dokter pada umumnya.
"Apa ada keluhan?" tanya Dokter kepada Jihan, gadis itu hanya menjawab dengan gelengan.
"Siapa yang membawa ku ke rumah sakit?"
"Seorang lelaki bernama Rama Panduta, dia juga yang membayar biaya nya" pikiran Jihan berkecamuk, apakah orang dari masa lalunya telah kembali, bahkan itu tampak tak mungkin.
"Kapan aku boleh keluar dari tempat ini?"
"Lusa Anda dapat pulang"
"Terima kasih" dokter itu pun mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut.
Pikirannya masih berkecamuk memikirkan satu nama yang 7 tahun sempat berada di hidupnya menjadi salah satu kebahagiaan yang pernah terjadi. Tak selang beberapa menit, seorang wanita datang dengan wajah khawatir, Rina.
"Apa yang terjadi nak?" tanya Rina sambil mengusap kepala anak gadis nya, ia sangat tahu keadaan anaknya.
"Aku baik-baik saja ma, hanya kecapekan dan kurang vitamin" ucap Jihan tersenyum walaupun sangat susah untuk nya tersenyum akhir-akhir ini.
"Dia kembali" dua kata yang ia ucapkan dengan wajah datar, Rina tau siapa yang dimakud oleh anaknya tersebut. Satu tetes air mata jatuh tanpa izin, membuat nya tampak begitu lemah dengan tetes-tetesan selanjutnya.
"Semuanya akan baik-baik saja" ucap Rina dan memeluk Jihan erat dan ucapan maaf Rina yang membuatnya lebih terisak.
Setelah berada di rumah sakit selama 2 hari, Jihan pun diizinkan untuk pulang. Di perjalanan, ia hanya diam menatap luar jendela, menatap gedung pencakar langit dan orang-orang yang tampak sibuk dengan urusan mereka msaing-masing. Lagu Bruno Mars mengalun indah dan satu part dari lagu itu membuatnya tampak begitu menyedihkan.
Cause my heart breaks a little when I hear your name
Dia merasakan, merasakan kesakitan. Menyedihkan mungkin kurang cocok menggambarkan perasaan nya saat ini. Ketika semua orang mengatakan untuk kuat, fakta nya dia sangat lemah. Ketika satu lampu menyinari gelap hidupnya hilang, satu lampu lain datang untuk menyinari namun dia tahu bahwa tak lama lagi lampu itu akan hilang. Mungkin hilang kurang cocok menggambarkan lampu kedua, tapi lampu itu akan redup. Keadaan yang membuatnya redup, dan ketahuilah keadaan tak pernah memihak kepadanya. Jihan pun menghapus air mata nya, dia sangat benci bahwa dia sangat lemah.
Mobil tersebut masuk di pekarangan rumah yang sangat luas, rumah yang menyimpan banyak kenangan untuknya. Tampak Jason sudah menyambutnya di depan pintu karena memang yang menjemputnya hanya ibu nya karena ayahnya ada pekerjaan yang harus diurusnya. Ayahnya merentangkan tangannya dan detik berikutnya ia sudah berada di dekapan pria tua itu. Langit tampak begitu bersahabat hari ini, membuatnya lebih bersemangat daripada hari-hari sebelumya.
"Kamu ingin makan dulu?" tanya Rina sambil menatap Jihan sendu.
"I'm okay, aku belum lapar" jawab Jihan dan segera menuju ke kamarnya, untuk saat ini ia hanya ingin menjernihkan pikirannya.
Jihan membuka kamar dengan pelan tampak bersih dan rapi walaupun kamar itu jarang ia gunakan karena dirinya hidup di apartemen agar mempermudah dirinya untuk kuliah karena jaraknya yang mungkin lebih dekat daripada rumahnya. Hatinya mencelos ketika melihat banyak foto-foto yang sangat ia hindari, foto masa lalu nya. Apakah cocok disebut masa lalu bahkan baru saja 3 hari mereka tak bersama. Di foto tersebut tampak dua orang sedang tertawa bersama diatas bianglala yang tampak begitu indah dengan warna-warni lampu pasar malam di bawahnya. Tiga hari sebelumnya ia merasa akan menjadi gadis paling istimewa dan tiga hari sebelumnya juga ia menjadi gadis paling menyedihkan.
Sebuah ketukan membuat nya terhenti dari lamunan, seseorang membuka pintu.
"Non makan malam sudah siap" ucap Bi Asih yang di jawab Jihan dengan anggukan.
Jihan pun turun ke lantai bawah dan segera mengambil kursi untuk menikmati makan malam bersama. Tatapan sendu keduua orang tua nya sangat kentara terlihat, mereka pun sangat menyadari bahwa gadisnya tampak lebih pendiam dari pada sebelumnya walaupun hal ini pernah terjadi 5 tahun yang lalu.
"Apa kamu akan menetap di sini?" tanya Jason kepada Jihan
"Mungkin disini tempat yang tenang untuk ku" Jawab Jihan sambil mencoba untuk tersenyum
"Apa kamu ingin melanjutkan S2 mu atau kerja"
"Kerja mungkin pilihan terbaik" jawab Jihan seadanya
Mereka makan dengan tenang layak nya keluarga pada umumnya, setelah beberapa menit berlalu mereka menyudahi makan tersebut.
"Ma, apa punya kardus yang tidak terpakai?"
"Ada, memangnya untuk apa?"
"Untuk barang-barang yang tidak Jihan butuhkan" jawab Jihan, Rina akhirnya tahu apa barang yang dimaksud Jihan.
Jihan pun menaiki tangga dan membawa kardus untuk membuang barang yang tak di butuhkannya, membuang terdengar begitu kejam bukan. Ia pun memikirkan untuk menaruh barang tersebut di gudang setidaknya seseorang itu pernah ada di hidupnya dan membuat nya menjadi wanita special setelah kepedihan di dalam hidupnya.
Jihan masuk ke dalam kamar nya dengan perasaan campur aduk, melihat pajangan-pajangan foto yang ada di nakas tempat tidur nya. Satu foto yang membuat nya diam, di foto itu terdapat seorang lelaki tengah menatap pada kamera dengan senyum yang sangat menawan dan Jihan pun sangat ingat bahwa foto itu dia ambil ketika anniversary mereka yang ke 3 tahun. Senyuman itu yang sangat ia rindukan, lelaki yang ia puja dan terkenal romantis itu meninggalkannya di hari yang harusnya akan special untuk mereka berdua.
Jihan memutuskan segera mengambil apa saja yang menyangkut kenangan dengan masa lalu nya dan segera menaruh kedalam kardus. Dan satu benda yang mengalihkan perhatiannya yaitu adalah buku diari nya yang terlihat tampak usang. Ia memutuskan untuk menaruhnya di kardus karena ingin melupakan semuaya, ia ingin menjadi Jihan yang baru memulai semuanya dari awal tanpa kesedihan bayang-bayang mereka.
Thanks udah baca cerita aku, btw maaf kalo ada keslahan kata. sangat menerima kritik. Karena untuk penulis kita butuh kritik yang membangun. Makasih banyak dan jangan lupa untuk vote atau sekedar memberi comment agar lebih semangat untuk menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Space
RomanceSemua wanita menginginkan hidup dengan akhir yang happy ending layaknya dongeng penghantar tidur, sama hal nya seperti Jihan Restiana. Ketika gadis itu ingin melepaskan, bayang-bayang masa lalu selalu muncul dibenaknya. Melepaskan, terdengar sangat...