Berkenalan

100 16 1
                                    

Pertemuan kita, bukanlah unsur disengaja. Tapi mungkin, keadaanlah yang harus mempertemukan kita.

2 hari telah berlalu sejak Airin berada di sekolah barunya.
Airin mulai terbiasa dengan keadaan kelasnya, dan ia akan terus berusaha untuk bisa beradaptasi dengan sekolahnya.
Baginya, sekolah ini tidaklah buruk.

Selain Airin, ayahnya juga semakin repot di kantor untuk memberikan waktu luang menjemput putri kesayangannya itu.

                       ◆◆◆○◆◆◆

Bel berbunyi, menandakan peoses KBM sudah selesai untuk hari ini.
Terlihat, di depan gerbang sekolah, Airin seperti sedang cemberut. Bagaimana tidak, ia baru saja menerima telfon dari papahnya bahwa tidak bisa menjemputnya hari ini. Padahal, para siswa sudah jarang bahkan tidak ada lagi di sekolah.

Ia sedikit menyesal saat ia menolak ajakan Karin untuk menaiki mobilnya.
Padahal bisa saja ia sudah diantar.

"Papah sih, terlalu lama ngabarinnya. Jadi gini deh" ucap Airin sebal sendiri.

Sedangkan OSIS baru saja terlihat bubar dari rapat mereka.

Al segera pergi untuk menaiki motornya.
Saat Al hendak keluar dari gerbang sekolah, ia melihat Airin seperti kepanasan dan seperti sedang menunggu jemputannya.

(Tin..tin..! Tin..tin...!)
"Loh siswi yang baru pindah 2 hari yang lalu kan??", tanya Al sok tidak mengenal Airin.

"Emm.. iyah.", jawabnya singkat.

"Loh lagi nunggu jemputan? Kayanya loh bisa nunggu di tempat adem deh. Entar cantiknya luntur" ucap Al masih dalam keadaan di atas motornya lengkap dengan jacket kulit dan helmnya.

"Ee... iyah. Aku mau tanya, kalo taksi ada nggak yah lewat dari depan sini?" Tanyanya tanpa berpikir panjang.

"Oh,, loh ternyata nunggu taksi toh.
Kirain nunggu jemputan sopir. Setau gue sih, yah selama gue sekolah disini gue nggak pernah tuh liat ada taksi lewat. Lo mau gue anter aja gak??"

Sontak pertanyaan itu mengagetkan Airin. Dia harus jawab apa? 'Ya Tuhan, apa aku harus ikut dengan dia atau dia nanti berniat jahatin aku?' Batin Airin.

"Tenang gue gak bakal jahatin loh kok.
Gue cuman ngasih tumpangan aja buat loh dari pada lo disini sampe malam. Itu juga kalo lo mau??" Ucap Al seakan mendengarkan isi hati Airin. Dan Al mencoba membohongi Airin. Dalam hatinya 'mudah-mudahan gak ada taksi yang lewat biar gue bisa anterin nih cewek. Mayan ya gak'

Al mencoba membohongi Airin dengan mengatakan tidak akan ada taksi yang lewat di depan sekolahnya. Padahal sebenarnya begitu banyak taksi grab jika orang memanggilnya lewat apalikasi Grab.

Airin bukannya tidak tahu soal itu, hanya saja dia sudah terlalu kesal duluan dengan papahnya. Sampai sampai ia lupa menggunakan aplikasi itu.

"Ya udah. Aku boleh ikut nih.?" Tanya Airin  sedikit ragu.

"Gitu dong. Tenang aja, gue baik kok. Satu sekolah juga tau kalo gue itu Ketua OSIS yang paling baik dan pinter di sekolah ini. Ayo naik!" Ajak Al dengan omongan super lebay nya.

'OMG,. Dia ketos. Aku berani banget naik di motornya. Kenapa aku gak kenal mukanya yah. Padahal waktu hari pertama dia kan pernah masuk kekelas. Ahh.. mungkin karna dia pakai helm kali yah' itulah kata kata yang diucapkan Airin didalam hatinya selama Al memboncengnya.

Di dalam perjalan, Al menanyakan pada Airin dimana ia tinggal. Dan Al langsung mengetahuinya. Bagaimana tidak, andai saja ada istilah 'pria kelayapan' itulah istilah yang pantas untuknya. Saat ada waktu senggang, ia selalu berjalan-jalan bersama temannya untuk mencari kerilexan disela sela kesibukan belajarnya.

ANIMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang