Lalu lintas begitu ramai weekend ini, dua sejoli yang itu memutuskan untuk ke mall dan menikmati hari dengan menonton film romance yang baru-baru ini muncul. Banyak anak muda yang tampak bergandengan dan bahkan bermesraan di public tanpa ada perasaan malu sedikit pun. Jihan mencebikannya mulutnya, Rama yang bingung pun akhirya menoleh dan melihat tujuan pandangan Jihan. Tanpa aba-aba tangan Jihan sudah berada di genggaman Rama, Jihan yang bingung pun akhirnya menatap lelaki di sebelahnya yang dibalas dengan senyuman. Senyuman seperti 7 tahun lalu, senyuman yang membuatnya tenang dan puncaknya 5 tahun lalu senyumman itu hilang di kehidupannya dan akhirnya datang dengan Jihan yang beda atau bahkan baru.
"Ice cream?" tanya Rama menghentikan lamunan Jihan yang dijawab dengan anggukan
"Green tea satu dan strawberry satu" bahkan lelaki itu masih ingat tentang rasa ice cream kesukaannya.
"Thanks" ucap Jihan setelah menerma ice cream green tea kesukaannya dan mereka pun akhirnya
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, mereka pun memutuskan untuk pulang. Jihan berada di kursi penumpang dan Rama yang mengendarai mobilnya. Suara radio memenuhi ruang tampak Jihan sedang berada di alamnya dan Rama yang tampak focus dengan lalu lintas. Lagu James Arthur mengalun indah ditambah hujan rintik turun.
Cause I played it cool when I was scared of letting go
I know I needed you
But I never showed
Lirik yang sangat mewakili Rama dalam hal apapun, bgaimana dia sangat takut untuk melepaskan tapi ia tak punya pilihan lain. jika saja tidak pergi dan menjadi orang terjahat untuk gadisnya, jika saja dia tidak pergi untuk keegoisannya disaat gadis nya butuh support, jika saja dan jika saja. Nasi sudah menjadi bubur, bukankah itu hidup di beri dua pilihan atau bahkan taka da pilihan lain tanpa tahu konsekuensi apa yang akan ia dapat di akhir.
"Dingin?" tanya Rama setelah melihat gadis di sebelahnya yang tampak kedinginan
"Nggak" jawab Jihan
"Apa kamu kerja?" Rama tampak ingin memulai pembicaraan sebagai cara pendekatannya
"Masih mencari"
"Mau kerja di perusahaan ku?" tanya Rama
"Tidak, papa juga menyuruh untuk kerja di perusahannya tapi aku ingin mandiri untuk mencari kerja sendiri" jawab Jihan panjang lebar, Rama hanya mengangguk dan mengerti. Tak ada yang berubah dengan gadisnya jika berbicara tentang kemandiriannya. 'Gadisnya' ia tertawa pahit denagn melebeli Jihan sebagai gadisnya.
Keduanya sampai di rumah, Jason dan Rina sudah berada di depan pintu. Rina memeluk Rama sangat erat. Rindu, itulah yang ia rasakan dan akhirnya hari yang ia tunggu datang juga, menjadi keluarga yang utuh walaupun hanya untuk beberapa bulan.
"Kamarmu sudah siap" ucap Rina, Raa sudah berada di pelukan ayah tirinya
"Apa kalian sudah makan?"
"Sudah" jawab mereka berdua bersamaan
Rama dan Jihan memutuskan untuk pergi ke kamar mereka masing masing dan membersihkan diri, Jihan membuka kamar, kamar nya tampak gelap karena lampu penerangan yang ia matikan saat akan pergi menjemput Rama. Ia pun merebahkan tubuhnya di kasur karena merasa lelah, setelah beberapa menit ia memutuskan untuk mandi.
Jihan duduk di kasur dengan laptop di pahanya, ia memutuskan untuk melakukan interview besok pagi di perusahaan yang sangat berkelas. Semoga saja hari esok berpihak kepadanya.
*****
Suara ketukan membangunkan Jihan yang sedang bergelut dengan selimutnya, mau tak mau ia harus membuka pintu. Dilihatnya Rama dengan pakaian santai tanpa mengurangi ketampanan lelaki itu.
"Breakfast " ucap Rama, Jihan membelalakan mata bagaimana ia bisa lupa jika hari ini adalah hari interview pekerjaannya
"Jam berapa?" tanya Jihan
"Setengah tujuh"
"WHAT!" Jihan menutup pintu yang membuat Rama hanya geleng-geleng bahkan ia tak sadar seulas senyum telah ada di wajahnya
'Jeje yang ceroboh' batin Rama
Dan Jihan segera membersihkan dari dan memakai baju yang layak untuk melakukan interview bersama perusahaan besar. Jason, Rina, dan Rama sudah berada di ruang makan, Jihan turun dengan wajah yang di tekuk karena kesiangan untuk bangun.
"Pagi Je" sapa Rama menahan tawa
"Pagi" ucap Jihan dan segera mengambil sandwich dan segera memakannya
"Duduk dong kalo makan" ucap Jason yang dijawab hanya dengan gumaman tak jelas gadis itu
Setelah makan, Jihan pun segera mengambil kunci untuk pergi ke perusahaan itu. Namun sebuah suara mengintrupsi nya.
"Aku akan mengantarmu" Jihan menoleh, dan benar saja Rama sudah berada di belakang nya
"Aku akan berangkat sendiri"
"Aku yang akan mengantarmu" ucap Rama penuh penekanan, mau tak mau Jihan harus menuruti Rama.
Minggu ini lalu lintas lancar begitu saja, Jihan bingung kenapa ada perusahan yang meng interview pegawainya di hari minggu. Yang benar saja, banyak yang ia pertanyakan apa atasan nya tak punya keluarga. Hari minggu adalah family time untuk anyak orang. Aneh.
Gedung tinggi berdiri kokoh di hadapnnya, Douglas Company terpampang nyata di atas bangunan itu.
"Good luck Je" ucap Rama sembari menciun pipi gadis itu, Jihan sempat kaget dngan perlakuan Rama
'sebagai adik kakak tentunya' ingtan itu kembali, dia mencoba untk menghilangkan rasa gugupnya
"Thanks"
"Telfon aja kalo udah selesai" ucap Rama yang dibalas hanya dengan anggukan.
Jihan masuk ke perusahaan dan segera mengisi data dan menunggu antriannya untuk melakukan interview. 'tempat yang sangat mewah' batinnnya. Antrian yang cukup panjang, dia akan melamar sebagai HRD di perusahan tersebut.
"Mrs. Sanjaya" Jihan pun berdiri dan segera masuk
Wajah-wajah baru berada di hadapannya, hanya satu wajah yang tampak tidak asing. Mata tajam yang tak asing tengah menatapnya intens, tampak orang itu juga sedang berpikir apa mereka pernah bertemu atau tidak.
"Apa kita bertemu-"
"wajahmu tampak tak asing" sambung leleaki itu setelah memberi jeda di kalimat pertamanya setelah itu hanya mengedikkan bahu
Setelah melakukan interview, ia memilih menungu di café depan perusahaan karena akan membosankan jika menunggu di ruang tunggu untuk 2 jam lebih.
"Cappuccino" pesan Jihan kepada waitress
"Jihan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Space
RomanceSemua wanita menginginkan hidup dengan akhir yang happy ending layaknya dongeng penghantar tidur, sama hal nya seperti Jihan Restiana. Ketika gadis itu ingin melepaskan, bayang-bayang masa lalu selalu muncul dibenaknya. Melepaskan, terdengar sangat...