Part 6 : Our Space

5 1 0
                                    


"Jihan!" panggil suara, langsung saja sang pemilik suara memeluk erat gadis bernama Jihan itu

"Maaf, aku tak bisa mendatangi hari bahagiamu" ucap orang itu dengan pandangan meminta maaf

"Tak apa Re, lagian tidak ada acara" ucap Jihan kepada Reva dengan senyum masam, Reva bingung dan diam. Cerita mengalir, tangisan, kutukan keluar begitu saja. Sesak memang, itulah kenyataan.

"Aku tak pernah percaya jika dia melakukan itu padamu Je, sangat aneh. Bahkan dia sangat bahagia dengan mu, orang awam pun tahu binar di matanya" ucap Reva panjang lebar

Jihan yang masih terisak dengan ceritanya pun hanya bisa mengusap air matanya dengan tisu. Memang benar yang dikatakan oleh Reva, bahkan ia pun tak percaya bahwa orang yang terlihat begitu bahagia dekat dengannya, sangat gampang untuk menyakitinya. Dan yang kedua adalah, jika benar seseorang itu tak bahagia, mengapa tidak meninggalkannya jauh jauh hari. Mengapa harus menunggu 3 tahun, 3 tahun adalah waktu yang lama untuk mengenal bahkan menumbuhkan rasa. Dan yang ketiga, mengapa harus di hari bahagianya.

"Rev aku harus kembali" ucap Jihan sambil mengecek arloji yang dipakainya. Ia telat 10 menit, bagaimana mungkin ia akan diterima jika di hari interiewnya saja ia sudah mendapat reputasi yang buruk.

Reva mengangguk dan Jihan pun bergegas untuk meninggalkan Café tersebut. Jihan melihat banyak orang yang duduk cemas, dan ia sangat bersyukur bahwa belum ada pengumuman untuk penerimaan. Tetapi yang membuatnya aneh adalah tatapan orang-orang yang entah bagaiman terasa aneh untuknya.

"Apakah sudah ada mrs. Sanjaya" pikiran awal Jihan ambyar sudah tergantikan perasaan malu. Reputasi buruk sudah ia dapatkan, apalagi yang kurang. Setelah itu, nama-nama penerimaan pun diumumkan, semua orang melihat kertas yang sudah ditempelkan disalah satu dinding agar lebh efektif daripada disebutkan satu persatu. Orang-orang tampak berlarian menuju kertas tersbut. Ia memilih untuk menunggu di tempat duduk dengan cemas. Setelah antriannya cukup sedikit, ia memutuskan mencari namanya di kertas pengumuman tersebut. Dan namanya ada diurutan terakhir.

"mrs. Sanjaya silahkan masuk" Jihan masuk ke dalam ruangan tersebut

Mata intens itu lagi yang menatapnya, yang aneh sekarang adalah hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Jika tadi ada beberapa orang yang menginterview nya.

"Bagaimana bisa Anda telat begitu saja, 10 menit dan kami harus menunggu Anda" ucap orang itu dingin.

"Maafkan saya pak, itu tidak akan terulang lagi" ucap Jihan

"Kamu akan menjadi sekertaris saya" Jihan bingung dengan apa yang ia dengar. Bahkan ia hanya mengajukan sebagai karyawan biasa.

"dan akhirnya saya ingat kamu, kamu adalah orang yang ada di bandara itu" lanjut orang itu, Jihan pun ingat tentang pertemuan mereka berdua berawal dari sebuah keramaian.

"Saya tunggu besok, jam 7 pagi. On time!"

"Baik pak, saya tidak akan mengecewakan bapak" ucap Jihan dengan penuh penekanan.

"Baguslah"

*****

Selesai sudah interview nya, ia ingat dengan kata Rama untuk menelpon jika kegiatannya selesai. Mau tak mau ia harus mengabari sang kakak. Jihan mengambil handphone di tas dan mencarti nama sang kakak.

"Halo" suara diseberang menyaut

"Halo, aku sudah selesai" Ucap Jihan

"Ok aku akan jemput"

"Aku akan berada di café depan perusahaan" Jihan menambahkan dan segera menutup panggilan tersebut.

Jihan berjalan menuju café, sore ini pun langit tampak mendung. Cappucino menjadi bagian dari dirinya yang tak bisa ia tinggalkan. Orang tampak beralu lalang di tenagh dinginnya kota, indah hanya itu yang ia pikirkan. Setelah 30 menit menunggu lelaki yang ia tunggu pun datang, agak aneh mengapa begitu cepat karena jarak rumah ke kantor butuh 1 jam perjalanan.

"30 menit, bagaimana bisa secepat ini?" tanya Jihan bingung melihat arloji di tangannya

"Aku memang ada di dekat sini agar kamu tak menunggu lama" jawab Rama selagi memberi pelukan kepada Jihan

Sepasang mata melihat dengan tatapan sinis kepada dua sejoli itu. Tidak satupun mereka menyadarinya. Jihan dan Rama akhirnya meninggalkan café dan masuk ke dalam mobil, tak lupa Rama membukakan mobil untuk Jihan meskipun Jihan selalu mengatakan bahwa itu tak perlu Rama lakukan.

"Kau masih keras kepala" ucap Jihan tiba-tiba

"Huh?" Rama menatap Jihan dengan bingung

"Sudah ku katakana kau tak perlu membukakan ku pintu, I don't like being center of attention!"

"Maaf, tapi aku akan tetap melakukan itu" jawab Rama menatap Jihan dengan senyum yang mengembang

"Keras kepala!" ucap Jihan kesal


I'M BACK!1!1!

Sorry for letting you guys down cause I didn't post less than a year. It's big step for me! I need commitment to write again. Hope you like it, Love you!

Sincerely, G.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang