Part 3 : Our Space

8 6 0
                                    

"Bisa kita keluar, ada yang ingin aku bicarakan Kak" ucap Jihan, Rama hanya mengangguk mengiyakan dan segera keluar dari ruangan.

*****

Setelah menunggu Jihan, tak lama kemudian gadis yang ia tunggu berada di hadapannya. Kerinduan tampak begitu menguap begitu saja, ingin rasanya ia memeluk gadisnya tapi apalah daya sepertinya gadis itu tak bisa di perlakukan seperti dulu. Semuanya berubah, gadis yang tampak selalu manja kepadanya hilang begitu saja menjadi gadis dingin yang tak dapat ia gapai.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya lelaki itu menatap Jihan dengan wajah ingin tahu, walaupun sebearnya ia sudah menebak apa yang gadis nya ingin bicarakan.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jihan menutus lurus kedepan, suaranya tampak begitu dingin terdengar.

"Aku hanya ingin menemuimu-"

"dan meminta maaf" lanjut Rama.

"Meminta maaf untuk kesalahan yang mana?"

"Begitu banyak kah kesalahanku?" ucap Rama sambil tersenyum pahit.

"Maaf karena melepaskanmu"

"Alasan apa yang membuatmu melepaskan ku?" tanya Jihan dengan berani mentap mata lelaki yang pernah di dalam hidunya itu.

"Aku ingin semua nya menjadi normal" Jihan terkekeh mendengar jawaban tidak masuk akal itu, walaupun dalam hati yang terdalam ia tak dapat menyalahkan Rama dan ada benarnya ucapan itu. Namun egonya tampak tak satu jawaban dengan hatinya, susah untuk menerima jawaban itu.

"Aku akan berada di sini hingga beberapa bulan sebelum papi menyuruhku menggantikannya" bagai petir di siang bolong, Jihan menatap Rama dengan tatapan terkejut.

"Apa sudah membeli apartemen?" tanya Jihan, Rama tersenyum sambil menggeleng.

"Aku hanya ingin mempunyai tanggung jawab seperti kakak lain kepada adiknya" jawab Rama sambil mengusap pipi Jihan pelan.

"Tinggal di rumah?"tanya Jihan tercekat dan hanya dibalas dengan anggukan oleh lelaki itu.

"Aku memiliki apartemen, kakak bisa memakainya"

"Aku ingin punya momen untuk kita berdua-"

"sebagai adik kakak tentunya" lanjut Rama, perubahan mimik muka Jihan pada kalimat pertama. Kata 'kita' sudah tak ada lagi di kamus hidup Jihan Restiana untuk mereka berdua.

Pikiran Jihan tampak begitu kacau, bagaimana mungkin sosok itu seenaknya meminta kembali setelah meninggalkannya tanpa kabar atau berita. Ia sangat ingin menolak namun dia tak sanggup mengatakannya atau memang ituah pilihan terbaik untuk hubungan mereka berdua.

"Je" panggilan itu membuat Jihan kembali dari lamunannya dan panggilan itu juga membuatnya berkaca-kaca teringat akan pelindungnya yang saat ini pun ada di sebelahnya. Bagaimana pun lelaki itu akan tetap menjadi bagian indah dalam hidupnya.

"Apa sudah meminta izin kepada mama dan papa?" tanya Jihan menatap Rama

"Aku sudah memberitahu nya, bagaimana apa kamu setuju?"

"Ya" hanya satu kata yang mampu ia katakanan, bagaimana pun ia tak boleh egois hanya memikirkan diri sendiri dan mungkin ini akan mempererat hubungan mereka sebagai saudara seperti kelurga pada umumnya.

*****

Setelah hampir seminggu dirawat di rumah sakit Jason tampak sudah sehat dan memutuskan untuk kembali ke rumah dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Dan esok adalah hari yang sangat istimewa, dimana Rama akan menjalani kehidupan di dekatnya untuk beberapa bulan kedepan.

"Bagaimana kabar Rama?" tanya Jason

"Dia agak sibuk akhir akhir ini dengan pekerjaannya sebelum pindah ke Indonesia untuk beberapa bulan" jawab Rina.

"Besok dia akan datang dan menyuruhku untuk menjemputnya di bandara" ucap Jihan menatap bagian belakang penumpang karena dia duduk di samping supir.

"Kamu yakin ingin menjemputnya?" Rina tampak was-was dengan itu, bagaimana pun dia tahu bagaimana rapuh  putri tiri nya itu.

"Tentu, Rama mengatakan ingin agar hubungan kita lebih dekat-"

"layaknya adik dan kakak" sambung Jihan, tampak senyum pahit ada di muka Jason dan Rina, jika saja mereka tahu bahwa sebelum mereka menikah masing-masing anaknya memiliki hubungan tetapi faktanya mereka baru mengetahui nya setelah beberapa bulan menikah.

Selama beberapa menit hanya ada suara radio, sesekali suara Jason dan Rina yang memenuhi mobil. Jihan menatap ke luar jendela dengan pikiran yang bercabang kemana mana, tanpa ia sadari mobil sudah berhenthi di depan rumah. Rumah tampak begitu sepi karena di tinggal sang pemilik walaupun masih ada pembantu rumah tangga yang tinggal.

Langit tampak mulai menggelap, Jihan memutuskan untuk pergi ke kamar tidur karena ia menyadari bahwa esok akan menjadi hari yang sangat panjang untuk dirinya maupun dia. Seperti biasa, Jihan akan menonton video yang ada di laptop sebelum tidur. Tampak dua orang yang sedang tertawa di bawah guyuran hujan dengan bergandengan tangan dan sesekali si lelaki memeluknya dan percakapan kedua nya memenuhi ruang kamar tidurnya.

"Aku sangat bersyukur kamu hadir di hidup ku" ucap perempuan itu menatap lelaki di hadapannya.

"Aku lebih bersyukur memilikimu" jawab sang lelaki sambil mengecup kening si perempuan.

"Jangan pernah pergi meninggalkan ku" pinta sang perempuan dan di jawab lelaki itu dengan anggukan ragu walaupun akhirnya ia mantap untuk tidak meninggalkan gadis nya.

"Aku tidak akan meninggalkan mu" ucap lelaki itu tersenyum dan memeluk si perempuan  dengan erat.

"I love you"

"I know" lelaki yang ada di dalam layar itu tampak tertawa terbahak bahak melihat si perempuan cemberut mendengar jawaban sang lelaki yang tidak romantis.

Air mata menggenang di pelupuk mata Jihan. Rindu, satu kata yang menggambarkan perasaannya saat ini. Jihan memutuskan menutup laptop nya dan istirahat agar besok ia mempunyai energi yang lebih banyak daripada akhir-akhir ini.





Sorry karena agak lama update nya! Jangan lupa vote plus comment. Thank You XoXo

Our SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang